ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Memahami Eksistensi Pawang Hujan Melalui Teori Johari Window

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
21 Maret 2022
A A
Memahami Eksisteni Pawang Hujan Melalui Teori Johari Window

Memahami Eksisteni Pawang Hujan Melalui Teori Johari Window (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter
Refleksi diri (Pixabay.com)

Gelaran MotoGP 2022 di Indonesia, tepatnya di Mandalika, sejak awal wacana hingga hari-H selalu ramai dibicarakan dan menjadi sorotan banyak kalangan. Bukan lagi soal siapa yang optimis dan pesimis, tapi juga melebar sampai dengan topik bahasan di luar dugaan: angka 13, mistis, dan klenik.

Oke, saya urai secara singkat satu per satu jika sebagian di antara kalian ketinggalan huru-hara ini. Pertama, pada tikungan ke-13 di lintasan Mandalika, Marc Marquez terjatuh dan motor Alex Rins terbakar. Banyak para cenayang dadakan menghubungkan kejadian ini dengan hal mistis seperti: angka 13 dan lintasan balapan—tepatnya tikungan ke-13—dulunya adalah kuburan. Tanpa maksud mendoakan yang buruk, jika memang demikian, kenapa korbannya hanya Marc dan Rins?

Kedua, di waktu yang bersamaan sesaat sebelum balapan kelas MotoGP dimulai, hujan turun sangat lebat dan membasahi lintasan. Belum lagi cuplikan video yang memperlihatkan kilat yang menyambar suatu titik di sekitar lintasan. Wajar saja jika balapan ditunda untuk sementara waktu hingga hujan reda dan lintasan dinyatakan aman digunakan kembali oleh pihak penyelenggara.

Di sela-sela hujan lebat dan balapan yang ditunda sementara waktu, ada kejadian unik yang sukses mencuri perhatian banyak penonton. Baik secara langsung, melalui layar kaca, dan linimasa internet. Adalah sang pawang hujan, Rara Isti Wulandari, yang sedang bertugas dan melakukan ritual di sepanjang lintasan Mandalika, sekaligus menjadi sorotan khalayak.

Ilustrasi ritual (Pixabay.com)

Komentarnya beragam, sih. Ada yang tetap support ritual yang Mbak Rara lakulan agar balapan bisa segera dimulai. Ada yang merasa hal tersebut aneh dan sangat nggak penting dilakukan. Terlebih ini adalah gelaran MotoGP, berbasis ilmu pengetahuan yang dipadupadankan dengan data. Bahkan, nggak sedikit yang mengkategorikan dengan syirik, klenik, dan sebangsanya. Ada juga yang terang-terangan mengaku malu. Lantaran tayangan ritual dari pawang hujan malah dipertontonkan dan jadi sorotan secara global.

Lah? Pertanyaannya, kenapa juga harus malu? Emangnya ente siapa? Kocak, dah.

Nggak lama setelah banyaknya olok-olokan tentang Mbak Rara dan profesinya sebagai pawang hujan, beberapa netizen berinisiatif meng-upload screenshot postingan dari @bigalphaid yang mengungkap bahwa, bayaran Mbak Rara sampai tiga digit untuk 21 hari. Apa nggak sebaiknya malu sama diri sendiri aja, Ngab? Dapat salam dari bayarannya Mbak Rara, tuh.

Ilustrasi gaji (Pixabay.com)

Padahal, jika memang di antara kita masih belum tahu teknis pekerjaan tentang pawang hujan, rumusannya cukup sederhana saja. Aplikasikan teori Johari Window untuk punya landasan: coba memahami sebelum membenci.

Sederhananya, teori Johari Window menjelaskan tentang bagaimana seseorang bisa memahami dirinya sendiri dan orang lain melalui komunikasi dan pemahaman satu dengan yang lain. Ada empat bagian yang perlu dipahami.

Pertama, open self: di mana kalian dan orang lain, sama-sama mengetahui informasi tentang diri kalian sendiri. Kedua, blind self: kalian nggak tahu, tapi orang lain mengetahui. Ketiga, hidden self: kalian tahu, tapi orang lain nggak tahu. Keempat, unknown self: baik kalian dan orang lain sama-sama nggak tahu tentang potensi yang dimiliki.

Refleksi diri (Pixabay.com)

Memang, teori ini diperuntukkan agar seseorang dapat lebih memahami diri sendiri. Namun, secara general, masih sangat memungkinkan jika diaplikasikan untuk persoalan yang berkaitan dengan wawasan atau ilmu pengetahuan. Termasuk perihal pawang hujan. Nggak perlu buru-buru bilang malu, sesat, klenik, sampai mistis, sedangkan kita sendiri belum tahu bagaimana cara kerjanya.

Masalahnya, persoalan bisa menjadi rumit jika banyak orang judging secara serampangan. Maksud saya, melalui teori Johari Window, paling nggak klean yang mengaku paling science bisa mengerem pemikiran sejak dini, untuk nggak judging dan sembarang menyampaikan bahwa orang lain mutlak salah. Beropini tentu tidak salah. Namun, jika sudah judging, tentu menjadi lain persoalan, Kawan.

Dan ritual yang Mbak Rara lakukan sebagai pawang hujan, alih-alih bikin malu seperti yang disampaikan kebanyakan orang, bagi saya malah punya daya tarik sendiri, sih. Paling nggak, kita jadi mengetahui seperti apa ritual pawang hujan lebih dekat. Lagian, dari sekian banyak hal menarik yang disajikan melalui balap MotoGP, kenapa fokusnya gampang banget dialihkan ke pembahasan tentang malu pakai pawang hujan, klenik, dan sebangsanya, sih?

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 Maret 2022 oleh

Tags: Johari WindowMandalikamotogppawang hujan
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

4 Alasan yang Bikin MotoGP Semakin Membosankan

MotoGP Butuh Keributan agar Tak Lagi Membosankan

24 Oktober 2022
4 Alasan yang Bikin MotoGP Semakin Membosankan

4 Alasan yang Bikin MotoGP Semakin Membosankan

6 September 2022
Ernest Prakasa, Party Pooper Keberhasilan Gelaran Formula E di Jakarta (Unsplash.com)

Ernest Prakasa, Party Pooper Keberhasilan Gelaran Formula E di Jakarta

6 Juni 2022
Moto GP Mandalika

Bukan Pawang Hujan, Ini Pihak yang Harus Dihujat dari Gelaran MotoGP Mandalika

22 Maret 2022
Ducati, Calon Paling Kuat Juara MotoGP Musim Ini

Ducati, Kandidat Terkuat Juara MotoGP Musim Ini

18 Maret 2022
Hal-hal yang Bisa Saja Terjadi ketika Para Pembalap MotoGP Pakai Provider Indonesia Terminal Mojok

3 Hal yang Bakal Terjadi ketika Para Pembalap MotoGP Pakai Provider Seluler Indonesia

11 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
acara kuis mojok.co

5 Acara Kuis Paling Dikenang Tahun 90-an dan 2000-an

the rain mojok.co

Panduan Menikmati 10 Lagu Terbaik The Rain

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

4 Fakta tentang Ijime, Perenggut Kebahagiaan Anak-anak di Jepang

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tolong ya, UIN Solo Nggak Sesedih Itu, Lagian Ngapain Coba Dibandingin sama UNS? Ya Nggak Pas!

Tolong ya, UIN Solo Nggak Sesedih Itu, Lagian Ngapain Coba Dibandingin sama UNS? Ya Nggak Pas!

oleh Dhima Wahyu Sejati
28 September 2023

Kenapa sih Mahasiswa Selalu Memilih Bali sebagai Tujuan KKL? Emangnya Nggak Ada Tempat Lain?

Kenapa sih Mahasiswa Selalu Memilih Bali sebagai Tujuan KKL? Emangnya Nggak Ada Tempat Lain?

oleh Agung Anugraha Pambudhi
4 Oktober 2023

Denny Caknan Laki-laki Red Flag, Patriarki yang Harus Dihindari (Unsplash)

Denny Caknan: Contoh Lelaki Patriarki yang Maunya Dilayani dan Sebaiknya Dihindari

oleh Fatimatuz Zahra
1 Oktober 2023

Titoti Wonogiri, Warung Bakso dan Mi Ayam yang Wajib Kalian Kunjungi Sebelum Mati

Titoti Wonogiri, Warung Bakso dan Mi Ayam yang Wajib Kalian Kunjungi Sebelum Mati

oleh Rizky Prasetya
2 Oktober 2023

Gemolong, Kecamatan Terbesar Kedua di Sragen yang Kini Menjelma Menjadi Kota yang Proper

Gemolong, Kecamatan Terbesar Kedua di Sragen yang Kini Menjelma Menjadi Kota yang Proper

oleh Fajar Novianto Alfitroh
2 Oktober 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=bTIqGdlcSsg

DARI MOJOK

  • Ada Warisan Freemason di Jalan Magelang Yogyakarta
  • 6 Varian Rokok Esse, Mana yang Jadi Kesukaanmu?
  • 7 Bentuk Penis Pria, Mana yang Termasuk Kelainan?
  • 5 Gedung Kampus Terbaik di Indonesia, Mana yang Paling Keren?
  • Logo Universitas Terbuka: Mencermin Semangat Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
  • Cara Menggunakan KAI Access, Pesan Tiket Nggak Perlu Lagi di Stasiun
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!