Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Melihat Politainment Ala Jokowi

Andi Kamal Reza oleh Andi Kamal Reza
14 Oktober 2019
A A
politainment

politainment

Share on FacebookShare on Twitter

Saya mau cerita tentang sebuah fenomena yang nggak pernah kejadian sebelumnya di negeri ini. Tentang seorang Presiden yang begitu dicintai oleh media. Mulai dari sidaknya ke gorong-gorong saluran air, jaket Bombernya, sepatu Sneakersnya, sampai momen diantarnya beliau menggunakan Bajaj ke KPU. Saya sebut fenomena ini dengan istilah “Politainment” ala Presiden kita, Joko Widodo.

Sebelumnya, mari kita kembali ke era Soekarno terlebih dahulu. Dalam buku “Penjambung Lidah Rakjat” karangannya, Soekarno selalu berusaha tidak bersahabat dengan media. Pun dalam blusukannya. Dia pernah dicap sebagai Budak Moskow karena dekatnya hubungan Uni Soviet-Indonesia di jamannya.

Prinsip ini membuatnya tidak terlalu menyukai pemberitaan media. Soebandrio Dubes RI era Soekarno dan Wakil PM 1 RI menjabarkan, Soekarno selalu mengenakan masker dan berdandan urakan saat ingin menemui warganya, dia hanya ditemani satu ajudan berdandan preman, dan tidak pernah ada media di sana. Beliau selalu ingin diberi masukan dari tiap-tiap suara rakyatnya.

Kenyataan ini beralasan. Media saat itu banyak memberikan citra buruk kepadanya. Alben Barkley, Wapres AS mengatakan, Soekarno bahkan pernah diberitakan “bermain dengan pelacur” saat pergi ke Tokyo; yang mana berita itu adalah hoax belaka. Gara-gara pemberitaan itu, banyak orang mulai menghujat beliau, dan orang-orang yang menghujat itu orang Indonesia sendiri.

Agak sedikit maju ke Era Gusdur. Saat itu, Almarhum Gusdur memberikan kemerdekaan pers bagi para wartawan setelah reformasi. Kemerdekaan pers di sini dimaknai dalam artian  Wartawan sendiri boleh dan wajar mengkritik Pemerintah. Departemen Penerangan pun pada saat itu dicabut karena terkenal senang mengekang media yang cukup kritis.

Tapi jika kita lihat, apa yang terjadi saat ini sangat berbeda. Jokowi bisa dibilang begitu mencintai keberadaan media di sekelilingnya; bahkan Jokowi banyak berteman dengan petinggi media. Namun di sisi yang bersamaan, pendukungnya banyak yang anti kritik jika media memberi kabar negatif kepadanya.

Mengapa?

Cerita dimulai dari kepemimpinan beliau saat menjadi Walikota Solo. Saat itu, upaya persuasifnya untuk mengajak 900 pedagang Taman Banjarsari menuju Pasar Klitikan untuk relokasi berjalan lancar tanpa adanya penolakan berarti dari hasil diskusi berbulan bulan. Media pun mulai menyorot keberhasilan beliau ini.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Narasi-narasi mengenai gaya beliau yang sangat sederhana; representasi dari kita dan kalian kebanyakan. Mukanya “polos”, bajunya biasa saja, badannya kurus, kalau ngomong pelan dan seperti “ngemong” dan latar belakang belliau sebagai pengusaha kayu sukses—bukan dari keluarga militer membantunya mendapat banyak simpati ketika meniti karier di ranah politik. Singkat cerita, semenjak menjadi Walikota Solo, karir politiknya dibilang cukup sukses.

Belasan penghargaan diraihnya saat itu. Bahkan masyarakat Solo memilihnya untuk menjadi Walikota selama dua periode. Namanya mulai muncul di media nasional, terlebih saat di DKI Jakarta. Lihat bagaimana media memberitakan dan meliputnya saat beliau mengawas langsung gorong gorong di Jl MH Thamrin. Jongkok di antara lubang tutup air untuk mengawasi sumbatan air yg datang dari hulu ke hilir.

Bagaimana publik bisa nggak suka? Jarang ada pejabat yang mau “seperti ini”..

Image

Jokowi pandai sekali melakukan self branding. Saat terpilih menjadi Gubernur Jakarta bersama BTP pun, di hari pertama Jokowi memang langsung menggebrak. Dengan gaya dan style baju kotak-kotaknya, semua mata tertuju padanya. Bahkan baju itu dulu menjadi pride/identitas kebanggaan akan Pemimpin yg dicitrakan merakyat.

Image

Pun dalam bentuk video. Jokowi mendobrak pakem yang selama ini “tidak terlihat” dimiliki oleh pemimpin sebelumnya. Dia berani turun ke dinas terkait, ke pasar, ke gorong gorong, sesuatu yang baru bagi masyarakat DKI saat itu. Media pun rajin memberitakannya. Orang-orang di Sosial media juga memujinya.

Image

Tidak salah rasanya medio 2012-2014, memang menjadi tahun Jokowi sebagai politisi. Semua orang mengelu-elukannya. Hampir tiap anak muda menjadi reaktif pada tiap pergerakan politik yang dibuatnya. Semua yang diberitakan media tentangnya jadi sarapan kita setiap hari.

Namun…

Mark Deuze (Media Life, 2011) mengatakan bahwa kita sebenarnya tidak hidup bersama media; namun kita hidup dalam media itu sendiri. Apa yg kita lihat, apa yg kita dengar, melalui berbagai macam platform media (baik cetak, visual, dan digital), berpengaruh pada pola pandang kita.

Selama ini, banyak dari kita yang seolah terhipnotis akan lenggak lenggok Jokowi di media.

Apakah perlu sekelas Gubernur berkunjung ke gorong gorong atau Presiden berkunjung ke lokasi pembakaran hutan demi kepentingan foto? Padahal, ada asisten/bawahan lain yang bisa ditugaskan. Citra ini juga diwujudkan dalam tiap pemberitaan media tentang style Jokowi selama memimpin negara: Jaket, sepatu, sarungan, naik motor, nonton konser Metal, dsb. Peliputan ini perlu disampaikan demi hausnya masyarakat Indonesia (terutama pemuda) akan berita pemimpin yang membumi.

Media massa adalah pilar keempat (the fourth estate) dalam masyarakat, dan Jokowi memegang semua itu. Terlebih saat ini (2019), TV One sendiri milik ARB dari Partai Golkar sudah merapat menjadi koalisi. (artikel foto ini tahun 2017)

Jokowi memegang hampir seluruh pemberitaan media

Image

Apalagi soal RUU Penyiaran, yang mana revisinya ingin merubah sistem penyiaran dari multi mux > single mux. Artinya Single mux akan memberikan kuasa lebih pada pemerintah untuk membatasi penyiaran ke publik. Contohnya, media pro publik kalau mau kritik negara, ya harus izin 🙂

Gua sendiri kurang tahu sekarang apakah RUU ini sekarang sudah sah/belum. Sudah hampir setahun mogok di DPR pembahasannya. Katanya akhir tahun sih mau dikelarin, bilangnya beberapa bulan lalu. Jika single mux disahkan dan semua media pro-pemerintah bergabung, bayangkan saja ?

Justus Nieland, membahasakan Politainment yakni gabungan pemberitaan politik & entertaiment/industri hiburan. Sekilas tidak ada yang salah dengan politainment; Media untung karena rating yang diberikan publik cukup tinggi. Politisi untung punya ruang untuk tampil bersih. Dan… masyarakat juga senang melihat politik tidak menjadi suatu hal yang serius dibincangkan. Namun di sini lah justru masalah utamanya

Kita semua lebih suka pemberitaan tentang cucu presiden, nikahan anak presiden, update pakaian presiden, dibanding kebijakan yang selama ini dilakukannya. Politik dimaknai bukan lagi sebagai putusan hajat hidup orang banyak yang dibentuk dalam program dan data; karena tertutupi oleh gimmick dan citra yang diberikan media kepada sosok.

Nielsen juga menjelaskan politainment terbagi dua; “Hiburan politik” dan “Politik yang menghibur”..

Hiburan Politik adalah suatu keputusan politik yang dipandang dari sudut hiburan. Semisal, pernikahan anak SBY dan anak Hatta yang diliput media. Kalau “Politik yg menghibur”, yakni aksi politik politisi untuk menarik minat publik melalui unsur hiburan. Seperti? Jokowi dangdutan..

Image

Biasanya, politisi melakukan hal ini untuk pesan yang ingin disampaikan dan waktu politis yg ingin dikerjakan; semisal saja rajin turun jejak pendapat/kumpul ke masyarakat saat Pilkada/Pilpres; sesuatu yang seharusnya bisa juga dikerjakan sehari hari dan tidak harus mendekati pilpres ?

Media adalah layar, sesuatu yang bisa dilihat. Dan layar adalah soal citra. Tidak ada rasionalitas dalam politik layar kaca. Maka dari itu, pintarlah memilih bacaan. Telaah.

Apakah dari sumber yang valid dan tidak punya kepentingan? ? Sebagai masyarakat, bijaklah memilih bacaan ?

BACA JUGA Indonesia Lagi Lucu-lucunya… atau tulisan Andi Kamal Reza lainnya. Follow Twitter Andi Kamal Reza.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2019 oleh

Tags: infotainmentJokowimediaPolitik
Andi Kamal Reza

Andi Kamal Reza

ArtikelTerkait

Saya Curiga Pakde Jokowi Hidup di Universe yang Lain terminal mojok.co

Saya Curiga Pakde Jokowi Hidup di Universe yang Lain

19 Februari 2021
Menelusuri 5 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Pakdhe-pakdhe ke Sawah terminal mojok.co

Bertemu Pekerja Sawah yang Mengira Survei Politik Bakal Membuatnya Dipenjara

20 November 2020
5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Sekolahnya Jan Ethes

5 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Sekolahnya Jan Ethes

9 Agustus 2022
agama sama hasil beda

Memahami Kenapa Orang Bisa Berbeda Kepribadiannya Padahal Belajar Agama yang Sama

15 Oktober 2019
Mengenal Colomadu Karanganyar: Kecamatan yang akan Menjadi Tempat Tinggal Jokowi setelah Pensiun Jadi Presiden Mojok.co

Mengenal Colomadu Karanganyar: Kecamatan yang akan Jadi Tempat Tinggal Jokowi setelah Pensiun Jadi Presiden

17 Juni 2024
Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

Kalau PAN Melempar-lempar Kursi Itu Bukan karena Brutal, Itu Namanya Dermawan!

15 Februari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.