Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mau Bersaing dengan K-Pop? Dukung Industri Kreatif, Bukan Bikin Wajib Militer

Jasmine Nadiah Aurin oleh Jasmine Nadiah Aurin
23 Agustus 2020
A A
wajib militer mojok

wajib militer mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Tidak dapat dimungkiri lagi bahwa K-Pop sudah sangat menjamur di Indonesia selama satu dekade belakangan. Apa-apa Korea, mulai dari makanan, fashion, skincare, drama, film, hingga musiknya sangat melekat dengan kehidupan generasi milenial maupun generasi  Z. Bahkan kini banyak pasutri Indonesia-Korea (biasanya ceweknya yang orang Indonesia) tanpa tedeng aling-aling membagikan cerita rutinitas rumah tangganya bersama sang Oppa terkasih.

Hal ini yang membuat pemerintah khususnya Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengadakan sebuah solusi yang cukup kontroversial di kalangan mahasiswa: wajib militer. Lho, memangnya kenapa? Niatnya kan bagus, untuk menumbuhkan nasionalisme. Selain itu turut serta dalam upaya bela negara sesuai Undang-Undang Dasar Pasal 30.

Kabarnya wajib militer ini diadakan selama satu semester dan masuk ke dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Riuhlah para netizen mahasiswa terutama mahasiswa baru yang masih unyu-unyu dan polos akan kehidupan kampus. Sedangkan mahasiswa tua sibuk berdoa semoga skripsinya tidak pakai revisi-revisian lagi biar cepat lulus dan tidak sempat mengalami wajib militer. Padahal Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono sudah mengonfirmasi bahwa program ini bersifat sukarela alias tidak wajib, zheyeng. Lagipula ini masih dalam tahap wacana, kok.

Kerusuhan semakin menjadi-jadi tatkala beberapa akun mengunggah foto sebuah halaman koran yang berisikan rangkuman tentang wajib militer. Poin terakhirnya yang berbunyi “Agar milenial Indonesia tidak kalah dengan Korea Selatan yang mampu mengguncang dunia melalui budaya K-Pop” terdengar sangat tidak nyambung.

Pertama, orang-orang yang kini mengemban kuliah di jenjang S1 maupun D3 adalah dari generasi Z bukan generasi milenial. Kedua, agar kita mampu mengguncang dunia dan tidak kalah dengan K-Pop? Bukannya seharusnya kita melawan budaya dengan budaya lagi? K-Pop atau Hallyu adalah budaya, bahkan urgensi wajib militernya pun jelas beda. Program wajib militer di Korea Selatan diadakan karena sewaktu-waktu Korea Selatan akan berperang dengan tetangganya, Korea Utara. Mereka adalah negara konflik.

Menjamurnya K-Pop hingga menembus pasar dunia tidak terlepas dari tangan pemerintah Korea Selatan sendiri. Dimulai sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung (1993-1998) yang memiliki slogan politik ”Creation of the New Korea”. Selain itu, penyebaran budaya pop Korea juga tak lepas dari sokongan dana  perusahaan chaebol (konglomerat) seperti Samsung, Hyundai, LG, SK Group, dan Lotte.

K-Pop muncul sejak 1992 dengan debutnya Seo Taiji and Boys, memperkenalkan musik elektronik, hip-hop, dan reggae. Barulah pada 1995-1998 muncul agensi 3 besar di Korea yaitu SM Entertainment (1995), JYP Entertainment (1997), dan YG Entertainment (1998). Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan sektor perekonomian baru pada awal 2000-an setelah terjadinya krisis moneter di kawasan Asia pada tahun 1997.

Kini K-Pop menjadi salah satu sektor industri terbesar yang turut menyumbang pemasukan bagi negara Korea Selatan. Bahkan menurut Oh dan Lee (2013) dalam jurnal K-pop in Korea: How the Pop Music Industry is Changing a Post-Developmental Society para pelajar di Korea Selatan tidak lagi bercita-cita menjadi pegawai perusahaan chaebol atau bekerja di bidang kedokteran, hukum, akademisi, pemerintahan, seperti apa yang diharapkan oleh orang tua mereka. Melainkan mereka ingin menjadi idola K-Pop.

Baca Juga:

Bahaya Trauma “Anak Nakal” Jawa Barat yang Dikirim Gubernur Dedi Mulyadi ke Barak Militer

Rekomendasi Drama Korea dengan Latar Belakang Cerita Militer. Ada yang Menegangkan, Ada Juga yang Penuh Romansa

Menjadi idola K-Pop memang profesi yang menjanjikan. Mereka memiliki pendapatan yang besar jika sukses. Meski ada juga kasus di mana seorang idola belum pernah mendapat bayaran dari agensinya sejak debut dan akhirnya misqueen juga. Fakta di atas didukung oleh data statistik tahun 2012 masih dalam jurnal yang sama. Persentase pelajar yang ingin menjadi entertainer yaitu sebanyak 38,8%, pegawai publik sebanyak 42,5%, dan profesi lainnya sebanyak 18,7%.

Saya mengambil contoh BTS alias Bangtan Boys. Grup ini debut tahun 2013 ketika saya masih SMP, dan sekarang sukses besar. Menurut data dari @StatistaCharts tahun 2018, BTS menyumbangkan 0,3% untuk GDP (Gross Domestic Product). Disandingkan dengan perusahaan-perusahaan raksasa seperti Samsung (13,1%), Hyundai (5,3%), LG (3,4%), KIA (2,9%) dan Korean Air (0,7%). BTS telah berkontribusi untuk makmurnya Korea Selatan.

Nah, balik lagi ke permasalahan kita. Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan budaya. Belum lagi industri kreatif kini sedang menjadi sorotan karena turut berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Menurut Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) industri kreatif berkontribusi sebesar 7,28% terhadap GDP Indonesia tahun 2017. Adapun menurut Ahmad Adib, dosen UNS sekaligus pelaku industri kreatif bahwa tren lima tahun lalu dan sekarang berkaitan dengan digital, startup, media-media yang terkait animasi, pembuatan film, dan musik. Sedangkan untuk subsektor baru yang memiliki peluang besar di tahun 2020 adalah bidang kuliner.

Daripada buang-buang anggaran negara untuk sesuatu yang tidak pasti lebih baik anggaran negara tersebut digunakan untuk mendukung industri kreatif kita. K-Pop bisa mendunia karena ada peran pemerintah di balik layar. Kalau ingin mengalahkan K-Pop dan ingin menduniakan budaya Indonesia, dukunglah para pelaku industri kreatif. Juga, bela negara dan menanamkan rasa nasionalisme tidak mesti melalui pelatihan militer.

BACA JUGA ‘Bekal untuk Suami’ Nggak Akan Diprotes kalau Menghilangkan Kata ‘Suami’ dan tulisan Jasmine Nadiah Aurin lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Agustus 2020 oleh

Tags: kpopmiliter
Jasmine Nadiah Aurin

Jasmine Nadiah Aurin

Suka nulis yang iya-iya.

ArtikelTerkait

7 Panduan Menjadi Fangirl dalam Fandom Chinese Pop terminal mojok.co

7 Panduan Menjadi Fangirl dalam Fandom Chinese Pop

3 Agustus 2021
10 Lagu K-Indie yang Wajib Didengarkan, Paling Tidak Sekali Seumur Hidup terminal mojok.co

10 Lagu K-Indie yang Wajib Didengarkan, Paling Tidak Sekali Seumur Hidup

5 Desember 2021
fans kpop

Antara Kematian Sulli dan Ulah Beringas Fans Kpop Garis Keras

18 Oktober 2019
5 Sosok yang Cocok Melatih Pendidikan Militer jika Wibu yang Menentukan

5 Tokoh yang Cocok Melatih Pendidikan Militer jika Wibu yang Menentukan

9 September 2020
siwon bahasa indoneisa, kabinet kasih sayang

Ada apa sih kok Siwon Sering Pake Bahasa Indonesia?

11 Juni 2020
CONPLAN 8888-11_ Strategi Amerika Serikat Menghadapi Serangan Zombi Ayam mojok.co

CONPLAN 8888-11: Strategi Amerika Serikat Menghadapi Serangan Zombi Ayam

25 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.