Ada yang sama kayak saya nonton MasterChef Indonesia lagi setelah vakum lama gara-gara penasaran dengan Rudy Choirudin yang jadi juri?
Saya suka nonton MasterChef Indonesia. Seru rasanya melihat orang-orang berkompetisi di bidang masak-memasak. Apalagi kalau masuk babak pressure test. Mereka yang masak, saya yang deg-degan.
Akan tetapi itu dulu. Saya lupa sejak season berapa saya berhenti nonton MasterChef Indonesia. Sepertinya season 5. Entahlah. Yang jelas, sudah lama sekali. Alasan kenapa berhenti nonton… ah, memang perlu ya ditanyakan? Sudah jelas jawabannya karena bosan. Bosan dengan drama dan gimik yang dipertontonkan.
Meski begitu, beberapa waktu lalu saya mulai nonton lagi acara MasterChef Indonesia. Gara-garanya saya melihat potongan video di X yang menampilkan Chef Rudy Choirudin sedang memberikan masukan kepada salah satu peserta. Hmmm, menarik.
Daftar Isi
Vibes yang berbeda
Saya nggak bermaksud mengecilkan peran chef lain yang pernah jadi juri di MasterChef Indonesia, ya. Bahkan Chef Arnold sekalipun. Namun harus diakui, kehadiran Chef Rudy Choirudin di season 12 membuat aura MasterChef Indonesia jadi terasa berbeda.
Selama beberapa tahun, kita terbiasa melihat Chef Juna yang meledak-ledak, Chef Renatta yang senyumnya sering kali terasa seperti meremehkan peserta, serta Chef Arnold yang kelihatan kalem padahal nyinyirnya nggak ada lawan. Hasilnya, perlahan tapi pasti, MasterChef Indonesia jadi terasa seperti Hell’s Kitchen.
Nah, hadirnya Chef Rudy membuat vibes MasterChef Indonesia jadi lebih adem. Seketika, Chef Juna dan Chef Renata jadi auto calm. Ya kali mereka mau sok galak, bisa disembur Ladaku merica bubuk nanti sama Chef Rudy!
Sebetulnya, amatlah wajar jika seorang Chef Juna dan Chef Renatta merasa segan dengan Chef Rudy. Secara pengalaman, jelas kualitas beliau nggak perlu lagi dipertanyakan. Bagaimana tidak? Saat Renatta masih bocil dan Juna masih jadi tukang cuci piring di Amrik, Rudy Choirudin sudah punya acara masak sendiri di TV. Ibarat kata, dalam urusan memasak, Chef Rudy sudah makrifat, sudah khafah.
Juri MasterChef Indonesia yang nggak cuma bisa nge-judge
Lagi-lagi, bukannya saya meragukan kompetensi Chef Juna dan Chef Renatta, ya. Tentu saja nggak. Saya percaya mereka berdua itu sakti. Lha wong pernah di salah satu episode, Chef Juna bilang kalau dia bisa menebak rasa makanan peserta terlalu asin hanya dari aromanya.
Bayangkan, ketahuan asin dari aromanya saja, Lur! Beda sekali dengan kaum kebanyakan, alias saya, yang kalau masak kudu bolak-balik diicip dulu untuk menemukan rasa yang pas.
Meskipun demikian, sebagai penonton MasterChef Indonesia, saya merasa nggak terlalu banyak hal yang bisa didapatkan dari mereka berdua. Sebagai juri, baik Chef Juna dan Chef Renatta (termasuk Chef Arnold), lebih sering men-judge peserta alih-alih memberi solusi.
Nah, ketika Chef Rudy Choirudin masuk menjadi juri, semuanya berubah. MasterChef Indonesia bukan lagi soal hiburan semata, tapi ada ilmunya juga. Jadi ketika peserta ada masalah, bisa langsung ada solusinya. Bukan yang:
Chef: Ini kamu salah!
Peserta: Salahnya di bagian mana, Chef?
Chef: Ya kamu pikir aja sendiri salahnya di mana!
Lhooo… Minimal kasih clue lah, Chef~
Peserta dan penonton MasterChef Indonesia dapat ilmu
Dengan adanya tips dan trik yang sering kali dibagikan oleh Chef Rudy Choirudin, nggak hanya peserta Master Chef saja yang mendapat tambahan ilmu, penonton juga kebagian. Ya kan esensinya MasterChef Indonesia ini adalah orang awam yang punya hobi masak. Jadi, kritiknya harus yang membimbing, bukan bentak-bentak seperti Hell’s Kitchen. Beda, dong. Hell’s Kitchen itu kan pesertanya memang orang-orang profesional.
Beberapa ilmu masak-memasak yang saya dapatkan gara-gara nonton MasterChef Indonesia di antaranya adalah pengetahuan bahwa gulai dan gule itu beda. Gulai dari Sumatra, sementara gule dari Jawa. Selain itu, saya jadi tahu bahwa cara untuk memancing supaya warna merah pada cabai lebih keluar adalah dengan cara merebus cabai terlebih dahulu. Dan masih banyak ilmu lainnya.
Bisa jadi inilah alasan kenapa zaman dulu acara masak-memasak selalu dinanti oleh banyak orang. Host-nya bukan sekadar bisa masak, tapi juga paham apa yang mereka lakukan. Cara mereka menjelaskan juga mudah dimengerti. Nggak pakai ngegas, nggak pakai nyindir, apalagi sinis.
Komposisi yang pas
Pada akhirnya, sebagai penonton saya merasa kombinasi antara Chef Renatta, Chef Juna, dan Chef Rudy adalah komposisi yang pas. Chef Renatta dengan background Le Gordon Bleu Culinary Art Prancis-nya, memiliki pengetahuan yang tinggi soal masakan western. Chef Juna yang memulai pengalamannya sebagai tukang cuci hingga sukses jadi koki, tahu bagaimana menempa mental peserta. Dan Chef Rudy Choirudin dengan pengalamannya yang kaya, ditambah sifatnya yang kebapakan, mampu memberi ruang yang nyaman bagi perserta untuk belajar.
Wis, komplit. Biar ajeg mereka bertiga aja. Chef Arnold di pojokan aja main Twitter.
Ngomong-ngomong, selain ada perbaikan dari segi juri, kerasa nggak sih kalau peserta MasterChef Indonesia season 12 ini ada perubahan? Peserta sekarang nggak didominasi oleh anak-anak muda yang good looking doang. Suka!
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA MasterChef Indonesia Season 11 Benar-benar Sukses. Sukses Jadi Hujatan, Maksudnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.