Masker dan Curhatan Kaum Hidung Minimalis

hidung minimalis, pakai masker

Masker dan Curhatan Kaum Hidung Minimalis

Terus terang sampai usia saya menginjak kepala dua, baru kali ini saya melihat masyarakat Indonesia benar-benar kompak memperhatikan kebersihan diri. Bahkan hingga ke desa-desa dan perkampungan.

Ya, udah jadi rahasia umum lah kalau selama ini masyarakat +62 meskipun udah dari jaman kapan dapat edukasi soal kebersihan diri (rajin cuci tangan, menutup hidung dan mulut kalau bersin dst dst) cuma sedikit sekali yang peduli.

Dari data riset Kementerian Kesehatan lima tahun terakhir diketahui hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Ini berarti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap kesehatan. Tapi sejak ada corona sekarang sudah berubah semuanya.

Harus diakui bersama bahwa virus ini jauh lebih ampuh membuat masyarakat patuh untuk mencintai kebersihan diri dan lingkungan dibanding imbauan-imbauan yang selama ini muncul dari para ahli dan tenaga kesehatan di berbagai negara.

Btw, selain harus rajin cuci tangan (baik itu pakai hand sanitizer atau sabun), masker sekarang juga jadi alat penting yang wajib dipakai orang-orang untuk meminimalisir penyebaran virus.

Banyak jenis masker yang beredar di pasaran. Namun di antara semua jenis masker, jenis masker bedah yang berbahan kain adalah masker yang paling mudah kita jumpai sekarang. Masker kain jadi paling laku karena masker dengan bahan biasa (?) sempat sangat langka dan mahal sekali harganya. Beda dengan masker kain yang bisa bikin sendiri, masker biasa yang terstandar WHO hanya bisa diproduksi oleh pabrik saja.

Tapi mau apa pun bahannya, menyoal masker ini saya suka ingat sebuah video lucu yang dikirimkan oleh teman whatsapp saya. Video ini menampilkan seorang anak perempuan berusia 14-16 tahun dengan logat Makassar yang mengeluh karena kesulitan menggunakan masker dikarenakan memiliki hidung yang minimalis alias pesek.

Dalam video dengan durasi kurang dari dua menit itu dia mengeluh susah untuk bernafas, dan maskernya yang susah terpasang dengan sempurna karena hidungnya yang rata. Saya yakin masyarakat Indonesia khususnya Makassar sudah pernah menonton video ini.

Well, pakai masker—jika tidak terbiasa—emang nggak terlalu nyaman. Masker bisa bikin kita sulit bernafas karena pengap, dan buat orang yang berkacamata, masker bisa jadi sangat menyebalkan karena nafas kita kadang jadi embun yang menempel di kacamata. Hal lain yang bikin masker nggak nyaman adalah…

…kita jadi bisa mencium nafas kita sendiri. Mana sekarang lagi bulan puasa lagi. Hmm, semerbak “wangi” mulut yang bercampur dengan makanan sahur kita akan tercium dengan sempurna.

Dan seperti yang dipermasalahkan si adik di video tadi, penggunaan masker dapat memperlihatkan bentuk asli hidung kita. Ini berlaku untuk jenis masker yang memiliki bahan yang mudah mengikuti bentuk wajah penggunanya.

Bagi mereka yang memiliki panjang hidung di atas rata-rata tentu akan terlihat enak di pandang mata. Seperti yang biasa kita lihat di iklan-iklan masker yang bertebaran di tv atau media sosial.

Namun beda hal ketika kaum hidung minimalis menggunakan masker. Pertama, masker harus diikat dengan sedikit rapat di belakang kepala biar nggak gampang turun maskernya karena nggak ada batang hidung sebagai penyangga. Kedua, masker bikin super pengap karena lubang hidung kita yang cukup minimalis. Ketiga, masker bikin wajah rata tidak berbentuk, hehehe

Saya jadi berpikir mungkin beberapa masker yang dibuat khusus sehingga bentuknya lebih melengkung ke depan sekarang, diperuntukkan bagi para kaum hidung minimalis agar penampilannya sedikit kece dan trendi alias tidak rata-rata banget. Selebihnya ya untuk memberikan ruang udara antara masker dan hidung.

Namun meskipun demikian, terlepas dari hidungmu mancung atau pesek, terbiasa atau tidak, demi kemaslahatan dan kesehatan bersama mari tetap menggunakan masker ketika hendak ke luar rumah.

Nampaknya emang sepele. Tapi dengan gerakan ini setidaknya kita dapat berpartisipasi aktif untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Niat awalnya memang untuk melindungi diri sendiri, namun secara tidak langsung kita juga sudah melindungi orangtua, anak, sahabat, rekan kerja kekasih, gebetan, dan mantan. Ups

BACA JUGA Menebak Alasan Orang yang Pakai Masker tapi Maskernya Dibuka atau tulisan Ona Mariani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version