Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Mas AHY Bener loh, Anak Muda Tak Boleh Dimanja, apalagi Disiapkan Karpet Merah

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
25 Agustus 2021
A A
Mas AHY mojok

AHY mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Wejangan Mas AHY yang bijak bestari untuk para anak muda mengingatkan saya pada pidato Bu Mega Oktober tahun lalu, “Anak muda kita jangan dimanja.” Saat itu Bu Mega meminta Presiden Joko Widodo untuk tidak memanjakan anak muda yang katanya melek teknologi.

Konteks permintaan Bu Mega mirip dengan wejangan Mas AHY yang membicarakan peran anak muda dalam meningkatkan daya saing bangsa supaya siap mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Visioner sekali Mas AHY dan Bu Mega. Apa karena blio berdua anak mantan presiden dan punya dukungan partai politik?

Seandainya semua anak muda di Indonesia adalah anak presiden dan punya dukungan partai politik, kita nggak perlu lagi khawatir dengan masa depan bangsa. Jangankan Indonesia Emas, 2045 jadi Indonesia Paladium, Indonesia Iridium, atau Indonesia Rhodium pun cincai. FYI, ketiga logam tersebut harganya lebih mahal dari emas.

Anak muda jangan dimanja

Kalau dipikir-pikir, makna kata-kata Mas AHY ini dalam sekali. Bahkan sangat dekat dengan realitas sosial masyarakat kita. Para orang tua di Indonesia memang masih banyak yang memanjakan anaknya. Terutama mereka yang memiliki privilese.

Privilese adalah hak atau kekebalan yang diberikan sebagai keuntungan, manfaat, atau bantuan khusus. Privilese tersebut bisa diwariskan (ascribed status), diraih sendiri dengan kerja keras (achieved status), atau disematkan kepada seseorang oleh orang lain (assigned status).

Contohnya tukang mi ayam langganan saya. Mentang-mentang punya keahlian masak ayam, tahu tempat beli mi yang enak, dan pelanggan pun sudah banyak karena dapat lokasi jualan di perempatan, anaknya disuruh dagang mi ayam juga. Padahal anaknya ini sudah punya pekerjaan, malah diminta resign lalu dibukakan cabang. Semua diurus bapaknya, anaknya tinggal duduk-duduk saja. Coba tukang mi ayam langganan saya ini nggak punya privilese, mana terpikir minta anaknya ikut jualan dan dibukakan cabang.

Memiliki privilese memang sesuatu, kalau nggak hati-hati bisa tergoda menjadi serakah. Demikian juga dengan pewaris privilesenya, jangan sampai jadi kayak anaknya tukang mi ayam langganan saya yang sekarang pusing karena terdampak pandemi. Coba dia berdikari, membangun kariernya sendiri, kan bisa punya keahlian dan lebih moncer auranya.

Baca Juga:

Minggat dari Jakarta dan Memutuskan Hidup di Padang Adalah Keputusan Terbaik Meski Harus Melawan Arus

5 Dosa Kampus yang Hanya Menjual Mimpi Padahal Bikin Kuliah kayak Investasi Bodong

Ini saya nggak sedang ngomongin Mas AHY loh. Kalau Mas AHY, sih, semua orang juga tahu perjuangannya memimpin Partai Demokrat selama ini seperti apa. Kalaupun Mas AHY resign dari karier militernya bertepatan dengan Pilgub DKI kemudian mencalonkan diri dengan dukungan Partai Demokrat itu hanya kebetulan saja.

Anak muda jangan disiapkan karpet merah

Memanjakan anak muda dan menyiapkan karpet merah ini sebelas dua belas alias sami mawon. Keduanya cenderung dilakukan oleh orang tua yang cemas. Tapi, tolong, jangan samakan kecemasan tukang mi ayam langganan saya dengan kecemasan Pak SBY meski keduanya sama-sama orang tua.

Tukang mi ayam langganan saya cemas anaknya tidak berhasil di pekerjaan dan jatuh sakit karena beban kerja terlalu berat. “Kasihan kerja sama orang, capek.” Begitu katanya. Sementara kecemasan Pak SBY adalah kondisi bangsa ini setelah blio tidak lagi menjadi presiden. Kecemasan blio tersurat lewat twit-twit selama bertahun-tahun setelah lengser. Sekarang alhamdulillah sudah nggak cemas lagi setelah Mas AHY mengambil alih beban pikiran blio, Pak SBY bisa fokus berkesenian.

Lagi-lagi adalah sebuah kebetulan jika Pak SBY punya anak dengan kompetensi yang pilih tanding seperti Mas AHY. Sebagai negarawan tentu Pak SBY berpikir sosok Mas AHY tepat untuk memimpin Partai Demokrat untuk kemudian bisa maju mencalonkan diri di pilkada dan pilpres.

Oleh karena itu, ketika Maret lalu Ketua Umum Generasi Muda Demokrat Lucky P. Sastrawiria mengungkap ketidakpuasan atas kinerja Ketua Umum Partai Demokrat AHY, plus mengaku tidak puas dengan terpilihnya AHY secara aklamasi pada kongres Partai Demokrat Maret 2020, ini saja soal beda perspektif saja.

Yang terjadi pada Mas AHY namanya bukan menyiapkan karpet merah atau pewarisan tahta, blio adalah hadiah terindah dari Pak SBY untuk Partai Demokrat dan negeri ini. Jadi coba, deh, ubah perspektif dalam melihat permasalahan ini supaya tidak ada lagi kesalahpahaman.

Lagian nih, ya, yang berkarpet merah itu Mbak Puan. Mas AHY karpetnya, kan, biru.

Akhirul kata, perlu disampaikan di sini bahwa anak muda di Indonesia mestinya bersyukur ada sosok seperti Mas AHY yang tak lelah memberi pencerahan. Terima kasih, Mas!

Sumber gambar: Akun Twitter Agus Harimurti Yudhoyono.

BACA JUGA Karier yang Cocok untuk AHY Andai KLB Moeldoko Diakui Pemerintah dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Agustus 2021 oleh

Tags: AHYkarierPemudaPojok Tubir
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

Guru Honorer Minggat, Digusur Negara dan Guru P3K (Unsplash)

Alasan Guru Honorer Muda Masih Bertahan dengan Pekerjaannya meski Gajinya Kelewat Rata dengan Tanah

23 Februari 2025
Tips Apply CV via LinkedIn biar Nggak Cuma Ngetik "Interested" di Kolom Komentar terminal mojok.co

Tips Apply CV via LinkedIn biar Nggak Cuma Ngetik “Interested” di Kolom Komentar

30 April 2021
Mempertanyakan Relevansi Karang Taruna di Masa Kini

Organisasi Karang Taruna Nyatanya Tak Lebih dari Pelengkap Acara Hajatan dan Ladang Cari Suara Politik

22 Februari 2025
Biarkan Rafi Azzamy Bicara, dan Kalian Orang Tua Sok Sinis Sebaiknya Diam

Biarkan Rafi Azzamy Bicara, dan Kalian Orang Tua Sok Sinis Sebaiknya Diam

12 Juli 2022
Persamaan Ormas Islam Indonesia dan Klub Liga Inggris MOJOK.CO

Kelabu Masa Pensiun Pesepak Bola di Indonesia

25 Agustus 2020
Sindiran Halus Lord Rangga untuk Pemerintah Soal Sejarah Indonesia terminal mojok

Sindiran Halus Lord Rangga untuk Pemerintah Soal Sejarah Indonesia

31 Mei 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.