Mari Menyudahi Nyampah dari Dalam Mobil: Itu Sama Sekali Tidak Etis, Lur

nyampah

nyampah

Kamu mungkin pernah melihat cuplikan video pendek di medsos, entah itu Instagram, Facebook, atau Twitter tentang pengendara mobil patwal Polisi yang dengan seenak jidatnya nyampah air mineral gelas sembarangan di persimpangan lampu merah di daerah Matraman Jaktim. Lantas apa yang terjadi setelahnya? Yap, ada seorang pria berambut gondrong yang merasa risih dan terganggu dengan hal yang kurang santun itu kemudian ia memungut sampah dan tanpa gentar sedikitpun, ia mengembalikan sampah dan menegur bapak Polisi yang telah memberikan contoh yang sama sekali kurang terpuji itu.

Video itu diunggah oleh akun ig @siparjalang, sebenarya peristiwa ini terjadi pada tahun 2013, namun baru viral tahun lalu. Berbagai apresiasi datang dari netizen untuk mas gondrong dan beragam nyinyiran dan kekecewaaan pun tak luput  dialamatkan pada pak Polisi.

Hal ini bukan menjadi aksi gagah-gagahan, sebab siapapun dan di manapun kita, setidaknya dapat menahan untuk tidak membuang sampah sembargan. Jika masih berada di dalam mobil, taruh saja dulu di kantong kresek, jika tak ada, tempat untuk menaruh botol yang terdapat di setiap pintu dapat dijadikan tempat sampah sementara, hingga tiba di rest area, tempat sampah pinggir jalan, atau Indomaret—sekadar untuk melepas lelah dan berbelanja keperluan tentunya.

Dalam hal ini, saya meriset 10 kawan saya tentang pengalamannya melihat sendiri orang yang buang sampah sembarangan dari dalam mobil. Dan hasilnya adalah sebagai berikut.

Bahwasannya, 7 dari 10 responden menyatakan hal yang kurang lebih serupa, bahwa nyampah dari dalam mobil, entah itu plastik bekas makanan ringan, botol air mineral, putung atau abu rokok, sampai bungkus permen. Tentu hal itu sangat mengganggu dan membahayakan pengguna jalan lain. Bahayanya adalah sampah itu dapat tertabrak oleh pengendara lain yang berada di belakangnya, hingga menyebabkan gerakan reflek untuk menghidarinya, atau menganggu fokus dan pandangan. Ha dikiro dalanan iki wek’e pakdene po?

Sisanya tak pernah dan lupa terhadap kejadian yang pernah mereka tangkap, sebab sudah lama hal itu terlewat begitu saja tanpa mereka abadikan satu gambar pun ya bauat apa juga diabadikan kan?, tapi yang jelas mereka juga tak setuju dengan perilaku yang dapat merusak lingkungan dan membahayakan pengendara lain.

Dan 3 di antara 7 responden, pernah melihat orang di dalam mobil membuang sampah kering satu sampai tiga kresek yang lumayan besar di pinggir jalan, yang mana disepanjang jalan itu tak ada area pembuangan sampah yang tersedia.

Mula-mula penumpang mobil itu membuka pintu—dengan mobil masih bergerak perlahan—lalu dibuanglah sampah tersebut ke tempat yang sekiranya rumbuk atau tak terlihat orang, seperti melemparnya ke bawah jembatan, selokan besar yang tak lagi dialiri air, dan di rerumputan liar. Melihat hal itu, kawan saya hanya bisa mbatin. Ia tak cukup berani menghadang, dan memberi peringatan. “Aku dudu aparat, lur,” ujarnya.

Saya pun pernah mengalami hal serupa, ketika saya sedang mengendarai sepeda motor ke luar kota, saya mendapati lengan seseorang yang keluar dari jendela mobil dan nyampah tisu, disusul botol air mineral, dan bungkus snack yang sudah dilipat sedemikian rupa. Mengetahui hal itu, ingin rasanya ku hadang mereka lalu memberikan tausiyah seputar fiqih bencana.

Kali lain, di saat saya mengendarai sepeda motor, tepat di depan saya melaju cukup kencang mobil kol bak yang mengangkut tiga ekor sapi yang pantatnya di sebelah kanan. Saya tak sabar ingin cepat-cepat menuju rumah karena ingin setor tunai—pup. Ketika saya lihat di depan tak ada kendaraan yang berlawanan arah, tanpa pikir panjang saya langsung tancap gas.

Sejurus dengan itu, ndilalah salah satu sapi itu mengeluarkan air kencing yang cukup deras layaknya semprotan pemadam kebakaran. “Buajigurr..!” teriak saya, saya pun reflek melakukan manuver untuk mengambil jarak dari ‘air mancur itu’, berusaha tuk menghindarinya. Walau masih terkena cipratannya sih, tapi setidaknya tidak sampai basah seperti diguyur hujan dadakan.

Bukan hanya sampah anorganik saja yang jadi masalah macam plastik dan lain sebangsanya, tapi juga sampah yang keluar dari tubuh manusia. Which is itu sampah yang busuk sejak dalam pikiran apalagi perbuatan tubuh kita ini. Sebut sajalah riyak, ludah, atau ingus yang jika dibuang sembari mengendari mobil, truk, atau motor sekalipun dengan kecepatan 100 km/jam—tanpa peduli di belakang ada pengendara lain atau tidak—maka dapat dipastikan lendir-lendir itu akan terbawa angin, terhempas jauh ke belakang, hingga parahnya terkena pengendara lain yang berada tepat di belakangnya. Masih untung kalau pengendara mobil yang jadi korbannya, kaca depan dapat degan mudah dibersihkan dengan wiper.

Lha kalau yang kena pengendara sepeda motor—bisa dipastikan misuh dan segala makian secara otomatis akan keluar dari congor orang yang menjadi korban kegoblokan orang yang masa bodoh terhadap lingkungan sekitar.

Yang penting sampah itu tak bersarang terlalu lama di dalam diri atau mobilnya dan sesegera mungkin membuangnya tanpa memperdulikan ekosistem dan orang di sekitarnya—beres masalah. Tapi, tidak semudah itu, Ferguso!—bukannya menyelesaikan masalah, justru menimbulkan masalah baru.

Sebenarnya jika kita telisik lebih dalam, perilaku membuang sampah sembarangan di jalan raya ini sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya—Bab XI Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Bab XII Dampak Lingkungan.

Arkian, kita bisa menjaga kelestarian alam ini dengan berbagai cara, seperti menegur kawan kita jika ada yang nyampah sembarangan. Sebab, dampaknya tidak main-main, walau satu bungkus plastik yang dibuang bukan pada tempatnya. Jika hal ini dilakukan oleh seluruh penduduk bumi, berapa ton sampah yang akan menimbulkan bencana? Seperti rusaknya ekosistem di darat maupun di air, bencana ekologis seperti banjir, tanah yang tak lagi subur, hingga berbagai penyakit yang bersumber dari sampah.

Ini bumi tempat kita bersemayam dan berkembangbiak. Merawat dan menjaganya dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya hingga menanam pohon disekitar rumah demi kualitas udara bersih adalah wujud nyata bahwa kita masih peduli terhadap kesehatan bumi yang kita pijak bersama ini.

Salam lestari~

Exit mobile version