Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Mari Adu Musik Pop Indonesia Dekade 2000-an dengan 2010-an, Mana yang Terbaik?

Iqbal AR oleh Iqbal AR
22 Maret 2022
A A
Mari Adu Musik Pop Indonesia Dekade 2000-an atau 2010-an, Mana yang Terbaik? Terminal Mojok.co

Mari Adu Musik Pop Indonesia Dekade 2000-an atau 2010-an, Mana yang Terbaik? (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau ada pertanyaan mengenai siapa musisi pop terbaik sepanjang sejarah Indonesia? Atau mengenai kapan era musik pop Indonesia mengalami kejayaannya? Apa jawaban kalian? Chrisye di era 80 dan 90-an? Kla Project di era 90-an? Koes Plus di era 60 sampai 80-an? Atau malah Peterpan dan Sheila on7 di era 2000-an?

Perdebatan ini mungkin akan jadi panjang. Sebab kata banyak orang, musik itu soal preferensi. Dan bukan tugas mudah menobatkan siapa dan di era mana musik terbaik itu. Termasuk dalam hal ini adalah musik pop Indonesia, yang tiap eranya mempunyai karakter masing-masing. Tapi mari sejenak bersenang-senang dengan satu pertanyaan. Mana yang lebih baik, musik pop Indonesia dekade 2000-an atau dekade 2010-an?

Sebagai permulaan, dua dekade ini adalah dua dekade yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dekade 2000-an adalah masa di mana musisi cukup bergantung pada penjualan karya fisik, mulai dari kaset hingga CD. Sedangkan dekade 2010-an, perlahan muncul streaming digital (pertengahan hingga akhir dekade 2010-an). Karya fisik di dekade ini juga perlahan ditinggalkan. Atau lebih tepatnya, ia bukan jadi priorotas musisi pop lagi.

Soal promosi dan publikasi, kedua dekade ini juga punya cirinya masing-masing. Dekade 2000-an, para musisi masih cukup bergantung pada radio, serta acara-acara musik di TV, seperti MTV, Inbox, hingga Dahsyat. Nah, pada dekade 2010-an, sayangnya acara-acara musik di TV mulai hilang. MTV hilang, Inbox juga hilang meskipun umurnya lebih lama dari MTV, dan Dahsyat entah berubah jadi acara apa.

Oke, kita masuk ke pembahasan utamanya. Mana yang lebih baik, musik pop dekade 2000-an atau dekade 2010-an? Sebelum itu, mari kita pilih siapa saja yang sekiranya bisa mewakili masing-masing dekade. Untuk dekade 2000-an, Peterpan dan Sheila on7 mungkin adalah dua musisi yang paling pantas mewakili dekade ini. Sedangkan untuk dekade 2010-an, musisi pop Indonesia didominasi oleh beberapa solois: Tulus dan Raisa.

Sheila on 7 salah satu band yang menonjol di dekade 2000-an (Bonma Suriya/Shutterstock.com)

Mungkin banyak yang akan protes bahwa membandingkan band dengan solois agak kurang apple to apple. Tapi ya tidak apa-apa, lah, namanya juga bersenang-senang, jadi gas aja terus. Toh, Tulus dan Raisa kalau manggung juga pakai band, kan? Hehehe.

Di awal dekade 2000-an, Peterpan dan Sheila On7 mulai muncul dan menggebrak dunia industri musik pop Indonesia. Peterpan meledak dengan dua album pertamanya Taman Langit (2003) dan Bintang Di Surga (2004). Sedangkan Sheila On 7, album pertamanya rilis pada 1999, lalu album keduanya Kisah Klasik Untuk Masa Depan rilis pada 2000 dan meledak

Dua band ini (beserta dua album pertamanya) seakan menjadi cetak biru tentang musik pop Indonesia di dekade 2000-an. Pengaruh Britpop juga jadi kunci penting, mengapa dua band ini seperti menjadi primadona dan menjadi tolok ukur bagi band-band lain setelahnya. Sebut saja The Rain dan The Titans, dua band yang masing-masing terpengaruh (entah dengan sengaja atau tidak) masing-masing dengan Sheila On7 dan Peterpan. Dan hingga saat ini, Sheila on 7 dan Peterpan (yang berganti nama menjadi Noah) masih eksis dan lagunya masih diputar di mana-mana.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Musik pop dekade 2000-an banyak didominasi oleh grup band (Shutterstock.com)

Pada dekade 2010-an, rasa-rasanya musik pop Indonesia mulai berganti haluan, di mana yang tadinya banyak diisi dengan grup band, kini perlahan mulai banyak solois. Tulus dan Raisa mungkin jadi yang teratas. Lewat album pertama dan keduanya Tulus (2011) dan Gajah (2014), Tulus merambah naik dan menjadi musisi pop papan atas Indonesia. Raisa pun sama. dua album pertamanya Raisa (2011) dan Heart to Heart (2013) juga menjadikan Raisa sebagai diva pop papan atas saat itu.

Musik pop dekade 2010-an muncul banyak solois (Shutterstock.com)

Lalu pertanyaannya, era siapa yang lebih baik? Sebelum itu, mari kita bandingkan antara Peterpan dan Sheila On 7 dengan Tulus dan Raisa. Oke, soal musik, tentu saja masing-masing mereka mempunyai pengaruh yang besar. Peterpan dan Sheila On 7, seakan menjadi kiblat bagi para band di bawahnya. Komposisi musik mereka pun sepertinya nyaris terulang, baik oleh mereka sendiri, atau band-band junior mereka. Lihat saja siapa yang bisa meniru riff-riff gitar yang dibuat oleh duet Lukman-Uki di Peterpan atau oleh duet Eross-Sakti di Sheila On 7? Tentu saja tidak ada.

Soal penulisan lirik apalagi. Lirik-lirik gubahan Ariel di Peterpan tentu sudah menjadi ciri khas tersendiri yang sepertinya tidak bisa dicopy-paste. Eross-Duta di Sheila On 7 pun sama, dengan kesederhanaan penulisannya, mereka mampu membuat Sheila On 7 menjadi salah satu band pop dengan lirik paling indah. Tingkatan inilah yang sepertinya belum pernah dicapai oleh band-band pop lain di dekade 2000-an.

Tulus dan Raisa mungkin melakukan hal yang sama. Mereka membuat musik yang indah, dengan lirik yang indah pula. Namun, sebagai representasi musik pop dekade 2010-an (setidaknya menurut saya), Tulus dan Raisa masih mudah untuk dikejar. Itu jelas terbukti dengan munculnya banyak musisi (terutama solois) yang sepertinya lebih bagus dari mereka. Sal Priadi, Ardhito Pramono, bahkan HiVi mungkin bisa jadi lebih bagus dari mereka. Mungkin, lho ya. Dan juga secara pencapaian, rasanya kok susah bagi musisi dekade 2010-an melebihi pencapaian musisi 2000-an.

Berarti sudah jelas, ya, musik pop era 2000-an lebih baik dari musik pop era 2010-an. Kesimpulan ini tentunya bukan kesimpulan yang serius-serius banget. Seperti yang sudah saya sebut di awal, ini hanya senang-senang. Kalau tidak sepakat ya silakan saja. Mau mendebat juga monggo, balas tulisan juga monggo.

Penulis: Iqbal AR
Editor: Audian Laili

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Maret 2022 oleh

Tags: 2000-an2010-anmusik poppeterpanpilihan redaksiRaisaSheila on 7tulus
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Upin Ipin dan Sifatnya yang Saya Benci

Upin Ipin dan Sifatnya yang Saya Benci

13 Juni 2023
Tragedi Kanjuruhan: Mari Dukung Sanksi FIFA!

Tragedi Kanjuruhan: Mari Dukung Sanksi FIFA!

2 Oktober 2022
Panduan Orang Sumatra Cari Tempat Makan di Jawa yang Cocok dengan Selera terminal mojok.co

Panduan Orang Sumatra Cari Tempat Makan di Jawa yang Cocok dengan Selera

27 Oktober 2021
5 Angkringan Jogja yang Perlu Dihindari biar Nggak Menyesal

5 Angkringan Jogja yang Perlu Dihindari biar Nggak Menyesal

28 September 2025
Pelayanan Adminduk Surabaya Pantas Diacungi Jempol, dan Bikin Daerah Lain Makin Iri dengan Surabaya jogja kuliah di Jogja

Jujur Saja, Surabaya Jauh Lebih Pantas Menyandang Gelar Kota Pelajar, Bukan Jogja, yang Jelas-jelas Tak Ramah untuk Pelajar

26 Februari 2024
Menilik Romantisnya Candi Plaosan Klaten dan Kemeriahan Festival Candi Kembar

Menilik Romantisnya Candi Plaosan Klaten dan Kemeriahan Festival Candi Kembar

12 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran Mojok.co

Saya Hidup Cukup Lama hingga Bisa Melihat Wonosobo yang Daerah Pegunungan Itu Kebanjiran

12 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.