Solo terkenal sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali. Alasannya tentu saja karena biaya hidupnya yang murah. Maklum harga makanan di sini masih murah meriah. Selain itu, banyak makanan khas Solo yang terkenal akan kelezatan rasanya, sebut saja selat solo, sop timlo, sop matahari, dll.
Akan tetapi, harga makanan yang murah dan pilihan menu yang melimpah itu belum tentu sesuai selera lidah para pendatang baru, khususnya yang berasal dari luar provinsi Jawa Tengah. Apalagi bagi mereka yang baru sebentar menginjakkan kaki di sini. Kadang, butuh waktu untuk beradaptasi agar lidah bersahabat dengan beragam menu makanan yang dijual di Solo.
Setidaknya setelah kurang lebih 9 tahun tinggal di Solo, lidah saya telah malang melintang dengan kekayaan rasa beragam masakan di sini. Sebelum menjejakkan kaki di Kota Liwet ini, saya adalah warga asli provinsi Jawa Timur, tepatnya Magetan.
Sekarang saya ingin kembali mengenang beberapa makanan di Solo yang membuat saya terkejut saat mencicipinya pertama kali. Tentu bukan cuma saya yang mengalami perasaan “mak jegagik” ini, saya sudah cukup sering memvalidasi apa yang saya rasakan dengan bertanya pada kawan-kawan yang berasal dari Jawa Timur lainnya. Langsung saja, berikut makanan di Solo yang bikin orang Jawa Timur terkejut saat mencicipinya pertama kali.
#1 Soto Solo
Saya masih berstatus mahasiswa baru saat kelaparan di pagi itu. Saya pun segera merapat menuju warung soto yang letaknya tak jauh dari kos. Tak lama, tersajilah semangkuk soto daging di hadapan saya. Saat melihat tampilannya, jujur saja saya kaget. “Soto kok bening banget?” teriak saya dalam hati. Saya sempat berpikiran ada bumbu yang belum teraduk di dasar mangkuk.
Bahkan ketika saya mengaduk kuah soto dengan sendok, warna kuahnya tak kunjung berubah menjadi kuning atau kental. Ditambah isian sotonya begitu minimalis, cuma kecambah, daging, daun seledri, dan bawang goreng. “Ini soto apa sop, ya?” saya sempat bergumam keheranan.
Maklum saja, sebagai orang Jawa Timuran, saya terbiasa dengan menu soto berkuah kuning kental dengan isian beragam mulai dari suwiran daging, mihun, kentang goreng, irisan kol, kacang goreng, daun seledri, hingga bawang goreng. Jelas saja ketika dihadapkan dengan soto solo yang sangat minimalis itu, saya seperti kehilangan harapan makan isian soto yang banyak tadi.
Akan tetapi, setelah sekian lama tinggal di sini, saya menemukan sisi unik rasa soto solo yang minimalis ini. Meskipun bumbu dan isiannya lebih sederhana, soto Solo punya sisi kelezatan tersendiri jika dinikmati dengan penghayatan yang pas.
#2 Makanan HIK
Banyak tenda-tenda pedagang kaki lima yang buka di sore hingga malam hari di Solo yang kerap disebut HIK. Mereka menjual berbagai makanan bungkusan, gorengan, dan tusukan-tusukan yang dibakar. Bungkusan biasanya sudah tersedia di atas meja bertuliskan “nasi bandeng”, “nasi teri”, “nasi oseng”, dan sebagainya. Jadi, pembeli tinggal mencomot saja sesuai selera.
Lagi-lagi saya terkejut saat membuka bungkusan HIK pertama. Di Jawa Timur, kami terbiasa makan nasi bungkusan yang tinggal nyomot berupa nasi rames dengan isian setidaknya sambal, mi, dan sepotong daging dengan porsi agak berisi.
Lha, begitu sampai di Solo, kok unik sekali, ternyata ada nasi bungkus dengan porsi sekecil ini. Sebungkus nasi di HIK hanya bisa untuk dua hingga tiga suapan. Ya harganya memang murah banget, sih, tapi kalau cuma makan sebungkus ya kurang dong untuk mengganjal perut yang kelaparan.
#3 Cabuk Rambak
Makanan di Solo selanjutnya yang bikin orang Jawa Timur seperti saya kaget saat pertama kali mencicipinya adalah cabuk rambak. Makanan ini dibuat dari ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, lalu disiram dengan saus wijen yang dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu disangrai. Setelah itu tambahkan beberapa potong karak (sejenis kerupuk yang terbuat dari nasi kering dan bleng), cabuk rambak siap disajikan.
Makanan satu ini membuat kami yang dari Jawa Timur merasa “nanggung”, sebab di Jawa Timur jarang sekali atau hampir nggak ada cabuk rambak ini. Di Jawa Timur lebih sering tersedia lontong yang dimakan dengan pecel atau sayur lodeh.
#4 Gendar Pecel
Penampilannya sekilas mirip lontong atau ketupat pecel yang banyak dijual di daerah Jawa Timur, tapi setelah dirasakan, sungguh berbeda. Gendar sendiri merupakan olahan nasi yang bertekstur kenyal. Biasanya gendar dibuat dari nasi dengan campuran bleng (campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional) yang berfungsi mengembangkan dan mengenyalkan adonan. Pokoknya beda deh dengan lontong atau ketupat.
Itulah beberapa makanan di Solo yang cukup bikin saya terkejut. Banyak makanan yang mirip dengan makanan Jawa Timuran, tapi sesungguhnya berbeda. Meski begitu, kalau kalian pendatang baru di Kota Liwet, nggak usah khawatir, lama-lama lidah kalian bakal menemukan sisi lezat dari makanan-makanan unik tersebut. Kayak saya yang lama-lama terbiasa, cuma butuh waktu aja untuk beradaptasi.
Penulis: Diki Marlina
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Kedai Es di Solo yang Sayang untuk Dilewatkan, Wajib Mampir!