3 Tipe Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di UIN Palembang

3 Tipe Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di UIN Palembang uin jogja, uin malang

3 Tipe Mahasiswa yang Nggak Cocok Kuliah di UIN Palembang (Unsplash.com)

Saya pernah menulis soal kegalauan saya yang gagal masuk Unsri dan malah masuk UIN Palembang di Terminal Mojok. Dalam artikel tersebut saya mensyukuri kegagalan saya lantaran kampus UIN Palembang rupanya nggak buruk-buruk amat. Siapa sangka kalau perguruan tinggi negeri Islam ini nyaman juga.

Akan tetapi nyatanya banyak teman saya yang nggak cocok kuliah di sini. Lantaran merasa nggak cocok, kebanyakan memilih jalan lain seperti berhenti kuliah, membolos, bahkan melawan dosen.

Nah, buat adik-adik yang saat ini bingung memutuskan mau kuliah di mana dan tertarik ingin melanjutkan studi ke UIN Palembang, sebaiknya baca dulu artikel ini sampai habis. Saya akan membeberkan tipe mahasiswa yang nggak cocok kuliah di sini. Pokoknya wajib dibaca biar kalian nggak syok waktu kuliah di sini.

#1 Mahasiswa yang kekeuh pakai jins, kaos oblong, rambut gondrong, dan jilbab pendek tidak direkomendasikan kuliah di UIN Palembang

Buat calon mahasiswa UIN Palembang, kalian harus mulai memperhatikan pakaian yang kalian kenakan sebelum masuk dunia perkuliahan. Namanya juga perguruan tinggi Islam, pakaian kita tentu harus mencerminkan ajaran Islam, misalnya berpakaian yang menutup aurat, sopan, rapi, dan bersih.

Peraturan ini mengikat buat mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Yang laki-laki nggak boleh pakai jins dan berambut gondrong karena kurang rapi dan kurang sopan. Yang perempuan juga harus menutup aurat dan berjilbab panjang.

Mungkin kalian akan bertanya-tanya, kenapa sih kampus UIN Palembang harus mengatur pakaian mahasiswanya? Bukankah yang penting itu pemikirannya daripada apa yang dikenakan mahasiswanya

Iya, di satu sisi saya sepakat dengan pertanyaan tersebut bahwa pemikiran seseorang nggak selalu bisa diukur dari pakaiannya. Mentang-mentang dia pakai jins dan kaos oblong langsung dibilang liberal dan nggak paham agama. Tapi masalahnya kita ini hidup dalam budaya timur, dan kampus UIN rata-rata mengusung slogan akhlakul karimah yang tercermin dari pakaiannya yang rapi, sopan, bersih, dan menutup aurat.

Jika kalian kekeuh melanggar aturan ini, siap-siap nilai mata kuliah kalian akan bernasib tragis. Cukuplah saya yang mendapat nilai D gara-gara nggak taat dengan aturan pakaian di UIN Palembang. Dan kalau kalian tetap ingin bergaya semaunya, lebih baik kuliah di kampus lain saja karena kalian nggak cocok ngampus di sini.

Baca halaman selanjutnya: Mahasiswa yang terlalu…

#2 Mahasiswa yang terlalu kritis dan skeptis

Jika kalian termasuk mahasiswa yang suka memberontak di kampus, saya sarankan nggak usah kuliah di UIN Palembang. Begini, hal-hal yang berbau kritis dan skeptis itu masih tabu di UIN Palembang. Jadi, jika kalian tipe mahasiswa yang kebanyakan tanya dan protes, siap-siap status kalian sebagai mahasiswa akan terancam.

Contohnya saya. Dulu saya pernah mempertanyakan teori yang dosen sampaikan di kelas, lalu pernah juga memprotes kebijakan PPL harus di luar kota ke prodi. Dan, hasilnya tentu bisa ditebak: saya hampir dipolisikan gara-gara memprotes kebijakan PPL, dan berakhir dengan meminta maaf kepada si dosen yang pernah saya bantah itu.

Sebetulnya bukan hanya saya sih yang kena. Teman-teman saya yang jago protes juga terkena sanksi tak tertulis dari beberapa dosen. Rata-rata mereka mendapat nilai C gara-gara beda pendapat dengan si dosen. Bahaya bukan menjadi mahasiswa terlalu kritis dan skeptis di UIN Palembang?

Saran saya, jika kalian mau dunia perkuliahan yang aman sentosa di kampus ini, pendam saja semuanya. Ketika memilih kuliah di UIN Palembang, jadilah mahasiswa penurut karena dengan begitu kuliah kalian akan lancar tanpa kendala.

#3 Mahasiswa yang nggak mau belajar ngaji dan nggak mau hafalan wajib keluar dari UIN Palembang

Di sini saya bedakan antara mahasiswa yang nggak bisa ngaji dan nggak mau belajar ngaji. Mahasiswa UIN Palembang yang nggak bisa ngaji ya banyak, dan itu wajar karena nggak semua mahasiswanya berasal dari MA, pesantren, atau dari keluarga yang mementingkan ngaji.

Masalahnya, banyak mahasiswa yang sudah tahu bahwa mereka nggak bisa ngaji, tapi tetap nggak mau belajar ngaji sama dosen di kampusnya. Jadi yang salah dosennya apa mahasiswanya?

Terlepas dari metode dosen yang kadang bikin kita jengkel, tetap saja dosen itu sudah mau menyediakan waktu untuk mengajari kita ngaji. Kalau akhirnya sidang kalian terkendala gara-gara nggak bisa ngaji, ya kalian jangan salahin dosen, dong. Kan kalian sendiri yang nggak mau belajar ngaji.

Selain bisa ngaji, mahasiswa UIN Palembang juga diwajibkan untuk hafalan ayat-ayat pendek. Dan lagi-lagi, banyak mahasiswa yang terkendala sidang skripsinya gara-gara hafalannya nggak sampai standar fakultas. Padahal sudah dari semester pertengahan atau awal mereka dikasih tahu mengenai hafalan ini, tapi masih saja ada yang menganggap remeh.

Buat kalian yang telanjur masuk UIN Palembang tapi nggak bisa ngaji dan sedikit hafalannya, nggak usah khawatir. Di awal semester ada program yang namanya Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) dengan seorang dosen. Di sana kalian bisa belajar semaksimal mungkin dengan dosen yang dipilih. Untuk hafalan kan masih bisa dibanyakin ya, soalnya sidang skripsi masih 7 semester lagi.

Yok, segera mencocokkan diri dengan budaya UIN Palembang. Jika merasa nggak cocok dengan 3 hal di atas, berarti kalian harus siap-siap mencari kampus lain.

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bersyukur Ditolak Unsri dan Diterima UIN Palembang, Ternyata Kampusnya Lebih Nyaman.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version