Belakangan ini, saya dibuat kesel sama story banyak kawan yang sambat tentang tugas kuliah. Oh, bukan saya ambis atau sok ambis. Rasanya sumpek saja kalau liat mahasiswa yang ngeluh tugas 24/7. Tapi, yang paling mengherankan adalah, meski mereka dihajar tugas ngiwo nengen, mereka tetap saja update kalau mereka hiling hiling manja. Lah?
Iya, saya tahu, semua orang pasti punya masalah hidupnya masing-masing, dan punya kapasitasnya masing-masing dalam menghadapinya. Tapi ya bukan berarti dengan adanya tugas kuliah itu kemudian dianggap sebagai sesuatu yang seakan mengancam mental, jiwa, dan raga. Kalau memang tugas kuliah menjadikan masalah hidup tambah berat, terus ngapain kuliah?
Daftar Isi
Tugas kuliah bukan suatu masalah, melainkan kebutuhan
Sebagai salah satu bagian dari mahasiswa, saya menyadari betul kalau dunia perkuliahan itu banyak sekali masalah yang perlu dihadapi. Ada perkara UKT, dosen yang PHP, kampus yang problematik, kawan-kawan yang bangsat, uang yang habis sebelum tanggal tua, dan masih banyak lagi masalah-masalah yang menyertainya.
Tapi, untuk perihal tugas, saya pikir bukan termasuk sebagai masalah atau bahkan ancaman. Kalau mereka meluangkan sedikit waktu untuk berpikir alih-alih sambat, pasti paham kalau tugas itu adalah jalan untuk mereka jadi pribadi yang berkualitas. Entah perihal kualitas itu akan merujuk pada bidang yang diambilnya, yang jelas tugas-tugas kuliah pasti ngebuat si mahasiswa lebih bisa mikir, bisa mengetahui wawasan tentang kehidupan, dan tentu bisa bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun sekitarnya.
Saya sempat mikir, kalau mereka benci sama tugas, terus ngapain kuliah dah? Maksudnya, kan wajar to ya kalau kuliah dapat tugas. Kalau nggak mau dapat tugas, maunya langsung dapat ijazah? Enak men tuturanmu.
Emang sih, kuliah itu tujuannya biar dapat ijazah. Nggak salah sama sekali. Kalau kuliah cuman dapat hikmah ya nggak lucu. Cuman, tujuan dapet ijazah apa sih? Biar kerja?
Sini sa kasih tahu. Kerja itu nggak melulu tentang ijazah. Kompetensi dan skill jadi jualan dan daya tawar utama pelamar kepada perusahaan yang sedang cari karyawan. Saya rasa, kompetensi dan skill itu nggak didapat dari sambat.
Oleh karena itu, janganlah memandang tugas kuliah sebagai masalah yang menghambat aktivitas kalian. Justru sebagai mahasiswa, kesibukannya itu ya harusnya perkara tugas, sibuk cari pengetahuan baru, atau ningkatin personal branding agar di kemudian hari bisa lebih gampang ngedapetin pekerjaan. Bukan malah sambat di media sosial sambil berharap ijazah.
Tugas kuliah nggak seberapa dibanding tugas di dunia kerja
Saya bukan sok tahu, tapi sebelum jadi mahasiswa, saya juga sempat terjun di dunia kerja meskipun hanya beberapa tahun. Dan saya pikir, kesumpekan di dunia kerja itu jauh lebih menguras fisik dan mental ketimbang ketika di dunia perkuliahan.
Tekanan yang ada di dunia kerja tentu saja berbeda dengan dunia kuliah. Misalnya, dosen masih bisa memberimu extended deadline pada tugas kuliah. Tapi, kantor belum tentu. Bahkan mungkin mereka tak memberimu jatah absen.
Makanya kenapa kadang beberapa dosen yang ngasih tugas itu ada yang banyak, rumit, mendadak, deadline-nya mepet, ya karena biar si mahasiswa ini terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Meskipun atmosfer menghadapi tugas kuliah dan kerja itu berbeda, tapi setidaknya bisa dijadikan simulasi buat mahasiswa agar nggak kaget-kaget amat ketika nanti sudah waktunya.
Jadi, kalau ngadepin tugas kuliah itu dengan cara dikit-dikit sambat, dikit-dikit ngerasa paling menderita, bisa dibayangkan sendiri bagaimana nantinya ketika di dunia kerja.
Masih muda, jangan rapuh
Sebenarnya saya ini nggak begitu percaya diri buat ngatain mereka secara frontal. Tapi karena setiap hari kawan-kawan mahasiswa ini terlalu berisik sambat perkara tugas kuliah, akhirnya saya nggak tahan buat ngomong bahwa mereka ini letoy; lebay; manja; seperti halnya yang dikatakan sama Prof. Rhenald Kasali mengenai strawberry generation.
Wahai kawan-kawan sebaya, sambat itu ya nggak apa-apa, tapi ya sebisa mungkin nggak sering-sering. Mau dimaki kek mana, tugas kuliah itu selesainya ya dikerjain. Makin disambatin, makin nggak selesai. Sama seperti skripsi, tugas yang baik itu adalah tugas yang selesai.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kok Bisa Ada Mahasiswa yang Bangga Pakai Jasa Joki Tugas, Sehat, Bos?