Naik bus tidak cocok untuk orang yang tidak awas
Naik bus mungkin bisa menjadi banyak pilihan mahasiswa asal Ponorogo yang ingin pulang ke kampung halaman atau kembali ke tanah perantauan. Biayanya jauh lebih murah daripada kereta. Namun, bagi saya yang pelor, naik bus sangat saya hindari. Selain rawan kebablasan, rawan pula kecopetan. Apalagi, saat naik atau turun bus, kalau tidak awas pencopet langsung sat set wat wet meluncurkan aksinya.
Memang sih, mudik menggunakan bus lebih murah sehingga cocok di kantong mahasiswa. Namun, kerap kali bus ugal-ugalan bikin senam jantung. Selain itu, tidak semua bus dalam kondisi baik. Kalau sedang zonk, kalian bisa dapat bus yang pengap. Naik bus betul-betul punya banyak risiko.
Naik travel memang paling aman, tapi bikin kantong mahasiswa jebol
Kalau mau minim risiko, pilihan paling tepat memang naik travel. Travel bisa menjemput dari kos dan mengantar sampai depan rumah, begitu pula sebaliknya. Opsi ini nggak perlu ke Madiun dulu atau ganti-ganti kendaraan. Aman dan nggak ribet kan?
Waktu keberangkatannya pun beragam, dari pagi hingga sore tersedia. Kalau untuk tujuan Malang, kebanyakan agen travel menyediakan jam keberangkatan mulai dari jam 06.00 WIB, 08.00 WIB, 13.00 WIB, dan 15.00 WIB. Perjalanan Ponorogo-Malang atau sebaliknya memakan kurang lebih 5 jam perjalanan saja, tidak begitu lama.
Akan tetapi, naik travel perlu merogoh kocek yang dalam, mencapai Rp120.000 sekali jalan. Jadi kalau bolak balik naik travel setidaknya perlu menyiapkan dana hingga Rp240.000. Belum lagi kalau harga berubah karena libur panjang, BBM, dan faktor-faktor lain. Benar-benar bisa tekor.
Walau travel tidak melulu nyaman dan harganya sedikit lebih mahal, saya tetap menjadikan travel pilihan saat pulang kampung ke Ponorogo atau kembali merantau ke Malang. Opsi ini paling cocok untuk saya yang tidak awas, ngantukan, dan tidak suka repot. Perkara harga travel, saya memang perlu menabung lebih banyak sih.
Ya, begitulah nasib mahasiswa asal Ponorogo yang kuliah di luar kota dengan kendaraan umum yang terbatas dan belum terintegrasi. Semoga di masa mendatang, transportasi Ponorogo semakin berkembang ya. Syukur-syukur punya kereta sendiri. Saya bakal jadi penumpang setia nih kalau Ponorogo punya kereta.
Penulis: Annasha Anjani Tria Amelia
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.