Memupuk skill yang bermanfaat di dunia kerja
Apa yang saya sesali tak hanya itu, skill cadangan seperti penguasaan bahasa dan perangkat komputer lainnya juga tak sempat saya kembangkan. Imbasnya, saya kelabakan di penghujung kuliah saat menunggu ijazah dari kampus. Saya harus belajar otodidak secara cepat. Sementara ikut pelatihan khusus butuh waktu dan biaya tinggi. Padahal biaya wisuda cukup menguras tabungan.
Mau tak mau, saya rela menjadi karyawan magang di perusahaan-perusahaan kecil dengan gaji pas-pasan, jauh dari bayangan. Di sisi lain, sudah banyak teman-teman saya yang lolos di beberapa perusahaan lumayan besar bahkan diangkat menjadi karyawan tetap. Nelangsa ketinggalan, tapi memang itu harga yang harus dibayar karena masa lalu.
Boleh jadi mahasiswa ambisius, tapi pilih-pilih juga kegiatannya
Sebelum pandemi, saya masih berkecimpung di organisasi mahasiswa yang sebenarnya tidak ngebantu amat dalam karir saya di dunia media massa. Maklum, mahasiswa baru lagi senang-senangnya eksplor organisasi. Nasib sudah terlanjur basah, saya harus hadapi walau masih menggerutu “andai saja saya hanya fokus di beberapa organisasi penunjang skill untuk berkarir”.
Pengalaman organisasi itu mengajarkan saya, sebenarnya boleh-boleh saja jadi mahasiswa ambis yang ikut organisasi ini-itu. Asal, organisasi yang dipilih benar-benar bermanfaat untuk masa depan, misal sesuai dengan jurusan atau tujuan karier. Kalau memang belum ada tujuan yaa mungkin pererat relasi pertemanan, siapa tahu jadi salah satu peluang mempermudah masuk kerja di masa depan.
Nah, hal itu kelemahan saya, senior organisasi saya anggap hanya sebagai rekan semata tanpa kedekatan personal. Padahal bisa jadi jembatan karir buat saya di akhir perkuliahan. Apalagi dapat senior yang loyal, bisa-bisa ditawari pekerjaan di perusahaan top.
Terlambat bukan berarti gagal. Masih ada waktu buat orang-orang seperti saya untuk berbenah diri meningkatkan kemampuan biar bisa bersaing di dunia pekerjaan. Walaupun memang rasanya seperti makan sambil berlari. Agak capek, tapi ya sudah jalani saja toh untuk menjadi orang sukses butuh waktu panjang dan ketekunan.
Penulis: Gina Nurulfadilah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pelajar Surabaya Nggak Butuh Pramuka, Ekstrakurikuler Ini Memang Lebih Baik Nggak Diwajibkan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.