Madura Tidak Butuh Jalan Tol

Madura Tidak Butuh Jalan Tol

Madura Tidak Butuh Jalan Tol (Pixabay.com)

Wacana tentang pembangunan jalan tol di Madura terus menyeruak di tengah masyarakat. Dalam satu minggu ini saja, saya sudah dua kali melihat konten di media sosial yang menggambarkan keinginan masyarakat Madura agar segera berdiri jalan tol. Dan jauh sebelumnya, saya sudah banyak mendengar keluh kesah orang-orang terdekat yang menginginkan pemerintah segera mendirikan jalan tol di Madura.

Bahkan, orang luar Madura juga menginginkan pemerintah segera mendirikan jalan tol di Pulau Garam ini. Saya mengetahuinya dari kerabat saya di Lumajang yang mengutarakan, “Sudah saatnya Madura ada jalan tol.”

Hadirnya desakan masyarakat Madura dan orang luar agar pemerintah membangun jalan tol menjadi hal lumrah. Lantaran, saya sebagai orang Madura yang sering bepergian ke luar Madura merasakan betul betapa padatnya dan macetnya kendaraan saat melewati jalan provinsi di Madura. Dengan jumlah kendaraan yang padat dan macet, akhirnya membuat waktu tempuh untuk sampai ke jembatan Suramadu bisa memakan waktu lama.

Meski demikian, saya tidak setuju jika berdiri jalan tol di Madura. Bukan karena saya tidak ingin lalu lintas berjalan dengan lancar. Ketidaksetujuan saya muncul dari dampak pembangunan jalan tol yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

Lahan yang harus dikorbankan

Hadirnya pembangunan jalan tol, berarti harus ada lahan hijau yang dikorbankan. Mengorbankan lahan hijau di Madura, artinya akan semakin memperparah persoalan lingkungan di Madura. Tanpa adanya pembangunan jalan tol, lingkungan di Madura saja sudah mengalami krisis akibat banyaknya investor membangun perekonomian tanpa memperhatikan Amdal.

Riset Shohibul Umam memperlihatkan bahwa sudah 10 tahun terakhir ini, di Kabupaten Sumenep mengalami krisis lingkungan. Data risetnya memperlihatkan mulai berkurangnya ruang hijau di Sumenep akibat pembangunan perumahan yang serampangan. Itu sebabnya suhu di Madura mulai terasa semakin panas.

Belum lagi dengan banyaknya hotel, restoran, dan kafe di kabupaten Madura yang mengubah lahan persawahan menjadi bangunan beton. Dengan berubahnya fungsi lahan persawahan, menjadi tidak mengherankan kalau Madura akhir-akhir ini sering mengalami banjir saat musim hujan.

Jadi bisa dibayangkan, dengan kondisi Madura yang belum ada proyek pembangunan jalan tol saja dampak krisis lingkungannya sudah mengerikan, apalagi dengan adanya proyek pembangunan jalan tol. Tentunya akan semakin memperparah kondisi kerusakan lingkungan. Bisa jadi, banjir akan semakin parah dan suhu semakin mengalami peningkatan ekstrem di Madura. Hal tersebut akan berdampak pada kondisi perekonomian, terutama petani.

Baca halaman selanjutnya

Penggusuran rumah dan lahan…

Penggusuran rumah dan lahan

Di sisi lain, saya juga khawatir hadirnya pembangunan jalan tol di Madura akan menyebabkan tumpahnya air mata. Sebab, bukan tidak mungkin pembangunan jalan tol di Madura akan menggusur rumah-rumah dan lahan warga untuk menghasilkan ruas jalan tol yang sesuai standar.

Dengan adanya penggusuran rumah-rumah warga, berarti akan memberi peluang timbulnya konflik di tengah masyarakat. Sebagaimana peristiwa berdarah pembangunan Waduk Nipah di Sampang. Jika konflik berdarah sudah pecah, air mata tangisan warga akan ikut pecah menangisi nyawa-nyawa yang hilang.

Pada dasarnya, pembangunan jalan tol di Madura tidak terlalu penting. Sebab, pemerintah bisa menggunakan cara alternatif lain untuk mengurai kemacetan dan kepadatan kendaraan.

Bagi saya alangkah lebih baiknya pemerintah lebih menggunakan pemanfaatan uang untuk memperlebar jalan provinsi di Madura. Saya melihat bahwa sebenarnya jalan provinsi masih ada ruang untuk diperlebar satu atau dua meter. Melalui adanya pelebaran jalan, akan membuat kendaraan lebih mudah untuk menyalip.

Selain memanfaatkan uang untuk pelebaran jalan provinsi, juga bisa dialokasikan untuk membangun pasar-pasar yang ada di sepanjang jalan provinsi. Mengingat, para pedagang selalu tumpah ke area jalan raya, sehingga menyebabkan kemacetan. Jadi pemerintah lebih baik merencanakan pembangunan pasar yang lebih luas, lebar, dan nyaman, agar pedagang tidak tumpah hingga ke area jalan raya.

Sudah coba meningkatkan fasilitas kendaraan umum?

Terakhir, pemerintah juga bisa mengembangkan kendaraan umum dengan fasilitas yang nyaman. Selama ini, kendaraan umum andalan masyarakat Madura hanya berporos pada bus dan travel. Sayangnya, selama saya menaiki bus dan travel, kurang merasa nyaman dengan fasilitasnya yang kurang baik.

Melalui pengembangan kendaraan umum dengan fasilitas yang baik, bukan tidak mungkin masyarakat lebih memilih untuk meninggalkan pemakaian kendaraan pribadi. Soalnya secara ekonomi, menggunakan kendaraan pribadi lebih banyak pengeluaran. Belum lagi harus mengeluarkan tenaga ekstra, sedangkan kalau naik kendaraan umum hanya tinggal duduk saja.

Dan semua cara alternatif mulai dari pelebaran jalan, pembangunan pasar, serta pengembangan transportasi umum akan bisa terealisasikan dengan baik, selama pemerintah tidak melakukan korupsi. Bukannya mau berpikiran negatif, hanya saja fakta menunjukkan adanya banyak kasus korupsi yang terjadi di lingkup pemerintahan.

Hanya saja saya mau berpikiran positif. Semoga segala persoalan rumitnya jalan provinsi di Madura segera teratasi, tanpa harus membangun jalan tol. Percayalah bahwa pembangunan jalan tol lebih banyak dampak negatifnya. Bukankah lebih baik membuat kebijakan yang pro rakyat dan lingkungan?

Penulis: Akbar Mawlana
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Suka Duka Tinggal di Pelosok Kabupaten Bangkalan Madura

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version