Sebagai manusia yang tinggal di desa, saya punya cangkul dan golok. Tanpa memiliki dua senjata tajam tersebut, tak sah rasanya mengaku warga desa. Selain berguna untuk bersih-bersih dan bertani, kedua alat tersebut erat kaitanya dengan fungsi saya sebagai warga desa yang baik. Saya yang bukan petani tetap perlu alat itu untuk mengikuti tradisi “gugur gunung”.
Gugur gunung sejatinya kata lain dari kerja bakti. Hanya saja, gugur gunung di desa saya agak lain. Akan ada selametan alias doa yang dipimpin sesepuh kampung sebelum acara mulai. Tak lupa selepas acara, kami bersama-sama makan “sego kluban” alias nasi urap berlauk tempe bacem, ikan asin, dan telur rebus.
Sayang, kini sudah jarang ada acara gugur gunung yang kompleks seperti ini. Yang ada ya kerja bakti modern ala buku PPKN. Terakhir kali ikut gugur gunung bermodel jadul ini ya saat masih remaja dulu.
Sejatinya selain nguri-uri budaya, acara ini bisa jadi ajang menerka-nerka kepribadian orang ala saya. Dengan mata dan hati seorang manusia suci nan murni, saya bisa mengelompokan manusia berdasarkan karakternya saat gugur gunung. Berikut hasil analisis saya.
#1 Manusia baik
Mereka adalah orang yang datang kerja bakti dengan niat mengabdi untuk desa. Atribut sangat lengkap, ada caping, cangkul, boot karet, dan tak lupa kaos partai atau caleg. Mereka kebanyakan seorang petani atau punya kebun sendiri, cangkul, sabit dan parangnya selalu tajam dan presisi. Mereka tak mudah capek dan mengeluh. Intinya ini orang yang patut kita tiru saat ada kerja bakti. Tak banyak omong langsung libas dan selesai dengan baik dan rapi.
Ada juga manusia berbudi luhur. Tak hanya niat mengabdi, mereka adalah jenis manusia yang juga niat beramal. Teko berisi teh manis dan gorengan tak pernah ketinggalan mereka bawa. Kerja bakti rajin, amal lancar. Tak ada yang tak bahagia jika orang seperti ini datang. Saat datang sambil menenteng makanan, setiap mata melihat ke arahnya dengan senyum tersungging di bibir dan dikasih efek slow mo 75x. Mirip kayak Kiyai lewat, semua orang menaruh hormat.
#2 Manusia diskusi
Mereka adalah para pejabat dan priyayi. Datang gugur gunung dengan pakaian bersih dan pulang dengan pakaian yang bersih pula. Pokoknya outfit mereka seperti layaknya manusia yang nggak niat kerja kotor. Mereka hobi sedakep dan manggut-manggut saat berdiskusi di pojokan. Diskusi mereka terlihat seru dan kadang disertai tawa bersambung batuk kecil karena keselek udud. Sangat luwes dan mantap cara batuk mereka, gerakan tangan dan leher mereka mengisyaratkan kewibawaan. Memang mereka cocok jadi pejabat dan priyayi. Mereka spesial, ada yang bawa makanan dan rokok, ada juga yang nggak bawa apa-apa. Ih… bikin gemes deh.
#3 Manusia sok diskusi
Mereka adalah orang yang datang dengan atribut dan pakaian kerja bakti. Bukan pejabat atau priyayi, tapi dekat dengan mereka. Biasanya aktif di kegiatan organisasi kepemudaan desa dan organisasi keagamaan. Datang, ikut diskusi, ikut manggut-manggut, ikut batuk karena keselek udud, tapi tangan di taruh belakang punggung. Tak terlihat berwibawa dan sering kali mengambilkan minum untuk para pejabat dan priyayi. Punya ciri khas tertawa keras di setiap jokes yang nggak lucu-lucu amat. Ikut bantuin dikit, tapi lebih banyak ngobrol. Ya mereka mungkin sedang belajar cara mengikuti diskusi yang baik dan benar.
#4 Manusia nongkrong
Biasanya didominasi anak muda dan para remaja tanggung. Tak terlalu cakap dan tak bawa alat apa-apa. Kamera smartphone selalu rajin memotret kesibukan orang lain guna status WA dan story IG mereka. Intinya datang untuk bertemu kawan sejawat dan bercanda. Terlihat selalu bahagia walau sering salah saat dikasih tugas. Ya tanpa mereka ini, gugur gunung bakal terasa sepi. Mereka adalah para penerus yang perlu bimbingan. Saran saya, kalau salah dikasih tahu dan dicontohin jangan di marahin. Namanya anak muda, tempat salah dan ngawur. Oh iya, saya kayaknya masuk jenis manusia ini. Nongkrong terooos.
#5 Manusia bolang
Saya sempat menjadi manusia jenis ini. Ya tentu saja mereka adalah anak-anak. Kerjanya seperti lumrahnya anak kecil. Siklus kegiatanya lari ke sana, lari ke sini, panjat sana, panjat sini, dan berhenti kalau sudah jatuh, lalu nangis, diketawain orang-orang, malu, pulang. Tapi, ada juga yang bolang budiman, kayak saya dulu (ehm). Ikut karena nggak mau ditinggal ayahnya. Duduk diam dan nungguin, tapi justru untung banyak. Biasanya dipanggil oleh para manusia diskusi, disuruh duduk dekat mereka, ditanya kelas berapa kemudian dikasih makanan. Mereka suka malu-malu saat dikasih sambil lihat ke arah ayahnya. Kalau ayahnya sudah ACC, nah disaut lah makanan itu. Duh, masa kecil anak baik kayak saya memang yang paling indah.
#6 Manusia rokok
Terdiri dari para pekerja keras dan pegawai negeri bisa juga polisi dan tentara. Tak bisa datang karena urusan pekerjaan. Sebagai bentuk permintaan maaf, rokok 2 bungkus atau lebih selalu datang. Tak mungkin rokok abal-abal yang datang, selalu yang bergaram ataupun berjarum. Terkenal sibuk dan jarang di rumah. Semua orang selalu maklum dan tak bermasalah. Yang penting udud dulu….
#7 Manusia ruwet
Ini dia jenis manusia nyebelin tingkat dewa. Entah apa yang ada di otak mereka. Mereka manusia yang hobi datang tangan kosong pulang bawa parang. Kalau ketahuan selalu bilang lupa atau nggak sengaja kebawa. Setiap manusia jenis ini datang, orang-orang bersiap mengamankan alat berkebun mereka. Kadang, berprasangka buruk pada orang kayak gini itu perlu.
#8 Manusia konsumen
Mereka ini yang terkenal akan kelihaiannya menikmati hidup. Yang lain kerja, dia sudah menuang teh dan ngerokok. Tahu-tahu gorengan habis dan rokok tandas. Kadang beberapa batang rokok sudah berteleportasi ke kantong atau bungkus rokoknya. Di setiap belahan bumi mana pun, orang jenis ini akan selalu eksis. Semua orang maklum dan dia pun maklum jika selalu dijadikan bahan bercandaan saat kerja bakti.
#9 Manusia syahdu
Mereka tak kuat kerja keras. Baru dua atau tiga kali mengangkat cangkul, sudah engap. Kulitnya bersih dan jauh dari namanya pertanian. Saat kerja bakti dan tradisi gugur gunung juga tak terlalu cakap menggunakan sabit apalagi parang. Biasanya dapat kerjaan paling mudah, ngumpulin rumput atau nyapu.
#10 Manusia tenang dan rileks
Manusia yang syahdu masih jauh lebih mending daripada manusia tenang dan rileks. Datang sih, tapi diem doang. Duduk sambil menikmati keindahan desa. Menikmati hembusan angin dan gemericik air. Tak peduli gunjingan dan berwatak santuy. Tiap dimintai tolong, pura-pura sibuk. Tipikal seorang penyair. Melamun dan tampak sedang menerawang alam dan bersatu dengan ekosistemnya. Sesekali menatap langit dan bergumam dalam hati
“Sikak, kapan rampunge!”
#11 Manusia n*****t
Nah sampailah kita pada jenis manusia favorit kita. Dialah manusia n*****t. Rajin ngeles saat diajak gugur gunung atau kerja bakti. Padahal semua orang tahu manusia ini libur kerja atau malah pengangguran. Tapi, karena sudah sering ngeles, semua orang males ngajakin lagi. Tak ada kiriman snack apalagi rokok, mungkin kiriman doa ada, tapi itu hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tak perlu lagi kita berharap orang seperti ini bisa diandalkan. Tapi, jangan lupa tolong di doakan, agar segera insyaf.
BACA JUGA 5 Syarat Kultural untuk Jadi Ketua RT dan tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.