Sebenernya saya bersyukur di Universitas Negeri Malang nggak ada perpeloncoan dan hukuman fisik ala-ala ospek zaman dulu. Tapi apesnya, waktu jadi maba UM dulu, saya harus menahan pegal gegara duduk berjam-jam.
“Kalau Malang sedang dingin-dinginya, berarti sebentar lagi bakal banyak mahasiswa baru yang datang.”
Warga Malang mungkin sudah akrab dengan kalimat di atas. Kalimat di atas jelas bukan sebuah omong kosong belaka. Kalimat di atas adalah sebuah siklus, sebuah fenomena yang terjadi nyaris setiap tahun. Ketika Kota Malang—yang memang sudah identik dengan hawa dingin—menjadi lebih dingin, itu adalah pertanda tahun ajaran baru dimulai dan akan kedatangan banyak mahasiswa baru.
Sebenarnya ini hal yang wajar mengingat tahun ajaran baru terjadi pada bulan Juli-Agustus di mana merupakan masa perubahan musim dari kemarau ke musim hujan. Cuaca dan hawa dingin ekstrem pasti akan terjadi. Terlepas dari hal itu, dinginnya Malang ini seperti menjadi sebuah sambutan bagi mahasiswa baru yang akan menuntut ilmu dan tinggal di Malang dalam beberapa tahun ke depan. Para maba ini harus siap dengan hawa dingin yang mereka akan rasakan dalam tahun-tahun ke depan.
Omong-omong soal maba, hal yang paling kerap dibicarakan adalah mengenai ospek. Seperti kita tahu, selama ini ospek, apalagi dalam taraf kampus, kerap dikaitkan dengan perpeloncoan. Tak terkecuali yang terjadi di kampus saya, Universitas Negeri Malang (UM). Kultur perpeloncoan juga pernah terjadi di masa lalu, yang untungnya sudah berakhir sejak beberapa tahun sebelum saya masuk menjadi maba UM pada 2016.
Kultur perpeloncoan di Universitas Negeri Malang sudah lama ditiadakan
Sejak perpeloncoan dihilangkan, ospek jelas menjadi lebih menyenangkan. Bahkan kata ospek sudah dihilangkan dan diganti menjadi istilah yang lebih friendly. Di Universitas Negeri Malang, khususnya ketika saya menjadi maba UM, istilah ospek diganti menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Seperti namanya, PKKMB berkisar seputar materi tentang kampus, apa-apa saja yang ada di kampus, dan sebagainya. Satu yang jelas, tidak ada lagi perpeloncoan.
Saat saya masuk UM pada 2016, PKKMB menjadi kegiatan pertama yang saya harus lakukan. Rangkaiannya seperti ini: PKKMB akan berlangsung selama enam hari. Tiga hari pertama, PKKMB dilakukan di Graha Cakrawala dan diikuti oleh seluruh mahasiswa baru UM. Ribuan orang bergabung jadi satu di Graha Cakrawala untuk mengikuti rangkaian PKKMB. Kegiatan berlangsung dari pukul 06.30 WIB sampai sekitar pukul 14.00 WIB. Tiga hari selanjutnya adalah kegiatan fakultas, di mana maba ini akan menjalani PKKMB di fakultas masing-masing.
Para maba UM juga tidak diperintahkan membawa barang-barang yang aneh. Tidak ada juga kostum-kostum aneh seperti ospek pada tahun-tahun sebelumnya. Saya dan maba UM lain hanya diperintahkan memakai kemeja putih, celana hitam, jas almamater, topi, dan pita berwarna sesuai fakultas. Saya memakai pita warna kuning karena saya masuk ke Fakultas Sastra.
Baca halaman selanjutnya: Tidak ada perpeloncoan bukan berarti bisa bernapas lega…