Kira-kira dua tahun lalu, tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2017. Saat cuaca teramat cerah, aku duduk di antara kerumunan orang-orang yang berbahagia. Lentera berjajar rapi di dekat pepohonan. Di atas rerumputan, di tengah bunga bunga yang bergantung di berbagai tiang, lagu-lagu cinta dan pernikahan mengalun, membawa kebahagiaan bagi beberapa orang.
Di ujung sana, aku melihat sepasang pengantin dengan gurat wajah penuh kebahagiaan. Binar mata yang terpancar dari keduanya, persis sama seperti drama Descendants of the Sun. Tepatnya, aku tak mau membahasnya secara berlebihan.
Keadaanku, tidak seperti suasana hari itu yang ingar bingar. Hatiku justru bagai gelas di meja yang jatuh tersenggol tangan; pecah berserakan. Diriku bergetar, logikaku bak batu tertiban palu. Tak bisa berpikir jernih saat itu.
Barangkali, aku tak sadarkan diri. Tak bisa memaknai detik demi detik momen itu kecuali sebagai bencana yang memporakporandakan hatiku. Andai saja, pernikahan mereka hanyalah bunga lelap untukku yang sebelum tidur lupa tidak berdoa dulu. Sayangnya, ini bukan mimpi. Aku merasakan sakit ketika kucubit dan kutampar pipiku sendiri.
Di dalam diamku, air mata merembes tanpa kompromi. Aku terisak, melihat orang yang dulu mencintaiku begitu dalamnya, yang peduli padaku lebih dari apa pun, harus bersanding dengan wanita lain di pelaminan hanya karena drama yang mereka bintangi bersama.
Aku jadi ingat, dua minggu sebelum dia memutuskan mengikat wanita lain yang bukan aku. Song Joong Ki, mantan pacarku, orang yang amat kusayangi, berpamitan dengan wajah yang menyedihkan. Ia bilang, “Maaf karena tidak bisa menjaga hatimu. Aku tak bisa menjelaskan kepada publik bahwa kekasihku yang sesungguhnya adalah kamu.”
Ketika itu, tiada rasa yang bisa kuuraikan; begitu rumit dan menjengkelkan. Namun, di sela sedu sedan, aku berkata, “Akankah kau kembali suatu saat nanti?”
Kubenamkan wajahku yang penuh air mata ke dalam dekapannya. Ditepuknya kepalaku dengan penuh cinta.
“Tentu aku akan kembali nanti, kau harus menungguku, janji. Kau kan tahu, bagaimana bisa aku meninggalkanmu dengan mudah? Sedangkan kau adalah rumah bagi jiwaku yang lelah.” katanya waktu itu.
“Lalu, bagaimana nasib Hye Kyo? Semesta mendambakan kalian berdua. Dia mencintaimu, begitu pula penggemar kalian dan drama yang kalian bintangi, yang mengamini pernikahanmu.” aku kembali terisak. Dadaku sakit sekali. Otot-otot tubuhku berkonspirasi untuk membuatku lemah.
“Song Hye Kyo, aku tak peduli padanya. Izinkan aku untuk sementara pura-pura mencintainya, ya. Kamu tahu kan, ini semua tuntutan berbagai pihak. Sedangkan para penggemar, biarkan mereka bahagia sementara waktu. Perihal perceraian kami nanti, tanggapan para penggemar itu urusan belakang. Aku hanya mencintaimu.” Song Joong Ki berusaha meyakinkanku.
Perkataannya seperti udara dingin yang berembus di bawah teriknya matahari. Ada setitik harapan yang menghampiri kami berdua, aku lega.
Aku berusaha menghentikan tangisanku, agar rasa bersalah yang timbul di dirinya tak muncul lagi. Aku percaya Song Joong Ki akan menepati janjinya.
Mengingat sebenarnya, hubungan kami sudah berlangsung cukup lama. Aku mengenalnya sejak SMP melalui drama “The Innocent Man”. Dari layar televisi kecil yang bertengger di sudut kamar kosku, dia tersenyum kepadaku beberapa kali. Tepatnya, ia tersenyum kepada lawan mainnya yang tak sengaja seolah-olah kami berdua berpandangan. Dan hal itu menciptakan degup asing yang menyenangkan.
Sampai, tibalah waktu itu. Selepas meet & greet di Singapore’s Suntec City Mall. Kami bertemu dalam momen yang eksentrik. Ketika aku berbelanja di sana, ia menghampiriku tanpa sepengetahuan kru dan penggemarnya. Tentu saja, aku yang hanya remah-remah rengginang ini girang memandang wajahnya secara nyata. Kami bertukar nomor telepon, hingga akhirnya dekat, lalu memutuskan untuk menjalin hubungan sembunyi-sembunyi.
Hmmm, mengingat hari-hari itu, entah kenapa berhasil mengukir lengkung di pipiku. Apalagi, hari ini, 2 tahun selepas pernikahan mereka, Song Joong Ki menepati janji untuk melepasnya demi aku. Ia menghampiriku dan diam-diam menemui orang tuaku. Oh senangnya menjadi aku.
Mengingat lika liku hubungan kami, aku yakin bahwa kami sudah kuat berjalan di atas kerikil-kerikil tajam. Sudah siap melewati jurang dan tanjakan. Maka, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, Sayang. Karena bulan depan, kau akan membawaku ke pelaminan.
Jadi, untuk para netizen yang maha benar, maaf, tetapi memang akulah penyebab Song Joong Ki dan Song Hye Kyo akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Namun tenang saja, itu hanya halusinasiku belaka. Jangan hujat aku ya.