Pengangkatan Maudy Ayunda sebagai juru bicara G-20 menuai kritik. Banyak pihak menyayangkan keputusan pemerintah yang cenderung bermain gimmick dan tidak strategis. Hal yang jadi pertanyaan: kalau bukan Maudy Ayunda, lalu siapa? Hanya satu orang yang bisa mengisi posisi jubir G-20, yakni Lord Rangga Sasana.
Maudy Ayunda memang memiliki kapabilitas tersendiri. Ia adalah pop star yang mampu berbicara dalam berbagai bahasa asing. Maudy juga sudah akrab dengan situasi internasional lintas budaya karena kuliah di Stanford. Sebenarnya, Maudy Ayunda lumayan tepat jadi jubir G-20.
Masalahnya, kita bicara G-20. Konferensi yang melibatkan negara-negara superpower yang saat ini tengah deg-degan menanti Perang Dunia Ke-3. Konferensi yang bisa menjadi pembuktian bahwa Indonesia tidak remuk-remuk banget. Konferensi tingkat tinggi yang seharusnya melibatkan orang-orang yang mumpuni dalam urusan diplomasi.
Maudy dipandang tidak memiliki pengalaman diplomatis dan politis bilateral. Yah, kalau cuma pernah bikin visa, TKI juga pernah. Banyak orang berpendapat pemilihan Maudy Ayunda hanya gimmick pemerintah agar terkesan lebih milenial. Pemerintah cenderung minim strategi dan perhitungan layaknya staf milenial yang berakhir nganggur itu.
Maka saya merasa bahwa Lord Rangga Sasana adalah figur yang tepat sebagai Jubir G-20. Memang, blio lebih pantas disebut boomer daripada milenial. Tapi apa yang dimiliki Maudy Ayunda, juga dimiliki Lord Rangga. Dan apa yang tidak dimiliki Maudy Ayunda, malah dimiliki Lord Rangga.
Pertama, urusan bahasa dan pendidikan. Baiklah, Maudy menang dari Lord Rangga. Tapi hanya inilah kemenangan Maudy. Itu pun hanya karena Maudy memegang ijazah Stanford yang entah berapa nilainya di pegadaian. Tapi dengan kekalahan kecil ini, Lord Rangga masih lebih pantas dari Maudy Ayunda.
Kedua, urusan merangkul seluruh lapisan masyarakat. Memang benar, Maudy Ayunda dekat dengan generasi milenial. Tapi coba saya sebut “Sunda Empire”. Saya yakin tidak hanya milenial saja yang tahu, tapi banyak lapisan masyarakat yang langsung ngeh dan menunduk takzim mendengar nama suci ini. Jelas, Lord Rangga lebih mampu merangkul masyarakat.
Ketiga, apalagi kalau bicara latar belakang. Maudy dikenal sebagai penyanyi, yang jelas tidak G-20 banget. Sedangkan Lord Rangga adalah pendiri dan petinggi Sunda Empire. Ia sangat erat dengan politik internasional. Tentu masyarakat akan lebih percaya dengan Lord Rangga karena, “Wajar, dia tokoh internasional.”
Keempat, Lord Rangga jelas punya pengalaman urusan politik luar negeri. Bagaimana tidak, ia adalah petinggi dari Sunda Empire, kerajaan yang jadi pusat dunia. Bahkan ia seluruh negara untuk daftar ulang ke Sunda Empire. Jika Anda pikir ini perkara sepele, Anda salah menakar kedigdayaan seorang Rangga Sasana.
Mengurus daftar ulang itu tidak mudah. Silakan tanya ke saudara atau teman yang jadi guru. Sudah ketemu orang tua siswa yang aneh-aneh, harus sabar menjelaskan alur yang penuh birokrasi. Dan ia mengurusi daftar ulang negara-negara seluruh dunia! Bisa terbayang bagaimana beratnya tugas ini. Yah meskipun tidak ada yang daftar ulang, tapi ia masih punya kelebihan daripada Maudy.
Kelima, Lord Rangga lebih dikenal oleh peserta G-20. Coba besok tanya pada delegasi dari Argentina, “Kenal Maudy Ayunda?” Paling hanya dijawab dengan gelengan kepala. Apalagi kalau tanya delegasi Rusia, pasti akan balik tanya, “Eta teh saha?”
Tapi kalau Anda tanya, “Kenal Lord Rangga?” Saya jamin delegasi Rusia dan delegasi lain akan mengenal. Siapa lagi tokoh Indonesia yang berani mengirim DM ke Vladimir Putin untuk menghentikan invasi ke Ukraina. Ini sudah perkara besar yang tentu tidak bisa dilakukan seorang Maudy Ayunda. Kalaupun bisa, pasti tidak seberani dirinya. Kalaupun berani, pasti tidak selucu Lord Rangga.
Maka saya harap pemerintah Indonesia mempertimbangkan ulang keputusan memilih Maudy Ayunda. Jangan sampai Indonesia tidak tampil maksimal di depan negara-negara lain hanya karena memilih Maudy. Padahal, ada sosok yang menguasai seluruh konspirasi dunia sedang menanti kesempatan untuk membawa nama harum Indonesia ke kancah dunia: Lord Rangga Sasana!
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Audian Laili
BACA JUGA Merayakan Ketidak-Maudy-Ayunda-an Kita Semua