Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

LPPL di Kota Pekalongan: Sudah Membosankan, Isinya Pencitraan Pemkot doang

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
11 Maret 2023
A A
LPPL di Kota Pekalongan: Sudah Membosankan, Isinya Pencitraan Pemkot doang

LPPL di Kota Pekalongan: Sudah Membosankan, Isinya Pencitraan Pemkot doang (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Suatu sore saya nggak sengaja menonton salah satu program dari saluran televisi dari Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) di Kota Pekalongan. Saya perlu menggarisbawahi, benar-benar nggak ada niatan buat menyaksikan program itu. Hanya saja, kebetulan pas saya pulang orang rumah nyetelnya itu.

Entah sudah berapa purnama saya tidak menonton saluran televisi dari LPPL itu. Mengapanya tak jelaskan nanti. Oya, buat yang belum tahu apa itu LPPL, saya jelaskan ringkas saja. Begini. LPPL merupakan bagian dari Lembaga Penyiaran Publik (LPP).

Di Indonesia, selain ada lembaga penyiaran swasta yang dikontrol konglomerat dan nggak sedikit juga petugas parpol, ada pula lembaga penyiaran publik. Jika dalam skala nasional ada RRI untuk radio dan TVRI untuk saluran televisi. LPPL sendiri versi di tingkat daerahnya, baik kota maupun kabupaten.

Namun, nggak semua kabupaten dan kota di Indonesia punya LPPL. Barangkali yang punya anggaran daerah turah-turah yang bisa mendirikan LPPL. Kota Pekalongan termasuk sedikit mapan karena punya LPPL.

Setahu saya, di Kota Pekalongan ada dua LPPL. Batik TV dan Radio Kota Batik (RKB). Udah? Paham? Kalau sudah, mari kita masuk ke hal-hal yang bikin mongkok, khususnya LPPL di Kota Pekalongan.

Kurang update

Kebetulan sore itu saya menonton salah satu program Batik TV. Konsepnya berita, tapi bertema olahraga. Kebetulan yang kedua, saya juga bekerja di sebuah kanal YouTube yang juga bertema olahraga. Sontak saya sedikit terkekeh geli menonton berita yang disajikan.

Bukan karena presenternya Komeng, melainkan pariwara yang disajikan sangat tidak update. Jika ingatan saya nggak memberontak, berita yang muncul adalah soal Neymar yang cedera dan pemain Madura United, Ricki Ariansyah yang kolaps. Berita itu sudah muncul dua atau tiga hari sebelum saya menonton program tersebut.

Itu artinya berita yang disajikan Batik TV basi seperti nasi yang sudah seminggu nggak ketemu mulut manusia. Bayangkan saja, berita soal pemain yang kolaps muncul saat si pemainnya sudah sadar. Apa yang buat berita itu jadi penting lagi? Apa untuk mengingatkan PSSI?

Baca Juga:

Soal Sampah, Pemkot Pekalongan Harusnya yang Ngasih Solusi, Bukan Warga!

Kebijakan Pemkot Pekalongan yang Sebaiknya Nggak Usah Terlalu Dipercaya

Program membosankan

Orang nggak akan nonton berita yang sudah mereka ketahui. Konsep itulah yang dugaan saya, nggak dipahami betul oleh pengelola LPPL di Kota Pekalongan. Barangkali mereka paham, tapi yaelah, udahlah ya, mungkin sulit buat menerapkan. Walaupun secara SDM bisa-bisa saja sih. Toh ada dananya.

Masalahnya bukan hanya kurang update, melainkan program-programnya juga sangat-sangat membosankan. Ini bukan hanya Batik TV, tapi juga RKB yang bergerak di dunia radio.

Paling program yang jalan nggak jauh dari konsep ngobrol-ngobrol. Kalau di RKB begitu, hanya temanya saja yang berbeda-beda. Sisanya program berita dan tentu saja, program religius yang menyentuh kalbu.

Nah, di Batik TV agak beragam. Barangkali karena berbentuk tayangan. Tapi yang muncul ya, itu-itu saja. Intinya banyak program ngobrol dan berita. Hanya, sekali lagi, kemasannya saja yang berbeda.

Ada yang ngobrol dengan komunitas. Lalu dialog dengan pejabat. Terus ada juga ngobrol ala podcast. Selain itu, ada program anak. Soal berita, ada deretan berita dan feature yang membahas wisata, situs sejarah, sampai kuliner. Ya, cuma itu. Wajar saja kalau akhirnya LPPL ditinggalkan dan ya, orang lebih memilih bergoyang dombret di TikTok atau mantengin YouTube.

Pencitraan Pemkot

Alih-alih berinovasi soal program dan bikin orang tertarik untuk paling tidak mampir menikmati LPPL biar frekuensi publik yang dipakai nggak muspro, ia justru nggak bisa lepas dari cengkeraman Pemkot Pekalongan.

Meski namanya Lembaga Penyiaran Publik Lokal, kata “publik” di situ terabaikan. Bukannya jadi milik publik, LPPL di tempat saya justru jadi ruang bagi Pemkot untuk memoles citranya seindah mungkin.

Misalnya, entah Batik TV maupun RKB acap kali memberitakan kebijakan-kebijakan Pemkot Pekalongan, tanpa melirik permasalahan di akar rumput secara fundamental. Padahal tanpa perlu ditunjukkan, kebijakan bakal kelihatan kok oleh masyarakat, kalau terlaksana.

Sependek pengamatan saya, berita kebijakan Pemkot porsinya lebih dominan daripada suara-suara yang muncul dari rakyat. Sek, sampai sini pasti ada yang nanya mana buktinya. Untuk mencari data soal itu rumit, karena data yang ada pun dikeluarkan oleh Pemkot Pekalongan itu sendiri. Nonsense kalau pakai data dari Pemkot itu sendiri.

Jelas LPPL bukan milik pemerintah daerah. Walaupun secara aturan pemerintah daerah yang mendirikan LPPL. Tapi kehadiran LPPL murni untuk melayani masyarakat, bukan jadi semacam LPJ pemerintah daerah. Monggo dibaca lagi regulasinya.

Dalam UU Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Pasal 14 ayat 1 menyebut, sejatinya yang dinamakan Lembaga Penyiaran Publik bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan pada masyarakat. LPPL pun semestinya mengacu pada itu. Kalau LPPL cuma menjadi corong suara pemerintah daerah itu berarti sudah tidak independen, apalagi netral.

Memoles diri itu boleh, tapi…

Eits, saya bukan mau melarang Pemkot memoles citra lho, ya. Mohon jangan salah sangka. Silakan Pemkot Pekalongan kalau mau meningkatkan penjenamaan. Sah, kok. Boleh banget. Toh, biar masyarakat bangga pada pemerintahnya sendiri.

Tapi nggak usah terlalu nyaman pakai LPPL, dong! Kok ya enak saja menggunakan frekuensi publik untuk membagus-baguskan nama Pemkot Pekalongan di masyarakatnya. Jika terus begitu, apa bedanya lembaga penyiaran publik dan swasta? Apa bedanya Pemkot sama Anang Hermansyah dan Lesti yang merebut frekuensi publik untuk acara pribadi?

Akhirul kalam, kalau gitu cara mainnya, sadar atau tidak penguasa dan pengusaha telah paripurna merampas frekuensi publik. Terus… terus, masyarakatnya sendiri dapat apa? Masa lagi-lagi dapat sampahnya doang?

Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Betapa Sulitnya Meromantisasi Kota Pekalongan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Maret 2023 oleh

Tags: frekuensi publikLPPLpemkot pekalonganpencitraan
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Kebijakan Pemkot Pekalongan yang Sebaiknya Nggak Usah Terlalu Dipercaya

Kebijakan Pemkot Pekalongan yang Sebaiknya Nggak Usah Terlalu Dipercaya

1 Juli 2023
Soal Sampah, Pemkot Pekalongan Harusnya yang Ngasih Solusi, Bukan Warga!

Soal Sampah, Pemkot Pekalongan Harusnya yang Ngasih Solusi, Bukan Warga!

6 April 2025
puan maharani dpr Pak RT mojok

Puan Maharani Adalah Kita, Sudah Bekerja Keras, tapi Masih Dipaido

16 Januari 2023
pencitraan masa kecil

Pencitraan Semasa Kecil

4 Agustus 2019
Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming Terminal Mojok

Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming

31 Januari 2023
5 Rekomendasi Tempat Rapat untuk Puan Maharani yang Beneran Ramah Wong Cilik

5 Rekomendasi Tempat Rapat untuk Puan Maharani yang Beneran Ramah Wong Cilik

27 September 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.