Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Sinetron

Lorong Waktu Episode 2, Musim 1: Haji Husin Menyelamatkan Zidan yang Terdampar di Masa Lalu

Utamy Ningsih oleh Utamy Ningsih
10 September 2020
A A
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Lorong Waktu episode 2 dibuka dengan Zidan yang tengah meronta-ronta karena diikat tiga pejuang.

“Eh, tuyul, bisa diam tidak kau?” tanya Komandan.

“Nggak bisa! Om jelek. Om jelek. Om badannya bau.”

“Dibayar berapa kau sama Jepang, hah?” tanya Komandan lagi, “Kecil-kecil sudah jadi antek penjajah kau.”

“Om keras kepala juga, yah. saya bukan mata-mata. Kalau Om masih nggak percaya juga, tanya aja sendiri sama Ustad Addin.”

“Dari tadi kau sebut pak ustad, pak ustad. Mana sih kau punya ustad? Mana?

Lalu, muncul suara dari roket-roketan yang menempel di bantal di atas pohon.

“Saya di sini. Jangan sakiti dia!” Ketiga pejuang jelas terkejut, sementara Zidan nyengir bahagia.

Baca Juga:

Menanti Crossover DMCU (Deddy Mizwar Cinematic Universe)

Lorong Waktu Episode 14, Musim 1: Jalan-jalan ke Masa Lalunya Aura

“Bapak-bapak yang terhormat, tolong lepaskan murid saya. Dia sama sekali bukan mata-mata,” pinta Ustad Addin.

Orang yang dipanggil komandan itu pun mendekat ke arah bantal yang nyantol di atas pohon.

“Di hutan ini memang banyak sekali keanehan. Barusan kita dapat kiriman kue,” kata Komandan sambil mengambil bantal dan roket-roketan, “kemudian disusul oleh si tuyul kecil ini. Sekarang ada roket kecil di atas bantal. Bisa ngomong lagi.”

Benda yang dimaksud dengan roket kecil (kemudian disebut “telepon angin”) itu adalah Komunikator 2000. Ketika Komandan mempermainkan si roket kecil, Ustad Addin menegur. Alih-alih mengacuhkan, komandan malah mematikan si roket kecil. Zidan mengeluh, “Yah, Om. Dimatiin.”

Seketika, muncul tulisan error di layar komputer Ustad Addin. Ustad Addin mulai panik.

Sementara itu, ibunya Zidan yang masih panik karena anaknya belum pulang, kembali menelepon ke masjid yang kemudian diangkat oleh Haji Husin.

“Hah, Zidan belum pulang juga?” tanya Haji Husin

“Belum, Pak Haji. Saya khawatir terjadi sesuatu dengan anak saya, Pak Haji. Biasanya kan habis ngaji itu langsung pulang. Sekarang sudah hampir waktu buka belum kelihatan juga.” Keluh ibunya Zidan.

Haji Husin pun berusaha menenangkan ibu Zidan. Selepas telepon ditutup, Haji Husin datang lagi ke kamar Ustad Addin. Belum juga Ustad Addin sempat menjelaskan apa yang terjadi kepada Haji Husin, di layar komputer sudah muncul gambar Zidan yang minta tolong. Itu artinya, Komandan sudah menyalakan kembali si roket kecil.

Menyadari apa yang terjadi pada Zidan, Haji Husin panik. Ia memutuskan bersedia dikirim ke masa lalu guna menyelamatkan Zidan. Sebelum diberangkatkan, ia memberi pesan heroik. “Din, misalnye ade ape-ape ama gue ye, lu tolong gantiin gue besok, mimpin rapat pengurus masjid ye….”

“Pak Haji, program ini cukup aman, nggak usah khawatir,” jawab Ustad Addin.

Tapi Haji Husin tak mengindahkan perkataannya. “Gue juga minta keikhlasan lu nih, Din. Maapin kesalahan gue selama ini. Semuenye… semuenya ye!”

“Percayalah, Pak Haji. Pak Haji akan pulang dengan selamat.”

“Pulang? Ntar dulu… ntar dulu. Lu ngomong pulang, gue jadi pikiran, maksud lu pulang, ini pulang… berpulang ke rahmatullah?”

Ustad Addin tertunduk diam, Haji Husin mulai emosi. “Ini kapan berangkatnya nih? Jadi, nggak?”

“Ya, sekarang, Pak Haji.”

“Cepetan dong, ntar keburu meninggal tuh anak!” Yeee, yang tadi ngajak ngobrol duluan juga siapa.

Di hutan, Zidan masih berteriak minta tolong. Tiba-tiba terdengar suara grasak-grusuk. Komandan langsung memberi perintah, “Tiarap!”

“Assalamualaikum,” sapa Haji Husin yang tiba-tiba muncul.

“Waalaikumsalam,” balas zidan yang kemudian diikuti oleh ketiga pejuang.

“Hore, jagoan Zidan datang!” kata Zidan yang sedang dilepaskan ikatannya oleh Haji Husin. “Aduh, jadi ngerepotin nih, pakai bawa layang-layangan segala buat Zidan. Makasih ya, Pak Haji.”

“Iye… iye.”

Ketiga pejuang itu jelas jadi kebingungan. Sang komandan merasa tidak asing dengan sosok Haji Husin. “Rasa-rasanya aku kenal dia.”

“Iya,” kedua anak buahnya serempak menjawab.

“Lu kenape pada bengong lu, hah? Lu lupa ama gue? Husin!”

“Husin?” tanya Komandan.

“Husin Tabi’at!”

“Husin Ta’biat?” ulang ketiga pejuang.

Mereka berempat kemudian berpelukan. Zidan sempat merasa kagum karena mengira Haji Husin juga pernah berperang melawan penjajah. Namun, kekaguman itu seketika sirna.

“Heh, heh, ngerti nggak kamu, Pak Haji ini kerjanya di dapur umum. Yah, untuk menghidupi kita-kita ini. Ya toh, Sin?”

“Yah, dikirain Pak Haji jadi pejuang, nggak tahunya jadi tukang masak,” sambar Zidan.

“Eh, lu jangan cerita ame siape-siape ye. Janji ye!” pinta Haji Husin kepada Zidan

“Iye. Cerewet banget, Pak Haji.”

Ustad Addin yang gelisah sempat mengingatkan Haji Husin untuk segera bersiap pulang. Namun, Haji Husin malah asyik nostalgia dengan teman-temannya.

“Eh, terus ngomong-ngomong nih ye, kenapa lu pade masih keliaran di hutan sih?” tanya Haji Husin.

“Kami kan sedang dikejar-kejar sama tentara Jepang, Sin.” jawab Komandan.

Mendengar jawaban tersebut, Zidan mengucap o panjang, sementara Haji Husin tertawa lebar.

“Elu sih pada keliaran di hutan melulu. Jepang tuh udah nyerah ama Sekutu. Dibom. Dibom Nagasaki ama Hiroshima, dibom.”

“Yang benar, Sin? Kok kita nggak tahu?”.

“Bagaimana om, om, om bisa tahu, omnya sih masih di hutan,” Zidan ikut menjawab.

“Malahan tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno ama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.”

“Hah, sudah merdeka?” salah satu pejuang terkejut.

Untuk meyakinkan mereka, Haji Husin menyuruh Ustad Addin menyetel rekaman suara proklamasi. Ketiganya langsung bersorak “Merdeka!” setelah mendengarkannya. Kini waktunya untuk Haji Husin dan Zidan pulang.

Lorong Waktu episode 2 ditutup dengan Haji Husin dan Zidan yang sudah mendarat dengan selamat, tetapi dalam posisi dan di tempat yang bikin Haji Husin ngomel-ngomel. Haji Husin mendarat di kolong bedug, sementara Zidan di atas bedug. Keduanya langsung ditemukan orang tua Zidan yang saking paniknya sampai datang ke masjid.

Ikuti sinopsis Lorong Waktu musim 1 di sini serta tulisan Utamy Ningsih lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: Lorong WaktuLorong Waktu Musim 1sinopsis sinetron
Utamy Ningsih

Utamy Ningsih

Suka Membaca, Belajar Menulis.

ArtikelTerkait

sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 4, Musim 1: Rahasia Haji Husin Terungkap

12 September 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 3, Musim 1: Haji Husin dan Zidan Tak Menyadari Ada yang Salah…

11 September 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 1, Musim 1: Berkenalan dengan Mesin Waktu Buatan Ustad Addin

9 September 2020
sinopsis si doel anak sekolahan episode 1 musim 1 season 1 mandra mojok.co

Si Doel Anak Sekolahan Episode 1, Musim 1: Pengenalan Para Tokoh, dari Sudut Pandang Mandra

29 Mei 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 8, Musim 1: Episode Lorong Waktu yang Paling Sedih

25 September 2020
sinopsis sinetron lorong waktu episode 1 episode 2 musim 1 mojok.co

Lorong Waktu Episode 5, Musim 1: Misteri Kepala Pangeran Diponegoro

13 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Ilustrasi Banjir Malang Naik 500% di 2025 Bukti Busuknya Pemerintah (Unsplash)

Kejadian Banjir Malang Naik 500% di 2025, Bukti Pemerintah Memang Nggak Becus Bekerja

6 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.