Pemerintah Indonesia memang jagonya membuat sesuatu di luar akal sehat. Baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setelah ada pemimpin daerah yang entah kesambet apa membuat organisasi atau perkumpulan Ikatan Alumni Pasien Sembuh Covid, kini ada lagi sebuah terobosan paling mindblowing di era pandemi. Sayembara atau Lomba Cipta Lagu Corona (LCLC). LCLC ini diinisiasi oleh Brigjen TNI Akhmad Tamim Mustofa dan ternyata didukung oleh Kementerian Kesehatan. Terlihat dari logo Kementerian Kesehatan yang terpampang jelas di flyer.
Menurut Brigjen Akhmad Tamim Mustofa sebagai inisiator, ajang ini dibuat untuk memberikan ruang kreatif agar tetap produktif di tengah pandemi. Selain itu, Lomba Cipta Lagu Corona ini juga bagian dari kampanye pencegahan dan penanggulangan virus corona serta kampanye protokol kesehatan.
Ajang LCLC sudah dibuka sejak 1 Juni lalu dan resmi ditutup pada 9 September kemarin. Babak finalnya pun sudah selesai digelar pada 25 September di Auditorium RRI Jakarta yang sepi-sepi saja alias tidak ada yang peduli. Bens Leo, nama yang tidak asing kalau berhubungan dengan musik dan pemerintah, didapuk sebagai Ketua Dewan Juri.
Sebanyak 511 peserta berhasil terkumpul. Ada pula peserta dari luar negeri, yaitu dari Amerika Serikat dan Selandia Baru. Terdapat empat trofi yang masing-masing disediakan oleh para jenderal, yaitu Brigjen Tamim Mustofa, Letjen Doni Monardo, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, dan Menteri Kesehatan yang mulia Terawan Agus Putranto.
Kalau begini kejuaraannya cocok disebut piala Jenderal. Bergerak dalam senyap. Entah memang sengaja diam-diam atau memang tidak ada masyarakat yang peduli.
Lomba Cipta Lagu Corona semakin menambah deretan event atau program tidak nyambung yang dibuat dengan kerja sama pemerintah. Sebuah entri untuk deretan omong kosong lainnya tentang pencegahan virus corona. Entah apa yang merasuki orang-orang ini. Bisa-bisanya di tengah naiknya kasus positif, bukannya cari solusi yang konkret, malah bikin lomba cipta lagu seperti ini. Daripada untuk bikin ajang kayak gini, lebih baik anggarannya diberikan untuk tim medis atau orang-orang yang terdampak corona. Lomba seperti ini justru bikin niatan “memutar uang” semakin kelihatan.
Satu hal yang lebih mengejutkan lagi adalah adanya nama Menteri Terawan di dalam ajang ini. Meksipun hanya sebagai pemberi trofi, hadirnya semakin menguatkan argumen bahwa orang ini sudah tidak becus memangku jabatan sebagai Menteri Kesehatan.
Selama ini beliau hanya mesam-mesem di depan kamera, tidak memberi solusi langsung, eh sekalinya hadir malah di ajang yang tidak jelas. Wajar kalau banyak orang mendesak Presiden Jokowi untuk mencopot Menteri Kesehatan. Ya gimana tidak didesak mundur, lha wong kelakuannya begitu.
Lomba Cipta Lagu Corona (LCLC) jadi semacam “toxic positivity” dalam medium yang berbeda. Kalau biasanya pejabat atau tokoh publik menganggap enteng virus ini dengan mengatakan “nanti juga sembuh sendiri”, sekarang bentuk lainnya adalah lomba cipta lagu yang entah ada motif apa di baliknya. Mungkin para inisiator menganggap bahwa dengan lagu, masyarakat bisa teredukasi mengenai virus dan otomatis patuh protokol kesehatan. Padahal, masyarakat juga nggak ngerti lagu-lagu coronanya. Tiba-tiba saja ada yang menang.
Satu hal lagi yang perlu diyakini adalah selera musik para Jenderal ini tidak ada yang bagus. Jadi, kita mungkin sudah ada bayangan musik-musik seperti apa yang ikut berpartisipasi dan berhasil memenangkan ajang ini. Lagu-lagu dilombakan bukannya bikin terkesan melainkan membuat dahi mengernyit.
Tapi, ya sudah, mau bagaimana lagi. Lombanya sudah selesai dan juaranya sudah keluar walau tidak ada satu orang pun yang peduli. Kita tandai saja nama-nama orang penting yang terlibat, lalu masukkan ke daftar orang-orang yang tidak serius menangani pandemi.
Omong kosong tetap lah omong kosong. Begitulah gambaran Lomba Cipta Lagu Corona ini dalam satu kalimat. Hanya orang-orang yang dipertanyakan kewarasannya yang punya anggapan ajang beginian adalah solusi di tengah pandemi. Kita pun tahu siapa saja mereka.
Photo by Breakingpic via Pexels.com
BACA JUGA Suka Duka Jadi Tukang Parkir Selama 6 Bulan dan tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.