Kamu orang Pati yang sering menggunakan logat khas dan bahasa ini tanpa tahu maksudnya? Kamu kudu baca tulisan ini sampai habis.
Kota Pati adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini memiliki julukan Pati Bumi Mina Tani. Julukan ini muncul karena sebagian besar penduduk di sini berprofesi sebagai petani. Ada lagi julukan lainnya, yakni Hogwarts van Java. Kalau julukan satu ini tersemat karena di kota ini memang banyak praktik perdukunan dan supranatural.
Pati adalah tanah kelahiran saya, tempat saya tumbuh dan berkembang. Terlepas dari apa pun julukannya sampai sekarang saya berumur 20 tahun, banyak hal yang dapat saya banggakan dari kota ini.
Salah satu hal yang membuat saya bangga dengan kota ini adalah logat khasnya. Pati punya logat khas yang tak bisa dijumpai di daerah lain. Pokoknya kalau kamu berada di Pati atau punya teman orang Pati, kamu pasti akan mendengar logat dan bahasa khas berikut ini.
Daftar Isi
Imbuhan “go” di belakang
Logat khas Pati yang pertama adalah adanya imbuhan “go” yang disematkan di belakang kata tertentu. Imbuhan ini kalau dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan kata “dong”. Fungsinya semacam untuk penekanan atau untuk sedikit ngegas. Kata yang mendapat imbuhan “go” ini biasanya kata seru atau ajakan.
Contohnya adalah gage go. Kata ini terkenal sangat khas Pati sampai ada yang menjadikannya desain kaos. “Gage” sendiri artinya adalah buruan atau cepat. Mendapat imbuhan “go” di belakangnya, maka arti kata di depannya lebih ditekankan.
Gampangnya begini, kamu sedang berjalan dengan teman tapi kamu berjalan lambat. Jika temanmu adalah orang Pati, dia pasti ngegas, “Gage go!” Maksudnya, dia memintamu cepat (dalam bahasa Indonesia artinya “buruan, dong” atau “cepetan, dong”).
Contoh lain penggunaan imbuhan “go” dalam logat khas Pati ini misalnya ayok go (ayo, dong), lek ndang go (lebih cepat, dong), dll.
Imbuhan “a” di belakang
Imbuhan “a” ini kalau dalam bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan kata “kan”, atau bisa juga “dong”. Fungsinya untuk meyakinkan, penekanan agar apa yang kita ucapkan itu lebih terlihat meyakinkan. Hampir sama dengan imbuhan “go” yakni untuk penekanan, bedanya imbuhan “a” ini lebih sering ditambahkan pada saat bertanya atau merespons suatu pertanyaan.
Contoh penggunaannya misalkan ketika ditanya, “Wes mangan urung?”. Kamu bisa menjawab, “Wes a” (Sudah, dong). Imbuhan “a” memberi kesan agar lawan bicara lebih yakin bahwa kita memang sudah makan.
Contoh lain penggunaan imbuhan “a” dalam logat khas Pati adalah ketika bertanya. misanya, kamu sedang bercerita sebuah gosip lalu melontarkan pertanyaan kepada temanmu, “Bener a?” (Bener, kan?). Nah, imbuhan “a” di sini berfungsi untuk mendapatkan sebuah keyakinan dari orang lain. Contoh lainnya adalah kalimat, “Hee a?” (Iya, kan?).
Imbuhan “em” untuk kepemilikan
Logat Pati memiliki ciri khas lain, yakni pada kata yang menyatakan kepemilikan. Logat khas Pati menambahkan imbuhan “em” di belakang sebuah kata untuk menyatakan bahwa itu adalah milik seseorang. Imbuhan “em” ini untuk penekanan milikmu.
Contoh penggunaannya, bahasa Jawa kakek atau nenek adalah mbah. Jika dalam bahasa Indonesia kita menyebutkan kakekmu atau nenekmu, dalam logat khas Pati jadi “mbahem” (mbahmu/kakekmu, nenekmu). Contoh lainnya, kata-kata seperti “bukuem” (bukumu), “sepedaem” (sepedamu), “omahem” (rumahmu), dll.
Imbuhan “leh” pada saat bertanya
“Leh” merupakan imbuhan khas Pati yang seringnya digunakan pada saat bertanya. Dalam bahasa Indonesia mirip seperti kata “sih”. Fungsinya untuk penekanan agar pertanyaan itu terlihat lebih serius dan benar-benar memerlukan jawaban. Selain itu, penambahan “leh” di belakang pertanyaan juga memberi kesan bahwa si penanya memang sangat kepo atau ingin tahu.
Contohnya adalah kata “piye leh?”. “Piye” merupakan kata tanya yang artinya bagaimana. Mendapat imbuhan “leh” di belakangnya, kata tanya ini lebih bersifat diperjelas atau ditekankan. Kalau dalam bahasa Indonesia, jadinya “bagaimana, sih?”. Contoh lainnya adalah “lapo leh?” (ngapain, sih?), “gawe opo leh?” (buat apa, sih?), sopo leh? (siapa, sih?), dan banyak lagi.
Itulah logat dan bahasa daerah khas Pati yang justru jarang dipahami oleh orang Pati sendiri. Selama ini kebanyakan orang cenderung hanya menggunakannya tanpa tahu maksudnya apa. Sudah selayaknya logat-logat khas daerah seperti ini kita pahami dan kita jaga agar tidak tergerus oleh zaman. Apalagi logat khas daerah sendiri.
Penulis: Femas Anggit Wahyu Nugroho
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.