Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Olahraga

Liverpool, Kenapa Kita Tidak Melanjutkan Pestanya?

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
29 Mei 2022
A A
Liverpool, Kenapa Kita Tidak Melanjutkan Pestanya Terminal Mojok

Liverpool, Kenapa Kita Tidak Melanjutkan Pestanya (Bodrumsurf/Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Mengerikan. Ini adalah kesedihan massal. Tawa dan sorak di awal laga, mendadak sunyi dan penuh dengan tangis setelah 90 menit jalannya laga. Virgil van Dijk menyembunyikan muka, Luis Diaz nampak dipeluk oleh Juergen Klopp, dan Jordan Henderson nampak fasih menampung tangis dalam pelupuk matanya yang sudah menghitam mengerikan.

Liverpool memang kalah, apa pun catatan baik, peluang, jumlah tendangan, dan “lain-lain” yang menyertai setelahnya tidak mampu mengganti sebuah fakta bahwa masalah jumlah skor, mereka kalah.

Kau tahu apa yang lebih bangsat? Adalah pendukung Liverpool yang masih saja menyanyikan “You’ll Never Walk Alone” tiada jeda.

Bangku yang diisi oleh lautan manusia berbaju merah, bernyanyi dengan air mata yang pelan-pelan membanjiri pipi mereka. Tepuk tangan tidak lupa mereka lepaskan. Kembali lagi membahas sebuah fakta bahwa apa pun hasil akhirnya, urusan mengolah luka, bisa jadi pendukung Liverpool dan garis keras Prabowo untuk jadi presiden menempati posisi satu dan dua.

Para pendukung Liverpool (Cosmin Iftode/Shutterstock.com)

Tidak hanya di Paris sana. Kesedihan lebih massal dan tragis juga terjadi di negeri kita, Indonesia. Nonton bareng yang tersebar di sejumlah titik, mengubah lautan tawa dan sorak menjadi tangis dan kesal. Tentu saja kekalahan adalah sumber utama air mata mereka. Namun kita harus membahas satu fakta lagi, cinta kita kepada Liverpool masuk dalam tahap kian tolol ketika kita tak bisa untuk tidak jatuh cinta walau melewati perih sedemikian rupa. Bahkan periode sulit era Roy Hodgson dan omong besar suporter sebelah, bisa ditelan bulat-bulat oleh pendukung Liverpool.

Ya, ya, saya tahu. Kata-kata di atas terasa percuma jika kita meneladani apa kata Bill Shankly, “If you are first you are first. If you are second you are nothing.” Setuju? Kalau saya amat setuju. Runner-up terkadang jadi bahan tertawaan yang mengerikan ketimbang mereka yang lolos fase gugur saja belum. Ini adalah fakta yang menyeramkan. Tidak hanya tentang sepak bola, bahkan tentang kehidupan.

Piala Liga yang kita menangkan di tengah kompetisi lawan Chelsea via adu penalti juga rasanya seperti percuma. Padahal kalau kita membahas data, Liverpool pengoleksi piala terbanyak di ajang ini. Pun terakhir menang di kompetisi ini musim 2011/2012. Lama sekali. Entah gugur karena kekalahan konyol melawan tim Championship, karena menggunakan pemain akademi, lapis dua kita yang kalah saing, juga faktor lain yang seakan seperti sesumbar—bahwa kita tidak membutuhkan piala domestik. Astaga, alasan terakhir hanya digunakan seorang bocah untuk menutup sebuah perdebatan melawan fans tim sebelah yang saat itu sedang bagus-bagusnya.

Trofi yang dipamerkan dalam Museum Liverpool (Poh Smith/Shutterstock.com)

Kita juga berhasil mendapatkan gelar dalam ajang kompetisi tertua di Inggris, yakni FA Cup. Terakhir kita dapat pada musim 2005/2006. Lebih lama dari Piala Liga. Penantian panjang yang pada akhirnya sepat juga menengok fakta bahwa piala ini hanya dianggap kasta kedua. Tidak adil, namun begitulah fakta kualitas banter di dunia sepak bola. Toh, piala sudah di tangan. Double winner. Akan tetapi saya yakin, dua alinea ini tidak bisa menghibur fans Liverpool yang saat ini sedang lesu tidak niat berkegiatan.

Baca Juga:

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Manchester United Adalah Lelucon Dimulai dari Internal, tapi Selalu Bodoh lalu Menyalahkan Pelatih dan Pemainnya

Pagi ini rasanya pahit, ya? Dua kali menjadi runner-up dalam dua ajang bergengsi seakan menutup pesta kita kala tiap minggu dalam merayakan kemenangan. Sorak tiap gol tercetak, minggu yang rasanya mustahil menjadi kelabu, mendadak sirna setelah kita kalah dalam partai penting sebagai penentuan. Pesta kecil tiap minggu ketika kemenangan demi kemenangan Liverpool rengkuh, seakan perlahan-lahan menjadi runtuh. Mau bagaimana lagi, kalau mau menangis, tidak ada yang melarang. Tapi besok, jangan lupa bahwa ada pesta yang harus terlaksana.

Dilansir dari Marca, Pemda Liverpool tetap mempersilakan mereka untuk mengadakan parade bus terbuka atas pencapaian Liverpool di tahun ini. Artinya, warga setempat boleh menyalakan flare, bernyanyi sekeras mungkin, minum sepuasnya, dan tentu saja melihat pemain-pemain Liverpool mentas menggunakan bus melalui kanal-kanal pelabuhan Kota Liverpool. Tim buruh pelabuhan dengan sarat tradisi ini masih diperkenankan untuk berpesta. Lantas, kenapa kita yang jauh di sini masih bermuram durja? Oke, ini tidak perlu dijawab karena saya sudah tahu jawabannya.

Kalah dan sedih adalah bagian dari sejarah Liverpool. Bahkan lagu yang diklaim menjadi anthem tim ini, “You’ll Never Walk Alone”, entah kenapa makin syahdu dinyanyikan ketika dalam kondisi sedih. Saya harus menyeret nama Bill Shankly lagi, walau saya yakin di Taman Eden sana ia sudah nyaman sembari memeluk legasi. Kata blio, “If you can’t support us when we lose or draw, don’t support us when we win.” Bahkan, quote tersebut nampak seperti sebuah ramalan bahwa tim ini tidak mungkin selamanya baik-baik saja.

Patung Bill Shankly yang ada di Anfield (Cowardlion/Shutterstock.com)

Alih-alih diciptakan sebagai sebuah tim yang optimis, Liverpool nampak seperti mengajarkan kehidupan yang realistis. Kita bisa menang, bisa juara. Namun, ada hari esok yang akan bermuara kepada dua hal; kegagalan atau mempertahankan. Selama menjadi fans Liverpool yang tidak keras-keras amat namun jangan ditanya lagi jika membahas hal goblok bernama loyalitas, Liverpool selalu menjadi pengingat.

Real Madrid ambil piala, kita ambil dulu hikmahnya. Walau hikmah tidak bisa dipasang di lemari trofi dan diarak keliling kota, tentu saja. Namun mau bagaimana lagi, kita mendukung tim yang bernama Liverpool. Bagi saya, Liverpool adalah cinta pertama. Sebagaimana sejarah mencatat dengan sempurna, cinta pertama selalu berakhir menjadi bajingan. Begitulah Liverpool; terpeleset, gagal juara, ambil hikmahnya. Lantas kita marah, nggrundel, nangis, mutung, dan kembali menghadapi dunia.

Lampu sudah dimatikan. Si Kuping Besar lari ke Spanyol sana. Konfeti membanjiri tubuh-tubuh pemain Real Madrid. Hari ini marah dulu, namun besok kita akan jatuh cinta lagi seperti muda-mudi yang baru kenal cinta. Musim berikutnya, toh kita akan bersorak lagi untuk Liverpool. Merayakan tiap gol yang belum pasti bermuara menjadi kemenangan. Tiap kemenangan yang belum pasti berakhir dengan angkat piala. Namun di sinilah kita, di belakang Liverpool tidak pernah ke mana-mana. Dan untuk Liverpool, kenapa kita tidak melanjutkan pestanya?

Penulis: Gusti Aditya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Surat Terbuka untuk Seluruh Pendukung Liverpool: Apa pun Hasilnya, Tetaplah Jatuh Cinta.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Mei 2022 oleh

Tags: Liga ChampionsLiverpool
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Sebagai West Brom Fans, Saya Setuju Jika Liverpool Layak Juara

Sebagai West Brom Fans, Saya Setuju Jika Liverpool Layak Juara

18 Maret 2020
ansu fati barcelona bangkrut fcb femeni la masia arthur melo barcelona pjanic juventus MOJOK

Sampai Kapan Jadi Menyedihkan seperti Ini, Barcelona?

18 September 2021
sadio mane

In Klopp We Trust: Tidak Ada yang Perlu Dikhawatirkan Dari Kekesalan Sadio Mane Kepada Mo Salah

4 September 2019
divock origi

Divock Origi, Bukti Sepak Bola Punya Tempat Spesial untuk Keberuntungan

7 Desember 2021
Arsenal Membutuhkan Siksaan Jantung demi Kesempurnaan (Unsplash)

Arsenal Menang dengan Cara Terburuk dari FC Porto di Liga Champions karena Mereka Memang Membutuhkan Siksaan Jantung Ini

13 Maret 2024
Arsenal Masih Membutuhkan Coutinho Meski Willian Resmi Bergabung MOJOK.CO

Arsenal Masih Membutuhkan Coutinho Meski Willian Resmi Bergabung

10 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.