Drawing Liga Champions memantik perang urat antar fans Liverpool dan fans Real Madrid. Untuk fans klub terakhir, mereka puas dengan hasil itu. Tidak ketemu Bayern Munchen di perempat final bikin napas mereka lumayan lega. Toh, harapan mereka nggak begitu tinggi. Musim ini, Real Madrid bisa jadi nggak memenangkan gelar apa pun, dilihat dari skuat yang lebih sering cedera dibanding bermain apik.
Tapi, untuk fans klub pertama, mereka jumawa dan bahagia mendapat hasil itu. Liverpool vs Real Madrid, bagi mereka, tak ubahnya Liverpool ketemu Persik Kudus atau insert-nama-klub-daerah-di-Indonesia.
Nah, kalau kalian sudah mulai mengira bahwa tulisan ini akan mengejek fans Liverpool, benar, tebakan Anda sudah tepat.
Saya paham, di dunia ini kita sering dipertemukan dengan orang yang susah buat ngaca. Kenyataan dan omongan mereka berbeda. Kadang, itu diri saya sendiri, Anda, dan orang lain. Tapi, untuk fans Liverpool ini… ampun dah.
Orang waras manapun kalau ngerti Real Madrid, mau sejelek apa pun performanya, tahu bahwa mereka bukan tim yang bisa dihancurkan dengan mudah. Madrid memang punya sejarah sering terpeleset secara bodoh, tapi bukan berarti itu bisa dijadikan pegangan.
Apalagi Liverpool musim ini adalah tim yang sama sekali berbeda dengan musim lalu. Tapi, selayaknya fans Liverpool yang kita kenal, nostalgia adalah kata yang selalu keluar dari mulut mereka ketika bernapas, macam kaset rusak yang harusnya masuk tempat sampah. Mereka selalu meminta orang-orang di dunia ini mengingat klub ini adalah klub yang mendominasi Liga Inggris, meski mereka belum lama ini mencetak rekor kekalahan beruntun.
Lalu, dengan jumawa fans-fans itu berkata bahwa Madrid adalah musuh yang enteng. Karena apa? Ya karena mereka mikirnya Liverpool yang sekarang itu ya Liverpool musim lalu.
Tapi, jujur saja, saya lumayan bisa mengerti kenapa para fans tersebut dengan jumawa—jika tidak bisa dibilang bodoh—menganggap Real Madrid setara dengan klub-klub semenjana di negara kecil. Real Madrid musim ini tidak bisa dibilang tim yang meyakinkan. Leg pertama Real Madrid ketika melawan Atalanta juga menegaskan bahwa mereka tim yang sebenarnya tidak tahu cara bermain yang benar. Melawan 10 orang, mereka kesulitan mencetak gol, hingga pemain Atalanta ada yang berkoar bahwa jika pertandingan 11 lawan 11, hasilnya akan berbeda.
Dan pemain tersebut memang nggak salah, ketika leg kedua, Real Madrid menang nyaman 3-1.
Ini hal penting yang mau saya sampaikan. Real Madrid, ketika diragukan, tiba-tiba menjadi tim dengan permainan yang berbahaya. Vinicius Junior, yang seringnya bikin naik darah teman setim dan fans Madrid, mempermainkan bek Atalanta seakan-akan mereka amatir. Yaaa meski ujungnya buang peluang, tapi ini mengindikasikan satu hal: dalam situasi hidup dan mati, pemain terburuk Real Madrid pun bisa bermain bagaikan pemain terbaik.
Zinedine Zidane, yang sering dicap pelatih tanpa taktik, justru memperlihatkan bahwa dia bisa menyuguhkan taktik yang bagus ketika melawan Atalanta. Kalau kalian berani bilang musuhnya hanya Atalanta, jelas kalian orang dengan pengetahuan bola yang kecil, kalau tidak mau dibilang IQ jongkok.
Saya justru takut gimmick bodoh fans Liverpool nanti bakal berbalik ke muka mereka. Membandingkan Ramos dengan Van Dijk tidak membantu apa pun, pun berharap karma Ramos terhadap Salah akan membenamkan Madrid di pertandingan nanti. Lagian kalian itu mbok ngaca, performa kayak gitu, beraninya jumawa.
Apalagi bawa-bawa karma, halah, kayak bocah yang apa-apa percaya dan dikaitin sama zodiak. “Gemini emang gitu tuh”, “Ohhh Taurus, pantes”. Kontol.
Tapi, sumpah, kalian yang bandingin dan bahkan bilagn Van Dijk jauh lebih baik dibanding Sergio Ramos itu abis ngisep apa sih? Goblok sedunia kok dipek dewe.
Sebaiknya kalian diem, analisis baik-baik, dan berharap yang terbaik aja buat tim kalian. Madrid sedang dalam tren positif, pun itu nggak jadi jaminan Madrid bisa menggilas Liverpool dengan mudah.
Cukup admin MU dan fansnya saja yang bikin tindakan konyol dengan jumawa, kalian nggak usah. Kecuali kalau kalian mau ikut-ikutan kena rundung netizen kek dulu.
BACA JUGA Eden Hazard Main 20 Menit Jauh Lebih Bagus dari Vinicius Junior dalam 3 Musim dan artikel Rizky Prasetya lainnya.