Saya adalah penikmat fried chicken atau ayam goreng tepung. Untuk sebagian orang, ayam tepung mungkin terbilang terlalu biasa. Hanya potongan ayam yang dibaluri tepung dengan rasa gurih dan kriuk. Bagi saya tentu tidak sesederhana itu. Rasa dan sensasi makan ayam goreng tepung itu betul-betul nikmat tiada dua. Apalagi makan kulit kriuk yang sudah menempel dengan tepung. Yakin gitu, bisa nolak?
Zaman sekarang, bahkan ayam goreng tepung mendapat beberapa modifikasi. Ada yang digeprek, dicocol dengan sambal matah, sampai dengan dinistakan. Iya, digeprek bersamaan dengan oreo juga susu kental manis. Ini maksudnya gimana, ya?
Di luar daripada modifikasi dan olahan tersebut, saya justru menyoroti hal lain. Sisi lain dari ayam goreng tepung, tempat di mana ayam goreng tepung biasanya di simpan. Etalase, dengan ragam bentuknya. Saya selalu mengamati setiap etalase penjual ayam goreng tepung di mana pun lokasinya. Mulai dari penjual pinggiran dengan skala kecil, skala menengah (cukup besar), sampai level restoran cepat saji. Ada satu persamaan, lampu etalase selalu berwarna oren.
Apa yang membuatnya demikian?
Demi mendapatkan informasi aktual, akhirnya saya coba tanyakan langsung kepada para penjual ayam goreng tepung, sembari membeli satu potong ayam untuk sekadar basa-basi (mohon maaf, Pak, saya hanya beli satu tapi nanyanya banyak). Saya melakukan hal ini di satu hari yang sama, hitung-hitung sekalian membeli lauk untuk menu berbuka puasa dan sahur. Lokasinya juga tidak jauh dari rumah, btw.
Ini beberapa alasan kenapa lampu etalase penjual ayam goreng tepung berwarna oren.
Alasan lampu etalase penjual fried chicken selalu oren #1 Agar ayam goreng tepungnya terlihat menarik
Kita semua tahu, masakan apa pun yang digoreng akan terlihat semakin menarik saat berwarna kuning keemasan. Nah, atas dasar ini, banyak para pedagang ayam goreng tepung menggunakan lampu oren pada etalasenya untuk menyiasati, agar barang jualannya semakin terlihat menarik saat dipandang dari kejauhan, pun jarak yang dekat sekalipun.
Penjual ayam goreng tepung pertama yang saya tanya menjawabnya dengan sangat lugas.
“Pak, boleh tahu alasannya nggak, kenapa lampu etalase ayam goreng tepung semuanya warna oren?”
“Biar menarik, Mas. Coba liat di restoran yang cepat saji gitu, lampu etalasenya oren semua, kan? Ayamnya jadi keliatan nggak pucat warnanya. Jadi enak dipandang dan bikin selera.”
Setelah saya pikir, betul juga, sih. Saya langsung terbayang ketika kita semua becermin, khususnya di toilet mal. Ketika lampu mal berwarna oren gitu, kita jadi merasa good looking dan cakep (baik laki-laki maupun perempuan), kan? Mangkanya bawaannya pengin swafoto melulu di toilet. Nah, begitu pula dengan ayam goreng tepung yang kena sorotan lampu berwarna oren.
Alasan lampu etalase penjual fried chicken selalu oren #2 Menjaga kualitas ayam goreng tepung
Ketika bicara soal kualitas, rasa, penampilan, juga tekstur tidak bisa dipisahkan. Banyak dari kita yang belum tahu bahwa, ternyata etalase ayam goreng tepung ada yang dilengkapi dengan penghangat, dan lampu berwarna oranye adalah salah satu “support tools”-nya. Penghangat ini tentu untuk memastikan kualitas masakan tetap terjaga sekaligus hangat. Lagian, siapa sih yang nggak suka dengan masakan hangat? Itu kan bisa menambah selera makan. Info ini saya dapat ketika berkunjung ke penjual ayam goreng tepung kedua.
“Iya, ini etalasenya ada mesin penghangatnya, Mas. Biar kualitas ayamnya kejaga sama rasanya tetep enak,” kata si penjual.
Ketika ditanya lebih lanjut di mana bisa membeli etalase seperti itu, si penjual mengaku kurang tahu, karena dia hanya ditugaskan untuk menjaga, yang membeli etalase ya bosnya.
Alasan lampu etalase penjual fried chicken selalu oren #3 Nggak tahu, karena cuma ikut-ikutan aja.
Saat bertanya ke penjual ketiga, mas-mas penjual ayam goreng tepung mengaku tidak tahu-menahu soal kenapa lampu etalasenya berwarna oren, sebab dia hanya mengikuti bagaimana modifikasi dari etalase yang biasa dilihat.
“Saya nggak tahu soal fungsinya, Mas. Saya liat kebanyakan tempat naro ayam ini lampunya oren, jadi saya ngikut aja,” tutur si penjual.
Ya, walaupun sah-sah saja ketika ada penjual yang tidak tahu-menahu soal fungsinya apa dan bagaimana. Lha, mereka kan cuma pengin berdagang. Karena merasa sudah cukup mendapat informasi yang diinginkan, akhirnya saya memutuskan untuk segera pulang. Tidak lupa mengucap terima kasih dan request sesuatu ke bapak penjual ayam goreng tepung, “Remah-remah tepungnya tolong dibanyakin, Pak. Doyanan saya itu.”
BACA JUGA Perempuan yang Nggak Pintar Masak Jangan Minder, saat Butuh Skill Ini, Kalian Bakal Bisa kok dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.