Beberapa lagu Sheila On 7 memang cringe, tapi saya tetap menyukainya.
Sheila On 7 memang band yang doyan viral. Dalam satu tahun, pasti ada saja momentum band asal Jogja ini menjadi perbincangan. Entah karena karyanya atau kehidupan personelnya yang dianggap begitu membumi.
Coba kita tilik kembali ke belakang, seberapa sering kalian dengar vokalis Sheila On 7, Pak Duta, viral karena kehidupannya yang sederhana. Satu waktu dia tertangkap kamera netizen sedang salat Jumat di masjid kampung. Di waktu lain, dia tertangkap kamera sedang jajan siomay, kondangan, main voli, atau kegiatan-kegiatan biasa lain.
Kalau bukan karena kehidupan personelnya yang begitu sederhana, Sheila On 7 viral karena hajatan konser tunggal yang dinanti penggemar. Akhir-akhir ini misalnya, belum genap separuh tahun 2024 terlewati, band ini kembali mengguncang dunia maya dengan kabar konser tunggal di 5 kota besar di Indonesia.
Walau digelar di 5 kota, saya pesimis bisa mendapatkan tiket konser itu. Trauma war tiket konser Sheila On 7 bertajuk Tunggu Aku di Jakarta pada 2023 lalu masih begitu membekas. Selain modal dana dan kecepatan internet, menonton konser mereka juga perlu keberuntungan. Satu hal yang sering nggak saya miliki dalam hal-hal semacam ini.
Itu mengapa, kekhawatiran kalah war tiket mendorong saya menuliskan 5 judul lagu Sheila On 7 yang cringe. Ini salah satu coping mechanism. Kalau nggak dapat tiket konser, setidaknya saya nggak perlu begitu kecewa karena ada lagu-lagu SO7 yang begitu cringe.
Daftar Isi
#1 Lirik lagu “Belum” menyisakan kesan sedang belanja di warung Madura
Bukan kilogram tapi ton menimpa
Memang berat tapi itulah cinta
Belum..Belum..Belum..
Ketika mendengar lirik ini, rasanya kok seperti sedang berada di warung kelontong Madura 24 jam. Seperti sedang disuruh ibu, membeli gula atau telur. Penggunaan ukuran kilogram ataupun ton menjadi terdengar janggal di telinga. Tidak hanya itu, dalam lagu ini saya coba hitung Pak Duta menyebutkan kata “belum” sebanyak 40 kali. Mungkin kalau lagu ini diciptakan di era Gen Z judulnya akan berubah dari “Belum” menjadi “Nggak Dulu” (dengan emoji tangan meminta maaf).
#2 Lirik “Bobrok” yang begitu berbeda dengan lagu-lagu Sheila On 7 lain
Lelah ku dengar demoralization
Tatap negeri ucap valediction
Bang! Bang! Pergi Lo!
Bang! Bang! You better go to hell!
Kalau bukan karena kehebatan telinga saya dalam mengenali suara Pak Duta, lagu “Bobrok” mungkin sudah dikira dari band lain. Lirik lagu ini begitu berbeda dari kebanyakan lagu Sheila On 7 lainnya. Bisa dilihat dari judulnya, sangat lugas dan penuh sindiran. Di kuping saya terdengar agak wagu, SO7 yang terkenal kalem malah dengan nyaring menyanyikan “Go to hell”. Aduh, lidah yang akrab dengan bahasa Jawa seperti saya juga agak keseleo baca liriknya.
Baca halaman selanjutnya: Lagu “Pendosa” benar-benar …
#3 Lagu “Pendosa” benar-benar jadi dosa besar Sheila On 7
Memikirkanmu kriminalku
Menantimu kejahatanku
Lagu “Pendosa” jelas masuk dalam jajaran lagu cringe Sheila On 7. Liriknya mengingatkan saya pada gombal recehan zaman dulu yang kurang lebih berbunyi, ”Jika mencintaimu adalah kejahatan, maka aku sekarang sedang jahat-jahatnya.” Kalau saya yang digombali seperti itu bukannya tersipu, tapi malah bergidik jijik. Untung saja, saat memasuki bagian reff, lirik “Pendosa” lebih enak untuk disenandungkan.
#4 Ada kata yang mengganggu dalam lirik lagu “Untuk Perempuan”
Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang dia kan datang
Dan memungutmu ke hatinya yang terdalam
Berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya, “Untuk Perempuan” sebenarnya tidak memberikan kesan cringe, hanya terdengar aneh saja secara logika. Saya paham, lirik lagu Sheila On 7 ini sebetulnya memiliki maksud yang baik. Lagu ini ingin memberikan petuah bagi seluruh perempuan agar tidak resah menunggu pujaan hati. “Untuk perempuan” seolah menyarankan para perempuan agar fokus dalam karir atau meningkatkan kualitas diri. Hanya saja, ada satu kata yang terasa pengen tak hih yaitu kata “memungutmu”. Jujur saja, coba apa yang pertama kali kita pikirkan ketika mendengar kata memungut? Memungut sampah? Anak Pungut? Sebagai perempuan, saya jadi kesal sendiri mendengar kata itu dalam lirik lagu.
#5 Lirik “Hingga Ujung Waktu”
Jika kau menjadi istriku nanti, pahami aku saat menangis
Saat kau menjadi istriku nanti, jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga Ujung Waktu
Kenapa harus istri yang memahami? Kenapa harus istri yang disuruh untuk tidak pernah berhenti memiliki. Itulah yang terngiang-ngiang di benak saya ketika mendengar lirik “Hingga Ujung Waktu”. Bukankah lebih menyenangkan kalau saling memahami dan juga saling berjuang tidak berhenti memiliki hingga ujung waktu. Namun, di saat yang sama saya berpikir, mungkin saja lagu Sheila On 7 yang satu ini ingin mendobrak stigma bahwa laki-laki juga boleh menangis. Laki-laki tidak harus selalu kuat. Mantap, sebuah analisis subyektif yang mengamankan saya dari hujatan netizen.
Setelah saya menuliskan dan berkali-kali membaca ulang tulisan ini, lirik-lirik yang cringe itu kok ya nggak menurunkan tingkat kebucinan saya pada Sheila On 7 ya. Tidak ada sedikitpun niat war tiket pudar dan saya yakin masih akan kecewa kalau nggak mendapatkan tiketnya. Benar-benar magis band Jogja satu ini.
Penulis: Mozara Kartika Putri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Satu-satunya Hal yang Saya Sesali sebagai Warga Bantul Adalah Tidak Bisa Bertemu Duta Sheila On 7
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.