Saya masih ingat cerita yang keluar dari mulut saudara-saudara saya tentang bagaimana dulu para musisi dangdut punya ciri khasnya sendiri. Bagaimana dulu para musisi dangdut punya universe-nya sendiri. Dan yang terpenting, mereka punya lagu dangdut sendiri. Iya, dulu saya, mungkin kita mengenal sosok Rhoma Irama, Rita Sugiarto, Elvy Sukaesih, atau Muhsin Alatas dengan diskografinya masing-masing. Dulu, hampir semua musisi dangdut punya lagu sendiri, meskipun tidak menciptakan lagunya sendiri.
Saya sebenarnya juga nggak tahu persis bagaimana skena dangdut dulu. Toh, saya juga belum lahir saat itu. Tapi dari cerita yang saya dapat, bisa dipastikan bahwa musisi dangdut dulu cukup produktif. Hal ini terbukti dari banyaknya album-album yang mereka hasilkan. Saya nggak tahu apakah mereka dulu suka cover-cover lagu sesama musisi atau bagaimana, tapi saya agak ragu mereka melakukan itu.
Berbeda dengan sekarang, yang seakan produktivitas lagu dangdut original sudah sangat minim, nggak seperti dulu. Kebanyakan musisi dangdut sekarang lebih memilih untuk membawakan lagu dangdut dari musisi lain yang sudah tenar atau dari genre lain supaya lebih dikenal. Hampir di setiap panggung dangdut, mau itu di kampung atau di hall gedung, lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang sama dengan pelantun yang berbeda-beda. Padahal, para pelantun lagu dangdut itu berlabel penyanyi dangdut atau seniman (artis) dangdut.
Lagu dangdut seperti “Cidro” dari Didi Kempot, bahkan dinyanyikan oleh banyak penyanyi dangdut lain. Mau itu di acara yang profit atau non-profit. Lagu “Sayang” dari Via Vallen/NDX AKA, atau “Kartonyono Medhot Janji” dari Denny Caknan, juga bernasib sama. Satu lagu untuk semua. Kalau untuk acara yang non-profit ya oke lah. Akan tetapi, kalau yang profit ya itu urusannya sama hak cipta. Bahkan untuk urusan lagu “Sayang”, Via Vallen dengan NDX AKA saja sampai berurusan dengan hukum soal siapa yang punya lagu.
Maksudnya begini, saya dan beberapa orang juga masih bertanya-tanya, mengapa kok mulai jarang musisi/penyanyi dangdut punya lagu sendiri? Apa nggak mau gitu menciptakan lagu sendiri, menyanyikan lagu sendiri, dan terkenal dengan lagu sendiri? Tentu rasanya akan berbeda sekali dengan menyanyikan lagu orang lain dan terkenal karena lagu orang lain. Selain itu, punya lagu sendiri juga akan menambah diskografi yang juga memengaruhi kualitas karier.
Bukan apa-apa, saya cukup sering nonton acara dangdut, baik itu di televisi atau nonton acara dangdut langsung. Dan beberapa kali dalam satu acara ada lagu yang dimainkan dua kali oleh penyanyi yang berbeda. Apesnya lagi, nggak ada yang berbeda dari kedua penyanyi dalam menyanyikan lagu tersebut. Suaranya sama, musiknya juga sama, ketukan gendangnya juga sama. Paling yang beda cuma fals-falsnya aja. Kecuali kalau misal genrenya diubah jadi agak hardcore-dangdut gitu, masih oke lah. Setidaknya ada yang beda.
Coba kalau masing-masing penyanyi punya lagu sendiri, setidaknya penyanyi yang kelasnya nasional lah, pasti akan enak kalau nyanyi di acara dangdut. Nggak akan ada yang namanya satu lagu dimainkan dua kali. Nggak ada juga ceritanya penyanyi lebih banyak membawakan lagu orang lain daripada lagu sendiri. Tentu akan lebih asik suasana panggungnya. Selain itu, lagu original juga akan membentuk identitas penyanyi. Kalau lagu cover, ya nggak akan membentuk identitas apa-apa lah.
Mungkin ada beberapa alasan mengapa banyak penyanyi dangdut nggak punya lagu original. Pertama, alasan akses rekaman. Ini sebenarnya bisa diatasi, toh sekarang rekaman juga sudah nggak sesulit zaman dulu. Kedua, urusan dana. Ini juga berhubungan karena rekaman sekarang juga sudah bisa lebih murah. Kalau urusan distribusi, kan bisa memanfaatkan layanan digital seperti Youtube, dll. Ketiga, mencoba menaikkan nama dengan menyanyikan lagu orang. Ini juga perlu nggak perlu sebetulnya. Perlu kalau kemampuannya biasa saja dan nggak perlu kalau punya kemampuan yang bagus.
Intinya, nggak ada alasan untuk penyanyi/musisi dangdut untuk nggak punya lagu sendiri. Akses rekaman dan distribusi sudah mudah dan banyak pencipta lagu juga yang sebenarnya bisa banyak membantu. Kalau tetap seperti ini, nggak akan ada lagi maestro dangdut seperti dulu lagi.
Tapi ngomong-ngomong, penyanyi dangdut yang biasanya sering membawakan lagu orang, kalau bikin dan membawakan lagu sendiri biasanya sih jelek. Biasanya lho ya, nggak semuanya.
BACA JUGA Terima Kasih Sintyamarisca yang Mempopulerkan Joget Dangdut ke Diskotik atau tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.