Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kultur Menulis Nama di Amplop Sumbangan Sebaiknya Ditiadakan

Mohammad Ibnu Haq oleh Mohammad Ibnu Haq
16 September 2020
A A
Kultur Menulis Nama di Amplop Sumbangan Sebaiknya Ditiadakan terminal mojok.co

Kultur Menulis Nama di Amplop Sumbangan Sebaiknya Ditiadakan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu, saya bertanya-tanya, kenapa setiap kali ada hajatan, orang-orang seperti memiliki keharusan untuk membubuhkan namanya dalam amplop sumbangan yang akan diberikan? Saya pun melakukan riset kecil-kecilan dengan metode wawancara sambil sebat di angkringan. Dari situ, banyak jawaban yang saya dapatkan.

Alasan pertama, the one and only, perkara eksistensi. Tulisan nama di amplop adalah bukti sahih kehadiran. Alasan ini tentu masuk akal meskipun di sisi lain alasan ini juga konyol. Kalau sekadar menunjukkan kehadiran dan memenuhi undangan, bukankah ada buku tamu? Kalau takut tuan rumah tidak membacanya, boleh kok bersalaman langsung dengan mempelai dan keluarganya di atas pelaminan sambil berkirim salam dan pesan. Kalau masih kurang lagi, silakan ambil gambar lalu nanti di-posting di media sosial dengan menandai si empunya acara.

Saya sih masih bisa memahami jika yang melanggengkan tradisi ini adalah generasi ayah dan ibu kita. Tetapi, untuk generasi setelahnya, generasi kita, masa sih kalian masih bersusah payah mempermasalahkan eksistensi? TikTok masih kurang?

Hal berikutnya yang dijadikan alasan untuk membubuhkan nama di dalam amplop sumbangan adalah faktor investasi balas budi. Sebenarnya ini masih sangat nyambung dengan alasan yang pertama tadi. Setelah dibuktikan bahwa tamu undangan hadir dengan amplop sumbangan sebagai buktinya, nominal di dalam amplop tersebut akan dicatat secara detail dan presisi. Tujuannya agar di kemudian hari gantian sang tamu undangan yang punya hajatan, maka sumbangan yang diberikan nominalnya disesuaikan dengan yang ada dalam catatan. Begitu pula sebaliknya. Dan seterusnya. Berulang-ulang sampai ladang gandum berubah jadi Koko Krunch.

Nah, masihkah ada yang berpikiran cari untung dari menyelenggarakan pernikahan? Pikirkan kembali, Unnie.

Tentu bukan warga negara Indonesia yang terhormat jika tidak ada konflik, perselisihan, dan pergibahan. Bagi sebagian besar orang yang secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki harapan agar sumbangannya dikembalikan di masa depan pun tidak bisa begitu saja dibebaskan dari kesalahan. Meskipun berlindung dengan dalih keikhlasan, selama masih ada nama yang dibubuhkan di atas amplop sumbangan, maka selama itu mereka yang disumbang akan mendapat beban psikologis. Suatu saat mereka seolah perlu” mengembalikan” uang sumbangan.

Kultur yang pada awalnya ditujukan untuk gotong royong ini, justru melahirkan permasalahan yang lebih pelik. Apa saja yang berurusan dengan waktu, tidak ada yang dapat menduga. Tidak ada yang tahu kapan harus mengembalikan sumbangan itu. Tidak ada yang bisa menjamin apakah kita selalu memiliki uang untuk membalasnya. Persis dengan apa yang terjadi pada teman saya baru-baru ini.

Suatu malam, dia datang untuk meminjam uang. Bukan hal yang luar biasa. Namun, yang mengejutkan adalah alasan di balik dia mengajukan utang. Katanya, uang itu akan dipakainya untuk sumbangan kondangan. Jadi, bukan buat makan atau biaya lain yang mendesak, tetapi untuk sumbangan. Saya pertegas, ada seseorang meminjam uang dari orang lain untuk memberikan sumbangan kepada orang yang lainnya lagi.  Saya pun bertanya-tanya, kenapa dia memaksakan diri? Jawabannya sederhana,

Baca Juga:

Sumbangan Pesta Hajatan di Gunungkidul, Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

Budaya di FBSB UNY: Sekadar Tambahan Nama atau Beneran Punya Makna?

“Nggak enak, Bro. Dulu kan waktu aku nikah, dia nyumbang. Banyak lagi.”

Jika memang tidak dalam kondisi keuangan yang baik, kenapa dia tidak menyumbang semampunya saja? Seadanya yang dia punya tanpa harus terbebani nominal dari sumbangan sebelumnya. Daripada harus memaksakan diri sampai cari utangan. Di akhir percakapan, teman saya ini berkelakar, intinya dia kesal karena banyak sekali orang menikah di periode yang berdekatan.

Tentu ini menjadi sebuah ironi. Pernikahan yang sejatinya merupakan momen berbagi doa dan kebahagiaan justru berubah jadi ladang gibah dan pelampiasan kekesalan hanya karena masalah nominal amplop sumbangan.

Oleh karena itu, cara paling mudah dan murah agar lingkaran setan ini terputus adalah dengan mulai membiasakan diri untuk tidak membubuhkan nama di amplop sumbangan. Terutama kalau yang mengundang adalah teman sendiri. Kecuali, jika kita hadir ke hajatan dalam posisi mewakili orang lain yang berhalangan, masih mending lah kalau begitu.

Menunjukkan eksistensi boleh-boleh saja. Mau pamer kekayaan pun silakan. Namun, perlu diingat, tidak semua orang bisa menerima keikhlasan kita dengan santai dan bijaksana. Beberapa akan menghitung dan menganggap pemberian kita sebagai utang. Jadi, dengan tidak membubuhkan nama pada amplop sumbangan, minimal kita tidak membebani orang lain untuk mengembalikannya suatu ketika.

Photo by Castorly Stock via Pexels.com

BACA JUGA Sebelum Memutuskan Kerja Part Time, Mahasiswa Harus Kritis Perkara Durasi Kerja dan tulisan Mohammad Ibnu Haq lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: BudayaKondangan
Mohammad Ibnu Haq

Mohammad Ibnu Haq

Sukanya mojok

ArtikelTerkait

Bahasa Jawa

Ambyarnya Bahasa Jawa si Anak Pendatang Berakhir Dicap Tidak Sopan

3 Juni 2019
Tradisi Ater-ater di Momen Ramadan yang Menguntungkan Sekaligus Merugikan. #TakjilanTerminal18

Tradisi Ater-ater di Momen Ramadan yang Menguntungkan Sekaligus Merugikan. #TakjilanTerminal18

21 April 2021
Penyebab Malam Satu Suro Dianggap sebagai Hari Rayanya Demit tanggalan jawa arab muharam sultan agung primbon terminal mojok.co

Penyebab Malam Satu Suro Dianggap sebagai Hari Rayanya Demit

13 September 2020
3 Budaya Orang Korea yang Nggak Relate Sama Orang Indonesia terminal mojok

3 Budaya Korea yang Nggak Dijumpai di Indonesia

27 Maret 2021
kambing guling

Serba Serbi Perilaku Para Tamu Kondangan dan Kambing Guling yang Selalu Menjadi Primadona

24 Oktober 2019
5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki terminal mojok

5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki

29 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

Putuk Lesung Pasuruan Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Malang

30 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.