Perjuangan Jadi Sarjana Pertama di Keluarga: Gagal SNBT dan UTBK, Masuk Jalur Mandiri, hingga Kebingungan Bayar Kuliah

Perjuangan Jadi Sarjana Pertama di Keluarga: Gagal SNBT dan UTBK, Masuk Jalur Mandiri, hingga Kebingungan Bayar Kuliah Mojok.co

Perjuangan Jadi Sarjana Pertama di Keluarga: Gagal SNBT dan UTBK, Masuk Jalur Mandiri, hingga Kebingungan Bayar Kuliah (unsplash.com)

Saya berharap jadi sarjana pertama di keluarga. Itu mengapa, setelah lulus SMA saya ingin mahasiswa perguruan tinggi negeri. Namun, perjalanan untuk menyandang status itu begitu panjang, setidaknya bagi saya. 

Awalnya saya berharap bisa lolos jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Namun, takdir berkata lain, saya ditolak. Tidak mau putus asa, saya mencoba jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), tapi masih saja gagal. Setelah merenung cukup panjang, saya memutuskan mencoba jalur terakhir, Jalur Mandiri yang biasa diselenggarakan oleh masing-masing perguruan tinggi negeri. 

Tidak hanya mendaftar tes Jalur Mandiri kampus negeri, saya mengikuti tes yang digelar beberapa PTN. Tentu saja biaya yang digelontorkan untuk ikut tes Jalur Mandiri ini tidak sedikit. Itu mengapa, saya begitu cemas dan gelisah ketika menunggu hasil pengumumannya. Bagaimana kalau tidak ada PTN yang mau menerima saya? Uang saya sia-sia dong ya? Belum lagi omongan tetangga yang kadang tidak peka tempat dan waktu. 

Jalur Mandiri tidak menyelesaikan persoalan

Syukurnya, beberapa perguruan tinggi negeri mau menerima saya melalui Jalur Mandiri. Saya memutuskan mengambil kesempatan di PTN nomor 7 terbaik di Indonesia. Dilihat dari jurusannya, sebenarnya bukan jurusan yang saya incar, tapi setidaknya masih linear dengan cabang ilmu yang disenangi.  

Apakah persoalannya selesai sampai di situ? Tentu saja tidak, masih ada uang pangkal dan UKT yang harus dibayarkan. Seperti yang kita tahu, mahasiswa yang masuk melalui Jalur Mandiri biasanya kena biaya pangkal yang tidak sedikit dan UKT golongan paling tinggi. Seketika mimpi jadi sarjana pertama di keluarga jadi terasa begitu jauh. 

Mencari beasiswa tidak semudah membalikkan telapak tangan

Satu-satunya jalan supaya tetap bisa kuliah setelah diterima Jalur Mandiri adalah mencari beasiswa yang bisa membiayai seluruh biaya kuliah. Saya putuskan untuk mendaftar sebuah beasiswa dari pemerintah walau banyak pesaingnya dan banyak tahapannya. 

Hati ini begitu deg-degan seperti saat menunggu pengumuman Jalur Mandiri. Sebab, kalau gagal menyabet beasiswa itu, itu artinya saya harus mengubur rapat-rapat mimpi jadi sarjana pertama di keluarga. Syukurnya saya diterima. Tangis pecah, haru, syukur. Berbekal nekat, semangat, dan doa dari segenap keluarga, akhirnya saya resmi bisa kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri. 

Saya memahami perjalanan untuk menjadi sarjana pertama di keluarga masih panjang. Bukan tidak mungkin perjalanan setelah diterima bisa jadi lebih berat dan rumit dibanding ketika tes Jalur Mandiri. Namun, saya kini percaya, kalau memang sudah jalan dan rezekinya, semua pasti bisa diusahakan. Terlebih dengan dukungan doa dari keluarga. Jadi untuk kalian di luar sana yang masih berjuang demi pendidikan, saya harap terus bersemangat. 

Penulis: Kholifah Dina Lestari
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Keunikan UIN Jogja, Mahasiswanya seperti Nggak Kuliah di Kampus Islam

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version