Realitas yang pahit
Akhirnya, saya pun keterima dan merasakan kuliah di UIN Jogja. Bangga? Jelas. Bahagia? Nanti dulu.
Euforia saya keterima di UIN Jogja nggak berangsur lama karena ada kawan dekat saya yang harus angkat kaki karena tak bisa bayar UKT. Beasiswa pun tak dapat, padahal persyaratan sudah lengkap dan sesuai. Saya bisa tahu ya karena saya ikutan daftar beasiswa KIP berbarengan dengan kawan dekat saya.
Padahal ya saya merasa saya sudah masuk kriteria banget: penghasilan orang tua kurang dari 500 ribu per bulan. Masih butuh bukti apalagi, Lur? Ha nek isih njaluk bukti, kebangeten.
Gitu aja masih nggak keterima. Saya jadi penasaran betul kenapa saya dan kawan dekat nggak keterima beasiswa KIP. Kalau masih ada yang lebih miskin dari saya, kok saya jadi mempertanyakan bagaimana upaya peningkatan kesejahteraan di negara ini.
Saya makin setuju dengan argumen kuliah di UIN Jogja memang hanya untuk orang yang bener-bener mampu aja. Kampus tersebut tak layak lagi mengemban status kampus rakyat. Mengaku-ngaku saja sudah tak boleh.
Sebab, benar-benar tak ada ruang bagi orang yang kurang beruntung dalam hal ekonomi untuk mengenyam pendidikan. UKT mahal, beasiswa tidak mampu sulit digapai, lalu harus dengan cara apa lagi kami meraih pendidikan?
Penulis: Syafiqur Rahman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Uneg-uneg untuk Dosen UIN Sunan Kalijaga yang Sering Absen Mengajar