Kuliah di Jogja Masih Amat Menarik sekalipun Jogja Penuh Masalah yang Makin Hari Makin Parah

3 Wisata di Jogja yang Kelihatan Menarik di TikTok, tapi Aslinya Biasa Saja kuliah di Jogja

3 Wisata di Jogja yang Kelihatan Menarik di TikTok, tapi Aslinya Biasa Saja (Fauzan Azizi via Unsplash)

Meski Jogja penuh masalah, tapi saya berani jamin kalau kuliah di Jogja tetaplah jadi hal yang perlu kalian pertimbangkan

Tahun memang baru berjalan beberapa hari, tapi jangan salah, bagi anak SMA kelas 3, Januari bukanlah awal tahun. Tapi, sudah masuk masa peperangan. Ya, tes ujian masuk kuliah atau sejenisnya akan segera dimulai. Mereka mungkin sudah mulai ancang-ancang sejak beberapa bulan lalu. Yah, tidak ada persiapan yang terlalu cepat.

Berbarengan dengan persiapan anak SMA masuk kuliah, isu “apakah kuliah di kota X itu worth it” pun menyeruak. Tentu salah satu kota yang masuk dalam isu adalah Jogja. I mean, siapa yang tak kepikiran kuliah di Jogja barang sekali seumur hidup?

Kuliah di Jogja memang seseksi itu. Jogja selalu jadi magnet terkuat untuk para jiwa rebel yang ingin segera cabut dari kampung yang membelenggu mereka. Entah untuk niat yang baik atau kurang baik, mereka ingin segera menancapkan cakar kasar mereka di Jogja.

Tapi, sekalipun Kota Istimewa ini seksi, bau busuk dari aib-aib kota ini tak bisa ditutupi lagi. Ia muncul di berita, media sosial, dan mulut orang-orang yang kelewat sering terpapar ICJ. Pertanyaannya kini tak lagi apakah Jogja menyenangkan, tapi, apakah kuliah di Jogja masih worth it?

Jawaban singkat dari saya adalah amat sangat worth it. Jawaban panjangnya, saya jelaskan di bawah.

Jogja sebenarnya biasa saja, tapi…

Saya yakin Jogja sebenarnya tak sesuperior itu dibanding kota lain. Katakanlah diadu dengan Malang, Jogja jadi nggak istimewa-istimewa amat. Yang bikin Kota Istimewa ini lebih “menghantam” ketimbang Malang ya karena kota ini selalu muncul di budaya pop, serta diglorifikasi berlebihan oleh orang-orang yang tak tahu betul seluk beluknya.

Sebenarnya ya, kota ini, kalau sudah hidup lama, nggak istimewa-istimewa amat. lalu, kenapa saya bilang kuliah di Jogja itu worth it, sekalipun nggak lagi istimewa? Jawabannya sih sederhana, karena ini Jogja.

Sek, jawaban tersebut itu ambigu, saya tahu. Tapi itu karena saya nggak bisa menemukan kata yang lebih tepat.

Kalau saya boleh bilang, Jogja ini iklimnya cocok untuk para pencari ilmu karena memang kultur mencari ilmunya dijaga oleh generasi-generasi selanjutnya. Misalnya, suatu UKM nggak akan mati begitu saja, karena sekalipun UKM tersebut kalian anggap tak menarik, selalu ada segelintir orang yang akan meneruskan kehidupan di dalamnya.

Mungkin kalian akan ngomong kultur diskusi berapi-api di Jogja tak lagi seperti dulu. Saya tidak setuju perkara ini. Sebab, saya masih menemukan orang diskusi ndakik-ndakik di banyak kafe dan warung kopi di Jogja. Kalau kultur diskusi di kampus, oke, mungkin susah ditemukan. Tapi menurut saya, kampus sebenarnya di Jogja itu ya di kafe dan warung kopi yang tersebar di seluruh sudut Jogja.

Itu baru satu argumen tentang kenapa kuliah di Jogja masih worth it. Lanjut.

Pencetak orang-orang tak sepele

Kampus-kampus di Kota Pelajar ini menghasilkan banyak orang hebat. Sekalipun kalian benci Megawati, kalian tidak bisa memungkiri kalau Ganjar Pranowo adalah orang hebat. Kalian boleh jadi pendukung Prabowo paling militan, tapi gegabah kalau bilang Anies Baswedan adalah orang biasa-biasa saja. Itu baru dua contoh, dan menyebutkan siapa saja orang yang “dibesarkan” oleh Jogja akan jadi daftar yang kelewat panjang.

Peluang jadi the next Ganjar, Anies, or even Jokowi memang amat kecil. Tapi jadi orang hebat dalam bidang lain masih terbuka amat lebar. Kalian pasti punya kawan yang madesu saat SMA, tapi dia berhasil jadi “orang” setelah kuliah di Jogja. Jangan mungkiri bahwa Kota Pelajar memberi impact dalam dirinya, pasti itu.

Menurut saya, yang bikin kuliah di Jogja selalu worth it karena banyak orang yang berusaha menciptakan masa depan yang baik dalam dirinya. Berkumpul dengan orang-orang tersebut, akan bikin orang lain terinspirasi. Di kota lain memang juga bisa, tapi Jogja tetaplah berbeda.

Kuliah di Jogja tetap worth it

Baiklah, isu miring di Jogja memang tak bisa ditutupi. Klitih, sampah, biaya hidup yang mahal, UKT yang menjulang, bikin kuliah di Jogja tak lagi seseksi dulu. Ini isu yang nggak bisa dianggap sepele, karena isu klitih dan UKT adalah concern terbesar untuk orang tua calon mahasiswa. Jadi, kalau ada yang ragu, itu amat wajar.

Oh, tidak, jangan bilang biaya hidup di Jogja itu murah. For God’s sake, sesekali napak tanah. Tolong. Banget.

Tapi perlu diingat, bahwa isu-isu itu tak serta merta bikin Jogja jadi tempat yang buruk untuk kuliah. Jogjanya memang penuh masalah, tapi tak mengurangi value-nya hingga rock bottom. Jadikan isu-isu tersebut untuk pertimbangan saja, apakah risiko yang ada bisa di-manage atau tidak. Tiap kota punya masalahnya sendiri, dan kebetulan Jogja lebih seksi untuk diekspose.

Jadi, kalau kalian para darah muda atau justru orang tua yang sedang bimbang tentang kuliah di Jogja, artikel ini harusnya bisa memberi kalian gambaran. Kalian makin mantap atau malah ragu, saya nggak tahu, tapi tak ada yang saya sesali dari keputusan saya menjejakkan kaki di Jogja. Untuk orang yang kuliahnya awut-awutan, saya menikmati tiap momen yang ada.

Ah, tanpa sadar, saya jadi buzzer keistimewaan Jogja. Tapi, tak apalah, terkadang kota ini memang kelewat candu untuk ditinggalkan keindahannya.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kuliah di Jogja Adalah Perjalanan Hidup yang Paling Saya Syukuri

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version