“Kuliah di Jakarta pasti orang kaya!”
Sering sekali saya mendapat tanggapan demikian ketika orang tanya saya kuliah di mana. Tak heran tanggapan aneh-aneh orang desa terhadap saya. Gaya hidup mahal, macet, banyak kriminal. Seolah Jakarta tempat yang paling ditakuti di Indonesia.
Kuliah di Jakarta memang masih jadi sesuatu yang asing bagi beberapa orang. Lumrahnya, orang ke Ibu Kota untuk mencari pundi-pundi uang. Bukannya malah kuliah. Jogja, Semarang, Surabaya, Malang, lebih masuk akal untuk dituju untuk kuliah. Tapi, Jakarta, really?
Tapi itulah jalan yang saya pilih. Dan saya benar-benar kenyang dengan pertanyaan tentang keputusan saya kuliah di Jakarta. Sepertinya, saya harus menjelaskan sedikit tentang bagaimana rasanya kuliah di Ibu Kota, biar orang agak paham.
Daftar Isi
Biaya hidup kuliah di Jakarta
Saya akui, biaya hidup di Ibu Kota memang mahal. Terlebih perkara hunian. Lupakan harga kos ala Jogja, Jakarta jelas meledak harganya. Tapi sebenarnya tak semahal yang ada di pikiran kalian. Semua tergantung fasilitas. Dekat kampus dan pake AC ya jelas mahal, mau di Jogja, Semarang, ya pasti segituan.
Meski saya bilang biaya hidup di Ibu Kota itu mahal, tetap saja masih ada ruang untuk bernafas bagi para mahasiswa kere. Makin dekat dengan kampus, makanan justru makin murah. Sebenarnya ya, kuliah di Jakarta dan Jogja itu nggak beda-beda jauh. Malah katanya Jogja mulai mahal perkara makanan.
Pergaulan yang begitu gelap
Perkara pergaulan… baiklah, ini saya perlu banget jelasin perkara ini.
Kuliah di Jakarta, Jogja, Malang, atau Asgard sekalipun, kalau kamu memilih teman yang brengsek, nggak ada bedanya. Memang saya akui, Jakarta jelas berbeda dengan kota-kota besar lainnya. Apalagi dibandingkan dengan kampung, dah, nggak kebayang.
Cuman, rasanya nggak adil membicarakan sisi gelap saja. Padahal, Ibu Kota tak seburuk itu. Saya menemukan beberapa hal, yang bikin saya terperanjat.
Orang-orang Jakarta itu loyalnya kebangetan. Belum pernah saya melihat orang biasa, bukan bos tapi sedekah bisa sampai puluhan juta. Kalau di desa ‘biasanya’ yang seperti ini cuma juragan kampung. Apalagi kalau musim kurban, bisa-bisa kamu mabuk daging saking banyaknya orang yang berkurban.
Sisi terang lainnya yang saya temui selama kuliah adalah orang-orang di Jakarta cepat akrab sama siapa pun. Pertama kali merantau, anak desa seperti saya maklum saja kalau masih malu-malu dan sungkan untuk berbaur dengan orang baru. Apalagi dengan orang baru ini asalnya dari berbagai daerah di Indonesia.
Hebatnya, pertama kali masuk kuliah saya dibuat kaget sama anak-anak asli Jakarta. Cuma kenalan biasa, langsung bisa akrab dan rame. Sampai saya kira mereka teman satu sekolah. Memang se-satset itu mereka bergaul.
Keputusan terbaik dalam hidup saya
Hal enak lainnya, sebagai mahasiswa yang kampusnya di pusat peradaban negara saya rasa ada banyak fasilitas pendukung untuk berkembang. Akses transportasi murah, jaringan internet lancar dan banyak spot-spot wifi gratis, ruang publik beragam dan masih banyak lagi.
Dengan semua fakta yang saya sebutkan di atas, jelas kuliah di Ibu Kota adalah pilihan terbaik dan tak perlu kita kaget. Bagi saya, malah ini jadi keputusan terbaik dalam hidup saya. Hidup di Jakarta begitu mudah. Benar, macet menghantui, kriminalitas tinggi. Tapi, memangnya daerah lain tidak begitu?
Lalu, kalian bilang kuliah di Jakarta itu buruk? Ya Tuhan, kapan kalian akan berhenti menilai kulit dan berusaha adil sejak dalam pikiran?
Penulis: Gina Nurulfadilah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bertahan Hidup dengan Gaji di Bawah UMR Jakarta Memang Bisa. Iya, Bisa, tapi Bisa Gila!