Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kualitas Tayangan Indosiar Dulu dan Sekarang bagai Langit dan Bumi

Hilman Azis oleh Hilman Azis
22 November 2020
A A
Kualitas Tayangan Indosiar Dulu dan Sekarang bagai Langit dan Bumi terminal mojok.co

Kualitas Tayangan Indosiar Dulu dan Sekarang bagai Langit dan Bumi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

 

Ketika memasuki dekade 90-an, dunia pertelevisian Indonesia mulai mengalami perubahan yang signifikan. Setelah puluhan tahun Indonesia hanya punya TVRI sebagai stasiun televisi yang bisa ditonton, akhirnya mulai bermunculan stasiun TV swasta dan tentu saja atas izin pemerintah orde baru saat itu. RCTI adalah stasiun TV swasta pertama di Indonesia yang berdiri pada 23 Agustus 1989 dan sejak saat itu TVRI tidak lagi sendirian.

Setahun kemudian berdirilah SCTV dan pada 1991 Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) atau yang sekarang dikenal dengan MNCTV, dibentuk. Awalnya TPI adalah televisi yang khusus menayangkan siaran pendidikan jarak jauh, tapi mulai berubah menjadi TV yang dikhususkan untuk kelas menengah ke bawah dengan menayangkan berbagai acara hiburan.

Pada 11 Januari 1995, Indosiar didirikan oleh Salim Group dan langsung menarik banyak perhatian masyarakat Indonesia saat itu. Maklum saja, Indosiar kala itu dianggap sebagai TV yang dikhususkan untuk kalangan menengah ke atas. Bahkan saya masih ingat ketika saya masih kecil, waktu itu untuk bisa menangkap siaran dan menonton Indosiar dibutuhkan sebuah parabola yang harganya tidak murah bagian sebagian masyarakat. Sedangkan RCTI dan SCTV hanya membutuhkan antena.

Pada awal kemunculannya, Indosiar banyak menayangkan acara-acara bernuansa budaya Indonesia. Salah satunya adalah pergelaran wayang yang ditayangkan setiap malam Minggu. Acara-acara Indosiar di era pertengahan 90-an lainnya juga dirasa unik dan banyak disukai. Contohnya serial drama Mandarin yang terkenal di Indosiar adalah Returns of the Condor Heroes atau dalam bahasa Indonesia disebut Pendekar Pemanah Rajawali. Serial ini begitu terkenal di masanya.

Berbagai acara menarik Indosiar lainnya juga banyak. Sebut saja anime Minggu pagi yang berisi tayangan deretan anime terkenal dari pagi sampai siang hari saat anak-anak libur sekolah. Parade kartun atau anime Minggu pagi Indosiar kala itu bersaing dengan RCTI. Bahkan persaingan itu berlangsung ketat dan selama bertahun-tahun

Jika RCTI punya Doraemon sebagai jagoannya, Indosiar punya Dragon Ball dan juga Sailor Moon di mana kedua anime tersebut sangat populer di kalangan anak-anak 90-an. Tak cuma menayangkan anime, waktu Indosiar juga memanjakan anak-anak dengan tayangan tokusatsu mulai dari Jiban, Winspector, Super Sentai, dan masih banyak lagi.

Kala itu Indosiar juga punya beberapa program unggulan yang bisa dikatakan berkualitas. Contohnya adalah Aroma, sebuah acara panduan memasak yang dibawakan oleh Sisca Soewitomo dengan musik latar belakang yang khas dan ikonik. Aroma tak hanya menjadi favorit ibu-ibu, tapi juga seluruh anggota keluarga. Kemudian jangan lupakan kuis Famili 100 yang dibawakan oleh Sonny Tulung setiap sore hari di mana kuis ini sudah banyak versinya, sudah berganti-ganti judul, dan berpindah-pindah stasiun TV.

Baca Juga:

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

4 Alasan Tokoh Utama Sinetron Azab Lebih Memilih Wirausaha daripada Jadi PNS

Masih ingat Kuis Siapa Berani? Dulu tayang di Indosiar setiap pagi hari dan dipandu oleh Helmy Yahya dan Alya Rohali. Kemudian jangan lupakan acara kontes memasak Allez Cuisine yang merupakan adaptasi dari acara Iron Chef yang sangat sukses di Jepang. Acara tersebut mempertemukan dua koki profesional yang berlomba memasak dengan bahan baku yang sudah ditentukan.

Berbicara mengenai acara pencarian bakat, sebenarnya Indosiar yang juga memeloporinya. Ya, Indosiar menggelar Akademi Fantasi Indosiar (AFI) pada 2003 dan menjadi acara pencarian bakat pertama dari Indonesia. Memang sebelumnya sudah ada Asia Bagus, tapi sebenarnya buatan Jepang. AFI yang sukses besar kemudian menginspirasi RCTI untuk membeli lisensi Idol dan menggelar Indonesian Idol untuk pertama kalinya.

Acara pencarian bakat Indosiar lainnya yang berkualitas adalah Mama Mia yang punya konsep unik yaitu pencarian bakat menyanyi bagi remaja putri dan sang mama berperan sebagai manajer. Acara tersebut juga sukses besar di tahun 2007.

Namun, itu semua kini tinggal cerita. Lain dulu, lain sekarang. Setelah ganti kepemilikan dari Salim Group ke Surya Citra Media (SCM) pada 2013, semuanya mulai berubah. Indosiar terjun bebas dalam hal kualitas. Tidak lagi menayangkan program bermutu dan hanya berorientasi pada rating.

Acara pencarian bakat yang dulu berkualitas kini berubah menjadi kontes dangdut yang tak berkesudahan. Di mana para kontestan bernyanyi lima menit dan komentar juri bisa berlangsung berjam-jam, bahkan kadang diselipkan jualan air mata. Ini kontes bakat atau sirkus kemiskinan?

Pencarian bakat yang tiada jeda ini sudah berlangsung bertahun-tahun sejak 2014 dan menariknya masyarakat kita tidak pernah bosan.

Beralih ke siang harinya. Kini Indosiar tak lagi menayangkan kartun untuk anak ataupun acara kuis. Melainkan FTV dari pagi hari sampai malam hari. Meskipun dengan judul yang berbeda tapi dengan pemain dan pola cerita yang itu-itu saja. Tema perselingkuhan, cerai, durhaka pada suami atau istri, dan sejenisnya. Ini menandakan pola pikir dan literasi masyarakat kita yang cuma sampai sana.

Namun jangan salah, sebab saya yakin para pemain dan sutradara FTV Indosiar sebenarnya adalah orang-orang pintar. Dan saya juga yakin selera tontonan mereka tinggi. Bukan tidak mungkin mereka langganan Netflix atau Disney Plus di rumah mereka serta malas menonton sinetron. Tapi, ya, karena tuntutan rating~

Ya, itulah sebuah ironi tentang Indosiar dulu dan sekarang yang bagai langit dan bumi, semenjak ia berganti kepemilikan.

BACA JUGA Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 November 2020 oleh

Tags: indosiartayangan
Hilman Azis

Hilman Azis

Seorang blogger yang menyukai segala hal tentang budaya populer termasuk film dan game.

ArtikelTerkait

Memahami #BoikotIndosiar dari Sisi Lain

Memahami #BoikotIndosiar dari Sisi Lain

20 Juni 2022
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
Mulai dari Semangka Goreng sampai Fotokopi Keliling, Sinetron Indosiar Memang Sumbernya Ide Usaha Kreatif dan Inovatif

Mulai dari Semangka Goreng sampai Fotokopi Keliling, Sinetron Indosiar Memang Sumbernya Ide Usaha Kreatif dan Inovatif

15 Juni 2023
korban bully badut terawan bismillah cinta sinetron dialog jahat mojok

Menjadi Jahat dengan Menonton ‘Bismillah Cinta’

10 Mei 2021
Kalau Pengin Lebih Laris, Nussa-Rara Harus Belajar dari Animasi Omar dan Hana Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar

Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar

26 Januari 2020
Flashback Bersama Akademi Fantasi Indosiar (AFI)

Flashback Bersama Akademi Fantasi Indosiar (AFI)

26 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.