Kalau mendengar kata “ibu kota”, pasti yang terlintas di kepala adalah gedung-gedung mewah, jalanan sibuk, suasana kota yang ramai, dan semua hal serba modern. Tapi kalau datang ke Kraksaan yang merupakan ibu kota Kabupaten Probolinggo, mungkin kamu bakal berpikir ulang soal definisi “ibu kota”.
Jujur saja, Kraksaan lebih terasa seperti kecamatan pada umumnya ketimbang sebuah ibu kota kabupaten. Bukan cuma soal infrastrukturnya, tapi vibes, atmosfer, dan mungkin mentalitas kotanya sendiri demikian. Ini bukan sekadar opini, melainkan fakta yang bisa kita bahas bersama.
Masalah identitas: kota atau kampung?
Kraksaan resmi menjadi ibu kota Kabupaten Probolinggo sejak tahun 2010, menggantikan Kota Probolinggo yang secara administratif adalah wilayah terpisah. Tapi sampai sekarang, Kraksaan belum punya vibe “ibu kota banget”. Kraksaan lebih terasa kayak kecamatan yang “kebetulan” jadi ibu kota. Jalan-jalan utama di Kraksaan memang sudah diperbaiki, dan ada beberapa bangunan modern kayak mall kecil atau rumah sakit. Akan tetapi itu belum cukup untuk memberi kesan kota yang berkembang pesat.
Bandingkan saja dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur yang juga berstatus ibu kota kabupaten seperti Sidoarjo atau Jember. Mereka punya infrastruktur yang lebih rapi, pusat perbelanjaan yang hidup, dan tempat-tempat nongkrong yang bikin betah. Sementara di Kraksaan? Tempat nongkrong di sini masih didominasi warung kopi tradisional. Bahkan beberapa orang mungkin nggak sadar kalau mereka sedang berada di ibu kota Kabupaten Probolinggo. Bukan berarti itu buruk, tapi jelas nggak sesuai ekspektasi buat sebuah ibu kota kabupaten.
Baca halaman selanjutnya: Infrastruktur Kraksaan Probolinggo masih minim…