Nostalgia dengan lingkungan kos-kosan di Kota Malang
Mumpung masih di Malang, saya mampir ke tempat ngekos dulu. Sebenarnya bukan sebuah kos, namun sebuah kamar yang berada di lantai 2 masjid di daerah Merjosari.Â
Dulu, saya dan teman-teman kos merupakan marbot masjid. Kegiatan rutin kami ialah adzan dan bersih-bersih masjid jika sedang tidak kuliah. Yang begitu membuat kangen dari tempat ini adalah masyarakatnya yang hangat.
Setiap malam Senin, warga mengundang kami untuk rutinan istighosah. Sebagaimana umumnya anak kos, kami sangat menanti acara makan-makan.Â
Makanan yang tersaji di rutinan menurut saya unik. Saya tidak menemukannya di Kediri, rumah saya. Salah satu makanan yang sering disajikan ialah mendol. Mendol merupakan makanan khas Malang. Ia terbuat dari tempe yang dikukus lalu digoreng.
Karena di area masjid, kami yang tinggal di sini sejumlah 4 orang sering mengalami surplus makanan. Selalu ada makanan dan jajanan sisa dalam jumlah banyak. Nah, sisaan itu biasanya diberikan kepada marbot. Memang, lingkungan masjid tersebut merupakan memiliki kultur NU yang kuat sehingga apa saja acaranya, makan-makan kegiatan intinya.
Nostalgia di Jalan Ijen Kota Malang
Hari semakin sore, saya memutuskan untuk pulang ke Kediri. sebelum pulang, saya berkeliling Kota Malang dengan Supra kebanggaan. Saya melintasi jalan paling ikonik di kota ini yakni Jalan Ijen.Â
Terkenang suasana CFD di jalan ini setiap hari Minggu. Niat kami CFD memang bukan untuk jogging biar sehat. Kami hanya sekadar kulineran, jalan-jalan, dan menikmati suasana.
Udara sejuk, jalan yang lebar dengan deretan pohon palem, serta lampu bergaya klasik di kedua sisi. Ada taman yang indah di sepanjang bagian tengah sebagai pembatas jalur. Masih ada rumah-rumah bergaya kolonial di kedua sisi jalan menjadikan tempat ini terlalu indah.
Masih teringat, dulu saya pernah membeli cerutu seharga Rp10 ribu saat CFD. saya membelinya dari seorang kakek yang memang berjualan di situ tiap hari Minggu. Kakek itu menjual rokok, korek, pipa rokok, dan cerutu. Unik ya, jualan produk tembakau di tengah kegiatan orang-orang jogging.
Setelah meninggalkan kota tersebut, ada impian untuk menjadikan Malang sebagai tempat tinggal. Kehangatan dan kesejukan Malang memang bisa bertemu menjadi satu.
Penulis: Nurhadi Mubarok
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Jangan Harap Bisa Slow Living di Malang kalau 4 Hal Ini Belum Diperbaiki
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















