Kota Lama Gresik membuat saya tak lagi menghakimi kota ini dengan sebegitu lantangnya
Dunia memang selalu berubah dengan kecepatan di luar logika. Dulu wisata selalu identik dengan wahana. Kemudian muncul istilah hidden gems. Wisata mbrasak-mbrasak ke gang. Menemui tempat yang mungil, lucu, dan jarang terlihat. Sialnya, wisata seperti ini tampaknya mulai digemari. Khususnya bagi anak-anak muda.
Sedikit cerita, minggu lalu saya mengikuti kegiatan City Walking Tour yang diadakan oleh @Kammari. Sebuah kegiatan menjelajahi gang-gang dan bangunan tua yang ada di Kota Lama Gresik. Serta tentu saja, menemui cerita di balik bangunan tua yang lucu-lucu itu.
Iya, kawasan kota lama ternyata nggak cuma ada di Jakarta, Surabaya, atau Semarang. Gresik pun juga punya kawasan dengan bangunan tua yang terpelihara lho.
Wajah lain Gresik yang tak saya tahu
Sejujurnya, jauh dari lubuk hati terdalam, saya sering menganggap kalau Gresik itu isinya cuma pabrik, wisatanya cuma ziarah wali, dan kalau perjalanan ke sana, yang didapat cuma sumpeknya saja. Begitu kira-kira pandangan saya terhadap tetangga Kabupaten Lamongan ini.
Bahkan, saya selalu mesoh-mesoh ketika melewati beberapan jalur “neraka” di Gresik. Yakni sepanjang Jl. Raya Golokan, Jl Raya Bungah, Jl arah ke alun-alun Sidayu, dan Jl. Raya Manyar.
Iya, tiga jalan tersebut sangat menyebalkan. Selain kondisi jalan yang bergelombang, jalan tersebut adalah “sirkuit” truk-truk besar melaju. Dan tentu saja, panasnya nggak karuwan. Jika kalian lewat sana pasti akan setuju dengan slogan, Gresik Sumpek. Cobain aja~
Namun, dari sekian hal-hal menyebalkan tersebut, seakan semuanya termaafkan saat saya tahu Kota Lama Gresik. Sebuah kawasan cagar budaya yang merupakan wujud kolaborasi antara Kementerian PUPR dan Pemda. Ada beberapa titik di kawasan tersebut. Salah satunya adalah kampung Kemasan.
Cerita tentang Kampung Kemasan
Fyi, Kampung kemasan berasal dari kata emas. Sebab, dulu, sekitar abad ke 18, di sana tinggal keturunan China yang bernama Bak Liong yang merupakan pengrajin emas terkemuka pada zamannya.
Kampung tersebut berisi bangunan tua bergaya kolonial, yang sekilas mirip dengan rumahnya Nyai Ontosoroh di film Bumi Manusia. Beberapa bangunan lain memiliki ornamen China yang khas.
Sungguh, saya benar-benar kagum. Bayangkan saja kalian berjalan menyusuri gang-gang yang di samping kanan-kiri berjejer rumah zaman dulu yang otentik. Bahkan beberapa rumah masih ada penghuningnya. Suasana semakin paripurna dengan nuansa gang kecil yang hidup. Iya, di sana masih banyak anak kecil bermain, serta warga yang duduk di pinggir jalan. Benar-benar autentik.
Baca halaman selanjutnya
Rumah Gajah Mungkur, ikon Kota Lama