Kalau saya diberikan privilese untuk memberikan julukan pada Kota Depok, julukan yang paling tepat adalah Kota Avatar, bukan Kota Petir. Terutama saat musim hujan. Sebelum menulis artikel ini, saya sedikit riset mengenai kota yang ada di Avatar The Legend of Aang. Dengan bertanya ke beberapa teman dan menonton secara langsung, saya mulai memahami Ba Sing Se, Omashu, Roku Island, Kiyoshi Island, dan lainnya.
Berbeda dengan kota-kota yang disebutkan sebelumnya, Depok–bukan yang di Sleman–dikenal dengan julukan Kota Belimbing. Kota ini dapat berubah menjadi Kota Petir ketika musim penghujan “menyerang”.
Hanya Azula, si pengendali petir, yang bisa menaklukkannya. Untuk Anda yang tidak mengerti, Azula adalah seorang putri, anak dari Raja Api Ozai, adik perempuan Zuko, salah satu tokoh antagonis di Avatar The Legend of Aang.
Kalau kita bisa ngendaliin petir sih enak ya, tapi kan nyatanya nggak. Jadi, Anda harus hati-hati kalau ingin main ke Depok saat musim hujan.
Sebab, Kota Depok yang indah dan sarat dengan filosofi ala Jason Ranti, serta cantiknya mahasiswi UI (baca: Dian Sastrowardoyo) sontak berubah menjadi Kota Petir di musim penghujan. Hal ini harus Anda antisipasijika ingin pergi ke Depok waktu musim hujan.
Bahkan sebagai warga Depok saya yakin, setidaknya dengan dijuluki sebagai Kota Avatar, Depok akan menjadi lebih berwarna dan nggak terlalu nakutin, ketimbang dijuluki Kota Petir.
Bagaimana? Usulan penyebutan Kota Avatar layak dipertimbangkan ya buat Pemkot Depok? Sebab saya memiliki beberapa alasan mengapa Kota Depok lebih layak disebut Kota Avatar.
#1 Petir yang tak berkesudahan, melambangkan Negara Bumi sebagai negeri jajahan Azula
Ketika OM PMR terkenal dengan parodi lagu Ratih Purwasih berjudul “Yang Hujan Turun Lagi”, Depok terkenal dengan orkestra petir yang tampil tiap kali hujan.
Rasanya seperti Anda menjadi saudara kandung Azula, alias anjiiim banget! Di sini, petir yang gerudukan berkali-kali persis kayak Azula yang entah lagi ngeributin apa di Negara Bumi bareng dua teman ceweknya. Azula sebagai putri negara api memang diceritakan getol banget menjajah Ba Sing Se dan kawasan Bumi. Nggak heran jika Azula dan kroni-kroninya terlihat suka berkeliaran dan memunculkan petir, mungkin lagi latihan pengendalian.
Sebenarnya, sudah ada penelitian pada tahun 2002 oleh Prof. Reynaldo Zoro dari ITB mengenai asbabun nuzul kemunculan petir di Kota Depok. Hasilnya, sebanyak 379,2 kiloampere arus petir negatif dan 441,1 kiloampere arus petir positif.
Hal ini juga dipercaya lantaran lapisan tanah di Depok memiliki kandungan besi yang cukup tinggi. Saking dahsyatnya, petir ini dipercaya dapat membuat gedung yang dibangun dari beton pun awur-awuran. Medeni tenan ndes….
Oleh sebab itu, Anda perlu waspada ketika sedang bertamasya ke Kota Depok ketika musim penghujan. Soalnya, sudah banyak orang yang terkena sambaran petir waktu lagi ngecharge hp, laptop, dan sebagainya.
Kalau lagi hujan, sangat disarankan untuk mematikan sinyal GPS, atau mobile data. Percaya nggak percaya, hal itu lumayan membuat tenang hati meski ada gemuruh petir di luar.
#2 Genangan air yang mirip banjir, melambangkan Negara Air
Mengapa saya hanya bilang mirip? Sebab naik dan surutnya debit air berlangsung cepat. Tidak fair rasanya ketika hal ini dikatakan “banjir”, padahal Pemkot Depok sudah bekerja dengan baik. Hehehe….
Ketika Anda hendak menyusuri Kota Depok di musim hujan, sebaiknya pikirkan secara matang. Anda juga perlu mengenal secara spesifik daerah mana saja yang kalau hujan, tiba-tiba banjir. Kecuali jika Anda memang dilahirkan seperti Katara yang bisa mengendalikan air. Banjir malah gembira, banyak amunisi buat latihan pengendalian.
Genangan ini tidak dapat diprediksi. Saya sebagai masyarakat Depok bahkan nggak bisa menjamin keamanan celana, sepatu, tas, gadget, dan perhiasan mevvah Anda ketika berlayar ke Depok saat musim hujan. Terutama jika Anda mengetahui betapa “sopannya” pengendara bermotor di Depok.
Ada baiknya membawa plastik gula, kresek, atau apapun yang waterproof untuk digunakan sebagai “alat pelindung diri” dari hujan. Tapi, kalau Anda punya concern terhadap isu lingkungan, Anda bisa mengoleskan lilin untuk melindungi sepatu Anda dari kelepekan duniawi.
#3 Pemadaman listrik dan kebakaran oleh petir, melambangkan Negara Api
Pemadaman listrik adalah hal yang wajar, jika situasinya juga wajar. Kadang kala, di saat nggak ada angin nggak ada hujan, listrik tiba-tiba mati. Keadaan ini dikenal dengan nama pemadaman bergilir.
Hal itu nggak akan terjadi di Depok, terutama pada musim hujan. Saya ulangi, nggak akan terjadi, sebab Pemkot Depok sepertinya telah mengkalkulasi sedemikian rupa supaya nggak terlalu sering diadakan pemadaman bergilir.
Nah, ketika semua sudah beres diurusin sama Pemkot, muncul masalah lain yang paling menyebalkan, yaitu mati lampu karena sambaran petir. Kejadian itu berulang, bahkan mungkin bisa menyebabkan PTSD bagi warga kompleks Anda yang terdampak.
Bahkan terkadang, sambaran petir itu menyebabkan kebakaran. Kali ini, api yang dikeluarkan bukan yang Azula punya, tetapi api liar kayak emosinya Pangeran Zuko.
Mati lampu adalah sebuah keniscayaan bagi masyarakat Depok. Akan tetapi, itu bukan alasan untuk tidak berjuang. Terutama Anda yang sedang menjalani ujian akhir, skripsi, dan kelas online, saya ikut prihatin.
Bagi para kerabat, guru, dosen, yang memiliki peserta didik dan tinggal di Kota Depok, tolong pengertiannya ya Pak dan Bu….
#4 Angin yang nggak sopan, melambangkan Kuil Udara
Kali ini, masalahnya benar-benar nggak tahu adat. Ketika Anda mau membangun rumah di Kota Depok, sebaiknya Anda konsultasi tidak hanya dengan lulusan interior design, tapi juga konsultasi ke ahli cuaca.
Masalahnya, hujan angin di Depok sama sekali nggak punya attitude. Bayangin, rumah yang sudah dibangun susah-susah, bisa tiba-tiba kecipratan air hujan yang arah airnya saling berhadapan dengan sisi pintu rumah.
Ini lebih menjengkelkan dibandingkan yang lainnya. Saat kita udah pilih lokasi rumah yang jauh dari tempat banjir, strategis, nggak ada sambaran petir, masih aja dipertemukan sama masalah.
Harusnya ini semua jadi tanggung jawab Aang si Avatar. Tinggal di Kota Depok mirip tinggal di Kuil Udara yang anginnya nggak karuan itu. Saking seringnya jadi tongkrongan bison terbang dan biksu-biksu yang beterbangan di udara. Akan tetapi, meskipun sosok Avatar dimanifestasikan ke dunia nyata dan beneran muncul di Depok, hasilnya akan sama seperti politisi kita sekarang ini: saat dunia membutuhkannya, dia menghilang.
BACA JUGA Arti Hormat Tiga Jari oleh Demonstran di Thailand ala ‘The Hunger Games: Mockingjay Part I’ dan artikel Marshel Leonard Nanlohy lainnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.