Kalau pernah datang dan berkeliling ke Kota Batu, kalian pasti akan menyadari satu hal. Satu pemandangan yang seharusnya bisa indah, tapi ternyata malah sebaliknya: menyedihkan. Pemandangan itu adalah halte buah dan sayur yang tersebar sepanjang jalan utama di Kota Batu yakni mulai dari Jalan Ir. Soekarno di Beji, Jalan Agus Salim di Sisir, Jalan Brantas, hingga di Jalan Raya Junggo di Tulungrejo.
Seperti namanya, halte buah dan sayur ini adalah perhentian angkutan umum yang berbentuk buah-buahan dan sayur-sayuran. Keberadaan halte ini berada di tempat-tempat yang strategis. Selain berada di jalur yang dilewati oleh angkutan umum, halte buah dan sayur ini berada di dekat sekolah dan di tempat-tempat angkutan umum biasanya ngetem.
Mari tarik mundur sekitar sepuluh tahun yang lalu ketika halte buah dan sayur ini pertama dibangun. Pembangunan halte ini adalah salah satu program rebranding Kota Batu dari sekadar kota agropolitan menjadi kota agrowisata dengan slogan “Shining Batu”. Pemerintah Kota Batu saat itu ingin hasil pertanian dan perkebunan tidak sekadar menjadi barang komoditi saja, tetapi jadi salah satu daya tarik wisata. Itu mengapa halte buah dan sayur dibangun sebagai identitas visual sebagai Kota Agrowisata.
Anggaran pembangunan halte-halte tidak sedikit. Untuk membangun sekitar 10 halte dengan bentuk buah dan sayur yang berbeda—mulai dari apel, stroberi, wortel, melon, hingga semangka—pemerintah menyediakan setidaknya Rp950 juta. Itu berarti setiap halte, anggaran pembangunannya adalah Rp95 juta. Jelas bukan angka yang sedikit untuk halte yang paling hanya muat berisi 10-13 orang saja.
Daftar Isi
Halte buah dan sayur mempercantik Kota Batu dan terlihat menjanjikan, tapi hanya di awal saja
Ketika pertama kali halte buah dan sayur ini jadi, harus diakui jalanan di Kota Batu jadi terkesan lebih cantik. Bayangkan saja, ketika kita menyusuri jalanan Kota Batu, kita akan melihat bangunan halte unik dan warna-warni ini. Mata rasanya tidak bosan untuk melihat sekeliling jalanan Kota Batu dengan adanya halte ini. Sebagai sebuah identitas visual, halte buah dan sayur ini rasanya sudah berhasil.
Tidak hanya itu. keberadaan halte buah dan sayur ini mendapat banyak pujian dari berbagai pihak. Adanya halte buah dan sayur ini seakan jadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh Kota Batu. Tidak heran jika di tahun-tahun awal adanya halte ini, banyak yang menjadikan halte ini sebagai spot foto, baik warga lokal maupun para wisatawan. Di tahun-tahun awal—sekitar 2014—rasanya halte buah dan sayur ini adalah sebuah program yang jenius. Tak heran jika pemerintah saat itu cukup menggembar-gemborkan halte ini.
Perlahan terbengkalai dan jadi sarang sampah yang kumuh
Sayangnya, kejayaan halte buah dan sayur ini tidak bertahan lama. Tidak sampai 3 tahun sejak pertama kali dibangun, halte buah dan sayur di Kota Batu ini sudah mulai terbengkalai. Situasi ini diperparah dengan turunnya animo masyarakat akan angkutan umum. Masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi atau ojek online daripada angkutan umum.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, halte buah dan sayur ini semakin sepi. Halte buah dan sayur perlahan berganti fungsi. Tempat yang tadinya berfungsi tempat menunggu angkutan umum dan sebagai identitas visual Kota Batu, kini beralih fungsi menjadi sasaran vandalisme, tempat buang sampah, dan tempat tidur tunawisma. Halte buah dan sayur Kota Batu jadi makin kumuh.
Semua halte buah dan sayur di Kota Batu benar-benar suram. Ironisnya lagi, pemerintah Kota Batu seperti tidak punya kemauan untuk memperbaiki situasi ini—bahkan sekadar melakukan peremajaan, pengecatan ulang, mereka seakan enggan. Lha wong dibersihkan saja jarang, kok.
Nasib halte buah dan sayur saat ini
Nasib halte buah dan sayur Kota Batu kini nggak jelas, sangat jarang penumpang naik atau turun transportasi umum. Halte-halte itu juga tidak jadi simbol identitas visual sebagai kota agrowisata, terlalu jelek bentuknya. Jadi hiasan jalan yang bisa dipakai foto-foto juga nggak pantas.
Saat ini halte buah dan sayur ini cuma jadi sampah visual saja di jalanan Kota Batu. Warnanya pudar, kondisinya kotor, banyak coretan nggak jelas, baunya kadang pesing, banyak sampah pula. Udah gitu beberapa di antaranya terletak di tengah-tengah trotoar jalan pula. Ganggu orang jalan kaki.
Bangunan halte buah dan sayur di Kota Batu ini udah jelas mangkrak dan sudah hilang fungsi. Saran saya, buat pemkot setempat, kalau tidak punya keinginan atau kemauan untuk memperbaiki kondisi ini, mending dihancurkan saja. Ganti dengan yang lain, atau biarkan tidak ada saja. Toh yang ada sekarang juga nggak guna, kan?
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 6 Jalan Bedebah di Malang yang Sebaiknya Dihindari Pengendara Pemula
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.