Mencari kos pria sebenarnya mudah. Tapi, kalau yang dicari kosan layak huni seperti kos perempuan, perlu waktu, energi, dan dana lebih.
Kebiasaan nomaden akibat urusan pekerjaan membuat saya berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Saya pun semakin terbiasa mencari tempat tinggal berupa kos untuk bertahan hidup di tempat baru. Seperti kebanyakan orang, saya mencari kos dengan kondisi nyaman dan apik dengan harga bersaing. Jujur, saya tipe orang yang lebih memilih kos nyaman dengan harga yang sedikit mahal dibandingkan kos murah dengan kualitas seadanya.
Entah mengapa, berdasarkan beberapa pengalaman singgah di banyak kota mulai dari daerah Jawa Timur sampai Jakarta, saya cenderung sulit menemukan kos khusus pria dengan kualitas yang memadai. Saya yakin betul bahwa budget yang saya siapkan nggak kemurahan, kok, untuk bisa mendapatkan kos dengan kualitas baik. Terlebih saya pasti juga mempertimbangkan bahwa setiap daerah punya pasaran harga kos yang berbeda.
Berdasarkan pencarian yang saya temukan, saya lebih mudah menemukan kos khusus perempuan dengan kualitas yang lebih baik. Dengan harga yang mirip-mirip, saya bisa mendapatkan lebih dari dua opsi kos perempuan yang lebih memadai dibandingkan dengan kos pria. Saya merasa perlu effort lebih untuk mencari kos pria entah secara online maupun offline.
Pria terlalu barbar
Pergolakan mencari kos-kosan membuat saya sadar. Selama kuliah dahulu, kos teman-teman pria saya nggak ada yang berkualitas. Selain faktor ekonomi, saya melihat teman-teman saya lebih bodo amat terkait urusan tempat tinggal. “Ngapain kos bagus-bagus, toh cuma buat numpang tidur tok,” begitu katanya. Teman-teman saya memang jarang menetap di kos karena lebih banyak menghabiskan waktu di kampus atau nongkrong.
Kos teman-teman saya ini biasanya bangunan lama dan nggak punya desain menarik, alias alakadarnya. Sekalipun ruangannya menggunakan AC dan kamar mandi dalam, ruangan kosnya agak remang-remang atau cat temboknya terkelupas. Belum lagi, kondisi barang-barang yang berserakan membuat kondisi kamar menjadi terkesan kurang lega.
Kondisi tersebut berbeda jauh dengan kos perempuan. Kebetulan saya dulu pernah punya usaha pindahan kos, sehingga punya banyak bayangan kondisi kos perempuan. Nah, kondisi kos perempuan yang saya datangi pasti punya interior yang lebih modern, ruangan terang, sampai kondisi kos yang bersih kinclong. Setelah saya cari tahu harganya, perbandingan harga antar kos pria alakadarnya dan kos perempuan ternyata nggak beda begitu jauh kok. Kondisi dalam ruangan pun lebih rapi dan tertata, berbeda dengan kos teman-teman laki-laki saya sekadar masih bisa dipakai tidur.
Mungkin hal tersebut juga yang mendasari para pemilik kos lebih senang menyewakan kos untuk perempuan karena cenderung lebih bersih dan rapi. Ngapain memilih membuat kos pria dengan risiko kondisi kamar cepat rusak dan lebih sering nombok.
Mencari kos pria yang berkualitas perlu energi lebih
Kesulitan utama mencari kos pria adalah menemukan kos dengan harga tengah-tengah, tapi kualitasnya masih oke. Kebanyakan kos dengan harga menengah kualitasnya nggak jauh beda dengan kos harga murah. Jadi, saya harus lebih effort tanya sana-sini dan survei ke beberapa lokasi sampai mendapatkan fasilitas yang menurut saya benar-benar sebanding dengan harga.
Kondisinya sangat berbeda ketika saya coba mencari perbandingan kos perempuan. Ada banyak sekali pilihan kamar dengan range serupa. Semua itu terpampang jelas melalui foto dan deskripsi penjelasan dari pemilik kos.
Berkali-kali mengalami hal serupa, saya yakin terdapat missing link pada kos pria. Kalau ada kos yang murah ya murah banget dengan kualitas seadanya, tapi kalau ada yang harganya mahal ya mahal banget. Sepertinya kos menengah dengan fasilitas yang bisa dikompromikan masih menjadi hidden gem.
Sekarang, saya baru merasakan bagaimana effort-nya menemukan kos yang sesuai dengan keinginan. Ada kemungkinan juga saya masih belum mahir mencari kos hidden gem, tapi kalau bisa nggak usah hidden segala, lah. Ayo para pemilik kos pria jangan malu-malu mempromosikan usaha kalian melalui media sosial atau platform informasi kos. Apalagi kos kalian harganya ramah di kantong dan fasilitas lengkap, hehehe.
Penulis: Muhammad Iqbal Habiburrohim
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.