Pengalaman Mencoba Kopi Circle K: Awalnya Meremehkan karena Kopi Minimarket, Malah Terkesan karena Rasanya Enak

Pengalaman Mencoba Kopi Circle K: Awalnya Meremehkan karena Kopi Minimarket, Malah Terkesan karena Rasanya Enak

Pengalaman Mencoba Kopi Circle K: Awalnya Meremehkan karena Kopi Minimarket, Malah Terkesan karena Rasanya Enak (unsplash.com)

Kopi Circle K mengubah pandangan saya soal kopi minimarket yang ala kadarnya~

Biasanya kalau ngomongin kopi minimarket, ekspektasi saya itu ya standar saja: kopi ala kadarnya, sekadar ada, yang penting bisa bikin melek. Namanya juga kopi di minimarket, apa sih yang bisa diharapkan? Kalau mau yang fancy, tinggal ke kedai kopi kekinian dengan barista penuh tato dan apron kulit. Kalau mau yang aman, ya seduh kopi sachet di rumah.

Kopi minimarket itu posisinya ada di tengah: tidak fancy, tapi juga tidak sereceh sachetan. Tapi jujur, ekspektasi saya ke kopi minimarket memang rendah sekali.

Sampai suatu hari, saya akhirnya mampir ke Circle K. Dengan kepala penuh prasangka, saya pesan es kopi susu. Dalam hati, saya sudah siap-siap menerima rasa kopi yang “ah yaudahlah” sekadar cairan kental manis dengan tambahan aroma kopi. Eh, ternyata saya salah besar.

Less sugar sesuai selera

Es kopi susu Circle K ini masuk selera lidah saya. Serius. Rasa kopinya rich, legit, dan manisnya pas, tidak keterlaluan. Saya ini tipe orang yang hampir selalu pesan kopi dengan catatan “less sugar”. Soalnya saya takut kemanisan. Tapi di Circle K saya tidak perlu kasih notes macam-macam. Tanpa harus repot mengurangi takaran gula, racikan mereka sudah lebih kalem dan ramah buat lidah saya yang sekarang makin alergi sama rasa manis.

Singkat kata, saya merasa menemukan hidden gem di antara rak minuman dingin dan roti sobek. Kopi Circle K ini underrated banget.

Karena pengalaman pertama sukses, saya penasaran mencoba varian lain. Pilihan jatuh pada Sea Salt Caramel. Jujur, waktu pesan, saya agak takut. Biasanya menu-menu caramel begini gampang bikin enek, soalnya rata-rata racikannya “gula dengan tambahan gula” lalu diberi label caramel. Tapi ternyata, Circle K kembali berhasil bikin saya melongo.

Sea Salt Caramel-nya terasa manis, tapi tidak berlebihan. Lebih penting lagi, si asin dari sea salt-nya tidak muncul sebagai gimik semata. Ia menyatu dengan si manis caramel, membentuk harmoni rasa yang bikin saya mikir: ini beneran kopi minimarket, atau diam-diam mereka nyulik barista dari kafe ternama?

Kalau diibaratkan hubungan, kopi ini kayak pasangan yang tidak terlalu banyak gaya di media sosial, tapi aslinya kalau sudah kenal dekat, bikin betah.

Seandainya Circle K lebih variatif soal menu es kopi

Saya jadi kepikiran, kenapa Circle K tidak lebih sering promosi soal kopi mereka? Padahal kopi Circle K ini layak dapat spotlight lebih. Ya, saya tahu branding mereka bukan kedai kopi, tapi minimarket 24 jam. Tapi justru itu poin plusnya. Bayangkan: nongkrong di Circle K, bisa beli kopi enak, sekalian jajan Pop Mie, sambil dapat AC gratis. Sebuah paket kombo yang sulit ditolak.

Sayangnya, pilihan menu mereka masih terbatas. Saya kepingin mereka lebih berani eksplor. Kalau es kopi susu dan sea salt caramel saja sudah bisa bikin saya kagum, saya penasaran bagaimana kalau mereka bikin varian mocha, hazelnut latte, atau bahkan matcha espresso fusion ala kedai fancy itu. Bisa jadi Circle K malah naik kelas tanpa mereka sadari.

Apalagi buat orang-orang yang males ribet, yang ngopi bukan demi pamer cup Instagrammable, tapi murni cari rasa enak, kopi Circle K ini bisa jadi solusi murah meriah. Tidak perlu antre panjang. Tidak perlu khawatir saldo e-wallet habis karena bayar kopi 40 ribu. Dan tidak perlu dengerin musik indie sendu yang diputar keras-keras oleh barista kafe. Tinggal gesek, pesan, dan nikmati.

Kopi minimarket bisa kasih kejutan

Saya akhirnya sadar, selama ini mungkin saya terlalu meremehkan kopi minimarket. Saya kira mereka sekadar pelengkap dagangan. Padahal ternyata mereka bisa kasih kejutan. Circle K, khususnya, berhasil bikin saya berpikir ulang soal standar “kopi enak”.

Jadi kalau lain kali ada yang nanya, “Ngopi di mana yang enak tapi nggak mahal?” saya mungkin akan jawab dengan kalimat yang bikin orang kaget, “Coba ke Circle K.” Biar mereka rasakan sendiri pengalaman ketemu hidden gem yang selama ini tersembunyi di balik logo merah putih oranye itu.

Kalau saja Circle K berani nambah menu dan sedikit gencar promosi, saya yakin mereka bisa jadi jagoan baru di dunia kopi cepat saji. Sampai hari itu tiba, biar saya simpan dulu rahasia kecil ini: Circle K, tempat di mana kopi minimarket bisa bikin lidah bahagia.

Penulis: Wahyu Tri Utami
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Circle K Terlalu Eksklusif makanya Ketinggalan Jauh sama Indomaret

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version