Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

Joko Yuliyanto oleh Joko Yuliyanto
17 Juni 2023
A A
Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban

Komedi Norak di Tongkrongan yang Seharusnya Musnah dari Peradaban (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya selalu salut dan kagum terhadap pesona stand up comedy. Saya pun salah satu yang setuju kalau teknik komedi tersebut dikategorikan sebagai komedi cerdas. Cerdas dalam pemahaman saya adalah tidak berkomedi dengan cara membodohi penonton seperti slapstick comedy, gombalan maksa, dan membanci. Sementara komika (sebutan pelaku stand up comedy) menawarkan komedi yang kadang mengajak penonton berpikir, merenungi, dan mendapat hidayah.

Banyak isu yang diangkat komika, mulai dari politik, sosial, lingkungan, hingga agama. Isu yang sering tenggelam dengan dominasi kapitalisme media mengangkat narasi yang berpotensi viral. Banyak komika yang lantang menyuarakan suara minoritas dengan perspektif yang kadang tidak terpikirkan oleh masyarakat umum.

Dari banyak vlog para komika yang saya ikuti, ada hal yang menarik mengenai respons terhadap komedi norak yang mesti dimusnahkan dari peradaban. Tanda rendahnya kreaktivitas berkomedi namun caper ingin diapresiasi tawa oleh teman di sekelilingnya.

Berkomedi dengan plesetan

Teknik komedi ini mungkin masih relevan di komunitas receh yang apa pun kelucuannya dibuat tertawa. Plesetan ini cukup familier dibawakan oleh Komeng, Cak Lontong, hingga Cing Abdel. Namun perbedaan kualitas plesetan yang ditawarkan komedian berpengalaman dengan tiru-tiruan membuat jenis komedi ini terasa garing.

Komedi ini cukup mudah dibawakan, namun jika setiap kata diplesetkan dengan motif ingin ditertawakan akan menjadi wagu dan njelehi. Apalagi kalau kehabisan bahan dan memaksakan memlesetkan kata. Duh, lebih baik menghindari manusia-manusia macam ini. Isinya hanya tertawa tipis-tipis rispek.

Mungkin perlu belajar plesetan dari band legendaris Teamlo asal Solo. Sehingga tidak asal memelesetkan kata tanpa konsep komedi yang jelas dan kontekstual.

Berkomedi dengan bahasan tabu

Tabu di sini bisa berkaitan dengan nyeplos candaan alat kelamin. Seolah dengan mengucap kata dari bagian alat kelamin otomatis menimbulkan tawa, padahal norak! Selain tidak sesuai etika kebudayaan, candaan alat kelamin juga sulit direspons jika dalam sebuah perkumpulan terdapat wanita, orang tua, dan pria saleh secara spiritual dan sosial.

Lagian apa sih lucunya menyebut kata seperti k*ntol, t*mpik, it*l, hingga j*mbut? Mbok di-upgrade materi komedinya, biar tidak malu-maluin di tongkrongan. Seolah membenturkan hal tabu dengan budaya langsung dicap pelawak, penghibur, dan asik di tongkrongan.

Baca Juga:

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Komedi Bukan Alasan Kalian Bisa Beropini Goblok dan Kebal dari Konsekuensi

Dalam literatur komedi, melemparkan candaan dengan alat kelamin dikategorikan sebagai “komedi biru”. Mindset di kepalanya cuma ada ng*ntod, ng*we, dan segala perbokepannya. Tidak sempat berpikir jenis komedi satire, apalagi mind-blowing.

Berkomedi dengan nama bapak

Kalau lelucon ini sudah sangat jadul dan harus segera dimusnahkan oleh pemerintah. Dahulu kala, dengan memanggil nama teman dengan menggunakan nama bapaknya merupakan jenis komedi bagi pelaku dan teman sekitarnya, namun menjadi tragedi bagi korban (yang dipanggil).

Menariknya, sampai saat ini, komedi ini masih dipakai anak-anak sekolah tetangga saya. Padahal kalau dipikir secara logis, apa malunya dipanggil dengan nama bapaknya? Apakah nama bapaknya sehina penamaan alat kelamin? Kuno? Atau membawa tulah? Sebagus apa sih namamu sampai malu diganti nama bapakmu? Lagi pula, namamu juga diberikan oleh bapakmu.

Sementara bagi pelaku yang masih suka memanggil nama teman dengan nama bapaknya, saran saya perbanyak nonton komedi entah film atau acara YouTube. Bergaul dengan orang-orang asyik yang selalu update agar jenis komedinya relevan dengan perkembangan zaman.

Berkomedi dengan me-medok-an diri

Entah kenapa, logat Jawa begitu hina di mata beberapa orang. Selain identik dengan pembantu di acara-acara televisi, Jawa juga biasa dijadikan bahan lawakan dengan teknik me-medok-an diri. Medok berarti menirukan logat Jawa menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam sebuah tongkrongan, kadang referensi lelucon memedokan diri dipakai untuk bahan komedi. Padahal sudah sama sekali tidak lucu dan terkesan menjijikan. Bagi mereka yang berada di lingkungan tongkrongan Jawa, tanpa me-medok-an diri pun sudah medok. Menghiperbolakan logat agar dianggap lucu sungguh norak dan pantas dimusnahkan dari konsep komedi tongkrongan.

Penulis: Joko Yuliyanto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Komedi Bukan Alasan Kalian Bisa Beropini Goblok dan Kebal dari Konsekuensi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Juni 2023 oleh

Tags: acara komedikomedistand up comedy
Joko Yuliyanto

Joko Yuliyanto

Penggagas komunitas Seniman NU.

ArtikelTerkait

jicomfest

Menikmati Jicomfest: Merasakan Selera Humor Orang-Orang Berduit

5 Agustus 2019
Komedi Bukan Alasan Kalian Bisa Beropini Goblok dan Kebal dari Konsekuensi popon

Komedi Bukan Alasan Kalian Bisa Beropini Goblok dan Kebal dari Konsekuensi

30 Agustus 2022
10 Drama Korea untuk Cowok yang Akan Terjun ke Dunia Perdrakoran Terminal Mojok.co

10 Drama Korea untuk Cowok yang Akan Terjun ke Dunia Perdrakoran

12 Mei 2022
Mengulik Sosok Robert Davis Chaniago, Chef Misterius di Film Warkop DKI terminal mojok.co

Selain Saya, Siapa Lagi yang Menyebut Film Warkop DKI dengan Sebutan “Film Dono”?

31 Juli 2019
Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja (Bagian 2)

1 Februari 2020
Tuhan Menciptakan Tanah Betawi dari Gelak Tawa terminal mojok

Ketika Tuhan Menciptakan Tanah Betawi dari Gelak Tawa

9 Agustus 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.