Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Kita Disuruh Melestarikan Gamelan, tapi Aksesnya Sulit Dijangkau

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
27 Maret 2021
A A
melestarikan gamelan akses gamelan mojok

melestarikan gamelan akses gamelan mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saat saya SD, tiap kali ada Porseni tingkat kecamatan, cabang karawitan selalu dimenangkan oleh satu sekolah yang sama. Bahkan, bisa dibilang tanpa harus ikut lomba, mereka tetap akan menang. Alasan utamanya bukan karena paling jos, tapi memang satu-satunya sekolah yang punya gamelan di kecamatan saya. Tiap tahun, sekolah ini yang selalu mewakili kecamatan ke tingkat kabupaten. Saya dan banyak anak yang lain, belum pernah sekalipun memegang gamelan, hanya sebatas melihat di buku LKS atau KBJ (Kawruh Basa Jawa).

Alat musik yang paling mudah saya dapatkan aksesnya adalah gitar, yaarena gitar memang ada di mana-mana. Di pos ronda, di angkringan, rumah teman, tetangga, di mana pun kira-kira Anda bisa menemukan gitar, kalau kamar mandi kan nggak mungkin. Tiap kali main gitar sampai pada akhirnya tambah serius main gitar, selalu ada saudara dan para tetua yang menyuruh saya untuk belajar gamelan, biar nggak lupa dengan peninggalan nenek moyang, pinuk omonge.

Saya sih mau-mau saja, tapi nyari gamelan itu yang susah. Mungkin tak hanya saya, Anda sekalian juga begitu. Akses alat tersebut sama sulitnya dengan usaha pelestariannya.

Jumlah sekolah di Indonesia yang mengupayakan untuk memiliki dan melestarikan gamelan hanya sedikit. Kemendikbud masih menganggap bahwa minat sekolah yang masih minim. Entah itu benar atau tidak, saya nggak bisa ngecek sekolahan se-Indonesia satu-satu. Jadi, menurut Kemendikbud, sekolah yang harus aktif untuk mengajukan pengadaan alat musik tersebut. Intinya, perlu sinergi yang yahud, baik sekolah maupun pemerintah.

Begitupun di tiap desa dan kampung, jarang yang punya gamelan, secara harganya memang mahal. Beberapa kampung yang memiliki gamelan, biasanya memang warisan dari zaman dulu. Di kampung saya, pernah ada seni Jathilan, yang macet di tahun 90-an. Gamelan yang dulu ada hilang entah ke mana, nggak jelas. Kalau mau ke sanggar, berarti harus bayar, susah juga, secara nggak murah. Di daerah saya, terutama jaman saya kecil, sanggar karawitan hanya ada satu, itu pun jauh dan lumayan mahal. Ada desa yang punya, tapi tak semudah itu untuk masuk ke circle mereka. Bahkan sekarang ini, yang punya bisa dihitung dengan jari.

Minat memang menurun, tapi masalah bukan hanya itu. Akses yang terlalu eksklusif bikin tak semua kalangan bisa menikmatinya, bahkan sekadar melihat secara langsung pun sulit, apalagi belajar. Saat remaja, saya dan beberapa teman mencoba mencari tempat latihan yang gratis. Rupanya tak semudah itu. Ada yang memang secara terang-terangan tak memperbolehkan, ada yang memperbolehkan dengan syarat aneh-aneh. Sampai pada akhirnya saya menemukan sebuah grup seni yang memperbolehkan orang luar ikut latihan. Begitu sulitnya mendapat akses untuk belajar alat musik ini.

Memang, hilangnya akses tak bisa terlepas dari menurunnya minat. Hilangnya penerus juga karena minat generasi muda yang kecil. Mosok, kalau mau belajar harus ke sekolah musik. Kini di luar negeri, banyak sekolah yang punya gamelan. Kita sering ditakut-takuti, bahwa di masa depan kita akan kekurangan tenaga ahli gamelan, bahkan kita yang akan belajar ke luar negeri. Tentu kita tak ingin itu terjadi. Terus marah-marah kalau ada yang dianggap mencuri budaya kita.

Memang kini sudah ada gamelan virtual, alias digital. Tapi, belum bisa menggantikan gamelan seutuhnya. Apalagi memang niat untuk belajar, tak bisa menggunakan instrumen virtual. Nuthuk dan mencet tombol itu beda. Secara bunyi memang hampir mirip. Tapi, ada banyak aspek yang tak bisa didapatkan dari VST gamelan. Salah satunya filosofi dari alat itu sendiri. Gamelan bukan hanya sekedar alat musik. Ada banyak nilai yang bisa dipelajari, terutama nilai kesejarahan dan norma-norma sosial. Betapa eman-eman, ilmu adiluhung semacam itu, tergencet akses belajar yang njelimet. Pilihan terbaik ya di sekolah musik, namun jangan harap gratis.

Baca Juga:

Saya Muak dengan Industri Film Horor yang Hanya (Bisa) Mengeksploitasi Budaya Jawa Seolah-olah Seram dan Mistis

Stasiun Bogor, Stasiun yang Ramah Angkutan Umum dan Ojek Online

Meski mahal dan kini menjadi eksklusif, banyak pembuat gamelan yang hidupnya kurang mulyo, masih susah. Secara modal yang dikeluarkan nggak sedikit. Bahan baku semakin mahal dan susah didapat, begitu juga minat belajar gamelan yang makin cupet. Akses yang sulit, harusnya tak hanya menjadi persoalan para pelestari kesenian karawitan. Pemerintah harusnya lebih aktif mengambil bagian.

Apalagi jika tiap sekolah punya gamelan, mesti asoy. Tak perlu yang komplit, cukup yang set mini, seperti di acara nikahan. Gender, bonang, kenong, bisa ditambah gendang, pokoknya bisa belajar dulu. Mungkin setelah itu bisa memanggil pelatih dari sanggar atau dari kelompok seni kampung. Sehingga semua pihak bisa terlibat, sukur-sukur bisa diajak tampil. Semoga beneran terjadi. Sehingga gamelan bisa untuk semua kalangan, mudah aksesnya untuk semua orang.

BACA JUGA Suara Drumband di Jogja pada Malam Hari, Menurut 4 Teori atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Maret 2021 oleh

Tags: aksesgamelankebudayaanmelestarikan gamelan
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

ondel-ondel

Ondel-Ondel dan Riwayatnya Kini

12 September 2019
hantaran

Salah Satu Indahnya Keberagaman: Dapat Hantaran dan Menikmati Makanan saat Hari Raya Agama Lain

12 Agustus 2019
nama

Nama yang Bagus Bukan Jaminan Kelakuan Baik

8 Juli 2019
makan nasi

Bagi Beberapa Orang Indonesia, Tidak Tergolong Makan Jika Belum Menyantap Nasi

25 Juni 2019
wedang jowo

Wedang Jowo dan Segala Filosofinya

22 Juni 2019
Gunung Mananggel, Tapak Kaki Misterius, dan Suara Gamelan yang Bikin Merinding

Gunung Mananggel, Tapak Kaki Misterius, dan Suara Gamelan yang Bikin Merinding

12 Januari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.