Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kisah Pasar Ngasem Jogja: Berawal dari Pasar Burung, Gudang Seniman, Sampai Tujuan Sarapan Anak Skena

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
25 April 2024
A A
Kisah Pasar Ngasem Jogja: Berawal dari Pasar Burung, Gudang Seniman, Sampai Tujuan Sarapan Anak Skena

Kisah Pasar Ngasem Jogja: Berawal dari Pasar Burung, Gudang Seniman, Sampai Tujuan Sarapan Anak Skena (Christophe95 via Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa sangka Pasar Ngasem Jogja yang unik dengan amfiteater megahnya rupanya menyimpan masa lalu yang tak pernah terbayangkan.

Dari ketinggian Istana Air Taman Sari, mata saya menatap sebuah pasar. Wajahnya kini berubah total dibanding satu dekade lalu. Pasar yang dulunya ramai oleh pedagang burung kini menjadi titik kumpul para pemburu sarapan. Mereka beradu dengan para pedagang dan tour guide yang memandu wisatawan. Di tengah pasar terdapat sebuah amfiteater yang megah berwarna kecokelatan. Jika dibandingkan pasar lain, wajah pasar satu ini memang unik dan sangat nyeni.

Pasar itu adalah Pasar Ngasem Jogja. Sebuah pasar yang konon sudah berdiri sejak tahun 1800-an. Dua abad lebih pasar di tengah area Njeron Beteng ini memutar roda ekonomi sekitarnya. Bukan hanya menyediakan kebutuhan rumah tangga, namun juga kebutuhan hobi para pria Jogja.

Mari kenakan jaket dan helm dahulu karena saya akan mengajak Anda untuk jalan-jalan lintas zaman melihat pasar yang unik ini.

Tanggul simbol kekayaan Kraton Jogja

Mari kita terbang jauh ke masa lalu, tepatnya pada tahun 1765. Pada masa itu, Pasar Ngasem Jogja belum berdiri. Namun ada tanggul besar yang menahan air di calon lokasi pasar ini. Tanggul itu adalah bagian dari Istana Air Taman Sari, sebuah situs taman serta vila istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Istana ini dibangun oleh Sri Sultan HB I dan diselesaikan oleh Sri Sultan HB II.

Danau besar yang airnya bersumber dari Kali Larangan serta Umbul Pacethokan ini bagaikan cermin yang gemerlap. Di tengahnya berdiri sebuah bangunan megah perpaduan arsitektur Jawa dan Portugis. Maklum, salah satu arsitek kompleks ini adalah Demang Tegis, sosok misterius yang berasal dari Portugis.

Mari kita melompat sampai 1812, masa di mana Taman Sari menjadi reruntuhan. Serangan tentara Inggris meluluhlantakkan vila megah ini. Peristiwa itu dikenal sebagai Geger Sepehi/Sepoy. Sebelumnya Taman Sari juga sudah rusak pada 1803 akibat gempa yang bersumber dari letusan Gunung Guntur di Jawa Barat.

Akhirnya Taman Sari hancur lebur ketika dihantam gempa pada 1867. Gempa besar ini sukses menghancurkan vila dan taman megah ini menjadi puing-puing. Namun di atas puing-puing ini akan berdiri ratusan pemukiman. Dan di salah satu bekas tanggulnya akan berdiri pusat perdagangan burung dan hewan kesayangan Jogja.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Pasar burung yang konon berumur 2 abad

Kencangkan helm Anda, karena kita akan melesat masuk ke tahun 1960. Di bekas tanggul Istana Air Taman Sari kini berdiri sebuah pasar yang riuh. Ratusan pedagang burung peliharaan berseru menawarkan dagangannya. Ada merpati, tekukur, kutilang, dan burung kicau lain. Inilah Pasar Ngasem Jogja yang masyhur itu.

Konon pasar ini sudah berdiri sejak 1806, berarti sebelum Istana Air Taman Sari hancur. Tidak banyak sumber kecuali foto yang merekam suasana Pasar Ngasem. Saya sedikit sanksi dengan foto ini karena kamera baru pertama kali dibawa ke Indonesia pada 1841. Namun bisa jadi Pasar Ngasem Jogja sudah ada pada masa itu, namun berdiri di sekitar tanggul danau Taman Sari.

Kenapa harus ada pasar yang khusus menjual burung? Dalam budaya Jawa, salah satu simbol pria adalah memelihara burung hias terutama tekukur. Maka Pasar Ngasem Jogja lahir untuk memenuhi kebutuhan simbolis sekaligus hobi ini. Tapi selain menjajakan peliharaan, pasar ini juga menjajakan kebutuhan rumah tangga seperti umumnya.

Saya ingat betul suasana pasar ini di tahun 2000-an. Setiap akhir pekan, ada ratusan manusia memenuhi area Pasar Ngasem Jogja. Bahkan sampai memenuhi area permukiman. Jangankan membawa motor, jalan saja sulit dan berdesakkan.

Namun tidak hanya pedagang dan pembeli saja yang memenuhi pasar ini. Di sudut-sudut pasar, ada seniman yang sibuk melukis sketsa pasar yang unik ini.

Pasar Ngasem Jogja dan para lulusan sekolah seni

Karakter yang unik dan artistik Pasar Ngasem Jogja membuat banyak seniman ingin merekam keindahannya. Terutama mereka yang sedang sekolah di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) yang melebur dalam Institut Seni Indonesia (ISI). Para mahasiswa ini silih berganti melukis sketsa Pasar Ngasem. Entah sebagai tugas kuliah atau keinginan pribadi.

Tidak hanya mahasiswa, para seniman senior juga sering melukis Pasar Ngasem Jogja. Salah satunya Affandi dan putrinya, Kartika. Maestro satu ini sering berkunjung ke pasar ini untuk merekam aktivitasnya yang unik dan artistik. Sembari mengunjungi kolega sesama seniman.

Area Taman Sari memang melahirkan seniman. Dari seniman batik sampai pelukis seperti Harjiman. Musisi juga ikut meramaikan kampung bekas istana air ini. Aktivitas para seniman masih menggeliat hingga hari ini. Mungkin tidak seriuh dulu, namun tetap terpelihara.

Sudah cukup menikmati Pasar Ngasem Jogja di masa lampau? Mari kita kembali ke masa kini. Masa di mana Pasar Ngasem berganti wajah menjadi pusat kuliner serta panggung seni.

Pasar Ngasem sekarang: amfiteater dan pusat sarapan Kota Jogja

Lihatlah di sekitar Anda sekarang. Kini tidak ada lagi ratusan pedagang burung dan hewan peliharaan. Kios-kios mereka kini lenyap berganti dengan lapangan luas beralas batu candi. Di kiri kanan Anda kini berdiri bangunan terbuka dengan karakter selaras Taman Sari. Di tengah-tengah ada ceruk bertingkat, sebuah panggung menjorok turun yang umum disebut amfiteater.

Inilah wajah baru Pasar Ngasem Jogja. Diawali dengan relokasi pedagang burung pada 2010, pasar ini dipoles untuk memenuhi fungsi barunya: pusat aktivitas masyarakat. Namun pasar tradisional masih tetap berdiri di sisi utara dengan bangunan beton berlanggam Taman Sari yang khas.

Kini Pasar Ngasem tidak lagi dipenuhi burung, bahkan jejaknya sudah hilang. Pasar Ngasem sekarang diramaikan berbagai event, baik kegiatan budaya maupun seni. Pasar ini bahkan pernah menjadi pusat penyelenggaraan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

Ada hal baru juga di Pasar Ngasem Jogja. Di sisi timur terdapat banyak penjaja kuliner tradisional, terutama saat pagi ketika masyarakat sibuk mencari sarapan. Setiap akhir pekan, pasar ini dipenuhi para penikmat kuliner serta wisatawan. Mereka menyantap makanan seperti lodeh dan besengek sembari menikmati megahnya sisa-sisa Taman Sari.

Kadang para pengunjung ini juga melihat mas-mas yang sibuk misuh-misuh. Entah karena ada orang yang menyeberang ngawur, atau selfie di tengah jalan. Mas-mas itu adalah Prabu Yudianto yang sedang mengunjungi eyangnya.

Sepertinya Anda juga lapar. Mari kita duduk sejenak di Warung Yu Ngademi sembari menyeruput teh nasgitel di sejuknya pagi. Kalau mau camilan, ada apem dan berbagai jajanan pasar yang masih hangat. Mari nikmati pagi di Pasar Ngasem Jogja, tempat yang diam-diam menyimpan sejarah panjang dan sangat artistik.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pasar Mangiran Srandakan Bantul: Pakai Pasaran Jawa dan Punya Pasar Malam, tapi Tergerus Akibat Jogja Makin Padat.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 April 2024 oleh

Tags: Jogjapasar ngasemPasar Ngasem Jogjapasar tradisionalsri sultantamansari
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Jogja Memang Istimewa, tapi Mohon Maaf Bandung Lebih Nyaman untuk Ditinggali

Jogja Memang Istimewa, tapi Mohon Maaf Bandung Lebih Nyaman untuk Ditinggali

26 Mei 2025
Pengalaman Ditolong Saat Motor Mogok dan Nggak Punya Uang Menyadarkan Saya Jogja Masih Berhati Nyaman Mojok.co

Pengalaman Ditolong Saat Motor Mogok dan Nggak Punya Uang Menyadarkan Saya Jogja Masih Berhati Nyaman

19 Mei 2025
Nanggulan, Tempat Terbaik untuk Healing dan Nongkrong di Kulon Progo

Nanggulan, Tempat Terbaik untuk Healing dan Nongkrong di Kulon Progo

20 September 2024
Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

2 Agustus 2022
Malioboro Jogja, Jalan Kerajaan yang Kini Jadi Jalan Milik Siapa Saja Mojok.co overtourism

Ironi Overtourism Jogja: Banyaknya Wisatawan ke Jogja Justru Jadi Hal yang Buruk untuk Pariwisata Jogja

3 Maret 2024
Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan (Unsplash)

Sandiaga Uno Betul, Jogja Butuh Sushi Salmon Mentai, Bukan Kesejahteraan

15 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.