Kalian pernah mendengar kata “ketindihan”? Orang Jawa menyebutnya dengan istilah lebih ndeso: “tindien”. Saya tidak hanya pernah mendengar istilah ini, saya adalah orang yang jadi langganan makhluk-makhluk tak kasat mata untuk “ditindihi”.
Dalam satu bulan, setidaknya saya bisa mengalami ketindihan sebanyak dua sampai tiga kali. Bahkan dalam sebuah kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan di luar kota, saya tidak pernah tidur, baik siang maupun malam, lantaran takut ketindihan. Padahal kegiatan itu dilaksanakan selama satu minggu.
Saya sudah mengalami ketindihan, sejauh yang saya ingat, sejak SD. Artinya, itu lebih dari 10 tahun yang lalu. Maka, sebagai seseorang yang memiliki track record panjang dalam dunia pertindihan, saya akan menceritakan pengalaman-pengalaman menarik tentang hal ini.
#1 Ketindihan ganda
Istilah ini saya ciptakan sendiri biar kelihatan agak cerdas. Siapa tahu bakal disandingkan dengan teori “Gerak Ganda”-nya Profesor Fazlurrahman atau ikatan ganda dua unsur kimia? Begini, setiap orang yang mengalami ketindihan, pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk bangun. Masalahnya, setelah ketindihannya hilang, ia tidak bangun, melainkan kembali jatuh ke alam mimpi.
Di suatu malam, seperti biasanya saya mengalami ketindihan. Saya berontak agar bangun. Akhirnya saya bisa bangun. Setelah bangun, saya jalan-jalan di sekitar rumah, karena waktu itu pagi hari dan suasana kampung masih sejuk. Ketika akan berjalan kembali ke rumah, lha kok saya sadar bahwa jalan-jalan itu cuma mimpi. Ketika tahu bahwa itu mimpi, otomatis saya berontak untuk bangun, dan terjadilah ketindihan ronde kedua. Ting ting ting…
Saya cukup sering mengalami hal ini. Jadi, selain sering mengalami ketindihan, dalam satu malam saya bisa ketindihan tiga sampai empat kali. Menyadari bahwa mimpi kita hanyalah mimpi, kemudian kita berusaha bangun, itulah ketindihan. Di antara dua ketindihan, biasanya ada mimpi yang kita anggap nyata. Dan itu lebih nyaman daripada harus menyadari bahwa mimpi itu mimpi. Kadang, lebih baik untuk tidak mengetahuinya, Hyung.
#2 Ketindihan horor
Ketindihan seperti ini memang jamak terjadi. Dunia medis memang mengklaim bahwa fenomena ini bisa dijelaskan melalui sains, bahasa kerennya “sleep paralysis”. Tetapi, kearifan lokal orang Indonesia yang mengaitkannya dengan budaya mistis tidak mudah untuk digusur.
Mengingat cerita saya di awal ketika mengikuti kegiatan mahasiswa, bagaimana mungkin saya tidur di sebuah tempat yang baru dan selalu mengalami sleep paralysis? Seolah-olah wajib ‘ain hukumnya. Saya juga pernah mendengar cerita mengenai ranjang-ranjang horor, yang ketika orang tidur di atasnya, pasti mengalami ketindihan.
Selain itu, efek magis ketika kita mengalami ketindihan juga cukup mengerikan. Entah ini datang dari imajinasi liar kita atau memang ada demit yang nongkrong di atas dada kita, wallahu a’lam. Yang jelas, fenomena ini memang membuat makhluk-makhluk tak kasat mata itu bisa kita rasakan kehadirannya. Dalam beberapa kasus, saya merasakan kehadiran makhluk seperti itu. Begitu saya mak jegagik terbangun, dia terbirit-birit lari. Dasar pengecut, beraninya kok pas orang tidur!
#3 Ketindihan yang menyakitkan
Selain doi, sleep paralysis ternyata juga cukup menyakitkan. Beberapa sleep paralysis memang membuat dada kita sesak, susah napas, sakit kepala, bahkan sampai merasa seperti ada batu besar yang menekan kepala. Sakit sekali, sumpah! Ketika terbangun dari ketindihan yang seperti ini, saya biasanya trauma dan memilih untuk tidak tidur lagi.
Dalam kondisi seperti ini, saya merasa sedang dekat dengan Tuhan karena saya selalu meneriakkan namaNya, meskipun tidak ada satu kata pun yang berhasil keluar dari mulut. Tapi, memang rasanya kayak mau meninggal, Gaes. Sangat menyakitkan dan menakutkan.
Namun, tidak semua ketindihan itu menyakitkan. Sebagian kondisi yang saya alami rasanya biasa-biasa saja, tidak menimbulkan rasa sakit berlebihan.
Dalam berbagai sesi curhat bareng teman-teman, mereka selalu mendadak menjadi orang bijak. Menasihati saya agar berwudhu sebelum tidur, membersihkan kasur, membaca doa, tidak banyak pikiran, tenang, tidak terlalu lelah, dan seabrek nasihat indah lainnya.
Sepanjang saya menggeluti karier di dunia pertindihan, saya menyimpulkan satu hal: tindihan tidak pernah disebabkan oleh faktor tunggal. Bisa jadi saya sudah berwudhu, berdoa dengan tulus, membersihkan kasur, dan lain-lain, namun iblis yang nongkrong di kamar saya ternyata bandelnya nggak ketulungan.
Bisa jadi kamar kita steril dari iblis, namun beberapa kondisi tubuh kita mengharuskan kita untuk mengalami ketindihan seperti yang dijelaskan oleh medis. Bisa jadi karena kelelahan, overthinking, habis diputusin pacar, malam minggu sendirian di kos, atau sebab-sebab lain yang tidak kita ketahui.
BACA JUGA Hantu Baik Yang Mau Gendong dan Nganterin Pulang Orang Malas Mandi