Politikus Indonesia ini kadang bikin eneg, kadang bikin kemekelen. Apalagi perihal suka sama sepak bola. Mereka ini kadang jadi inang, kadang jadi parasit. Lha gimana, mereka berubah menjadi orang yang paling sok ngerti sepak bola ketika mau jadi nomor satu di daerah tertentu yang animo pecinta bolanya mobat-mabit selalu on fire.
Ya nggak usah disebut lah, nanti marah. Tapi ya siapa lagi kalau bukan Edy Rahmayadi yang terhormat. Dengan cara jadi ketua PSSI, mengakuisisi PSMS Medan, blio jadi nomor satu di Sumatera Utara. Keren, kan?
Ini namanya gimmick politik sub-genre thok-thok men suka sepak bola. Lihat saja beberapa video Edy yang belaga menjelaskan perihal sepak bola. Salah satunya ketika menjelaskan kelanjutan nasib Luis Milla. Katanya, “Luis Milla sedang melakukan itu pendalaman ilmu, sebagai kewajiban seorang coach. Coach itu pelatih.”
Haaa anak SD yang baru jajan telur gulung juga tahu, Bapak. Bahwa coach itu artinya pelatih. Barangkali, jika Edy disandingkan dengan Coach Justin, gayeng kali, ya? Bakal jadi sebuah obrolan perihal sepak bola yang mumpuni.
Politikus Indonesia yang terang-terangan suka sepak bola itu sebenarnya nggak banyak. Sebut saja Kang Emil yang menggemari Liverpool. Ia suka sejak kecil, nggak mungkin kan Kang Emil mengincar posisi Walikota Merseyside atau jadi Gubernur North-West. Kemudian Gibran Rakabuming yang—mau nggak mau—suka sama Persis Solo.
Euro 2020 di depan mata, saya bisa memprediksi politikus-politikus Indonesia ini bakalan mendukung siapa melalui terawangan saya via retorika politiknya. Mulai dari Bapak Joko Widodo sampai Lord Rangga Sunda Empire, ini jawabannya.
#1 Joko Widodo
Kerakyatan, nggak banyak polah, bersahaja, dekat dengan rakyat, ya, bisa dibilang Jokowi ini seorang resi yang diberi tugas mengawal sebuah negara. Ehm, komisaris Pertamina bisa lah, ya, Pak? Eh, tapi ini betulan, jika Jokowi mentengin Euro 2020, blio sudah pasti mendukung Makedonia Utara.
MU versi negara ini sudah pasti didukung sama Jokowi lantaran seperti retorika politiknya, mendukung wong cilik. Ketika pagelaran Euro 2020, retorikanya berubah jadi mendukung klub cilik.
#2 Ma’ruf Amin
Katanya, blio dulu dukung Manchester United, sekarang jadi dukung Liverpool. Nah, bisa jadi kiai Ma’ruf ini dulu dukung Spanyol, sekarang dukung Prancis. Namun, kalau boleh jujur, kali ini kayaknya kiai Ma’ruf nggak dukung siapa-siapa, deh.
Bukannya udah nggak suka bola, tapi jadwal Euro 2020 terlalu malam dan sudah masuk waktu bobok kiai Ma’ruf. Lha gimana ya, ngurus negara itu butuh tenaga ekstra jhe. Bukan begitu, Kiai?
#3 Prabowo Subianto
Kalau Prabowo mendukung sebuah tim, barang tentu blio dukung Man. City atau Madrid. Haaaa wong 1,7 kuadtriliun untuk membeli alutsista saja nyah-nyoh, apalagi buat dukung tim, pasti Prabowo suka yang jor-joran macam Real Madrid atau Manchester City. Nah, kalau negara, blio dukung mana, nih?
Jawabannya hanya satu, tanpa perlu diragukan: Belanda! Prabowo tampaknya bodo amat bahwa van Dijk nggak ikut Euro 2020 karena Kapten Timnas Belanda ini cidera. Namun, seperti retorika politik ala Prabowo, Belanda adalah pilihannya. Seperti julukan Belanda, juara tanpa mahkota alias spesialis juara dua.
#4 Megawati Sukarnoputri
Sebenarnya, ngeri juga memprediksi politikus senior ini mendukung siapa dalam ajang pagelaran Euro 2020. Namun, dari retorika dan gaya berpolitik yang ciamik, sudah tentu Megawati mendukung Portugal. Indikasinya apa? Pasalnya, Portugal masih punya Ronaldo. Lho, apa hubungannya? Begini.
Bu Mega bukan presiden, tapi petuahnya sering didengar oleh presiden. Bukan masalah tho lha wong nasehat ibu, tentu berkah buat anak. Sedang pada gelaran Euro 2016, Ronaldo cidera, diganti Ricardo Quaresma, padahal lawannya Prancis. Ronaldo sudah usai? Nggak, ia belagak menjadi pelatih di pinggir lapangan, tudang-tuding seperti sang pelatih Portugal yang asli, Fernando Santos.
Hubungan antara Megawati, Seleccao, dan Ronaldo apa? Ronaldo bukan pelatih, tapi pura-pura jadi pelatih. Bu Mega bukan presiden, tapi pura-pura, eh, maksud saya, memberi nasehat kepada presiden. Serupa tapi serupa, eh, serupa tapi nggak sama.
#5 Susilo Bambang Yudhoyono
Naik kontestasi pada 2004 silam lantaran drama kesedihan dianak tirikan dalam kabinet Megawati, doyan bikin lagu sedih, puisi-puisi melankolis, jyaaan tenan SBY ini presiden indie. Pun dengan pemilihan tim yang juga nggak kalah indie sesuai retorika sad-politic ala blio. Tim apa dong? Inggris!
Berkali-kali ajang kompetisi empat tahunan entah itu Eropa atau dunia, Inggris selalu menjual kesedihan. Mulai dari gol Frank Lampard yang dianulir pada babak enam belas besar Piala Dunia 2010 melawan Jerman, hingga yang terbaru adalah jargon It’s coming home yang jumawa bahwa sepak bola akan kembali ke “rumahnya”. Mbelll.
SBY dan Three Lions sama-sama menggunakan kesedihan sebagai basis pergerakan. Apakah hal ini salah? Ya nggak, juara empat Piala Dunia 2018 dan jadi presiden dua periode tampaknya jadi bukti bahwa mereka terikat satu sama lain.
#6 Puan Maharani
Nggak ada negara yang mematikan mikrofon rekan rapatnya, sih, tapi semisal Mbak Puan suka Euro 2020, sudah tentu blio mendukung Hungaria. Tim ini pernah mengalami masa kejayaan pada periode 1950-1956. Dilatih oleh Gustav Sebes yang—katanya—menampilkan yang namanya socialist football, prototipe awal total football. Dan kini, Hungaria bangkit kembali.
Apa persamaan Mbak Puan dan Hungaria? Heh, ngawur, maksud saya bukan karena Hungaria itu terkenal karena masa lalunya, bukan berarti Mbak Puan moncer di politik karena nama besar ibu dan kakeknya. Namun, persamaan antara retorika politik Mbak Puan dan Hungaria itu karena… hmmm, karena apa, ya?
#7 Ganjar Pranowo
Sama seperti Jokowi, memihak wong cilik, pun sama seperti SBY yang disisihkan Megawati—namun kali ini Ganjar ‘disisihkan’ anaknya Megawati, yakni Puan Maharani. Bedanya dengan SBY, Ganjar nggak secengeng blio dan juga nggak sepuitis blio. Tim apa yang cocok dengan retorika politiknya? Itali.
Menang kalah, bodo amat. Yang penting elektabilitas. Itali nggak diunggulkan para pundit, tapi bursa taruhan tetap riuh sesak mendukung Gli Azzurri. Sama seperti Ganjar, nggak direstui Puan dan PDI, tapi Charta Politika berkata sebaliknya. Cen uangeeeel.
#8 Lord Rangga Sunda Empire
Sebagai pemain baru politik Indonesia, bisa jadi Lord Rangga punya perhitungan tersendiri pada Euro 2020. Ia akan memperhitungkan melalui dialektika-sejarah, hermeneutika, estetika, etika, bahkan sampai kritik akal budi. Siapa yang didukung Lord Rangga Sunda Empire? Begini analisis saya.
Sejarah Gunungkidul, ternyata bermuara dari Eropa. Atas campur tangan Klan Senju dan Uzumaki, maka warga Gunungkidul ini mempunyai quirk guna mencapai Eropa dengan menggunakan teleportasi. Jebul, di Eropa, analisis Lord Rangga dikutip dari Harian TheHerenSepentin.Co, keturunan Gunungkidul di Eropa itu namanya Turki. Iya, Turki, akronim dari Turunan Gunungkidul. Kurang mboeees apalagi?
#9 Lord Amien Rais
Lord Amien dalam pagelaran Euro 2020, blio bakal dukung Spanyol. Kenapa? Blio suka negara yang punya kans juara. Lihat saja Prabowo Subianto dalam kontestasi capres lalu, kans menangnya besar, Lord Amien selalu ngintil di belakangnya.
Namun gini, Lur, saran saja, sih. Kalau mau taruhan jangan megang apa yang didukung sama Lord Amien. Bukan benci atau apa lho, ya. Lantaran retorika politik blio itu selalu nelangsa. Bukan ngece, capres yang ia bela, pasti bakalan nelangsa dan mengalami kekalahan yang menyakitkan.
Mau saya tanyakan bagaimana rasanya Prabowo kalah dua kali lantaran didukung oleh Lord? Sudah, biarkan Lord, Prabowo, dan Tuhan saja yang tahu bagaimana perihnya kalah, kita jangan.
BACA JUGA Coach Justin adalah Pandit Sepak Bola Paling Cerdas di Muka Bumi, No Debat! dan tulisan Gusti Aditya lainnya.