Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ketika Raffles Merampas Harta Pusaka Keraton Yogyakarta

Annisa Herawati oleh Annisa Herawati
25 September 2020
A A
thomas stamford raffles perampasan keraton jogja geger spehi perang spehi sepoy mojok.co

thomas stamford raffles perampasan keraton jogja geger spehi perang spehi sepoy mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tak banyak catatan yang menjelaskan perihal bagaimana Raffles dalam menjalankan pemerintahan di Hindia Belanda. Banyak orang yang memberikan label pada Raffles sebagai pria kalem, cerdas, dan rupawan. Orang yang pertama kali menemukan dan menyingkap Candi Borobudur serta penulis History of Java yang katanya sangat mengagumi tanah Jawa.

Namun, sama seperti pemimpin kolonial di Hindia Belanda lainnya, Raffles juga memiliki sisi gelap yang jarang diketahui khalayak luas. Adalah Hannigan, penulis yang berusaha mengurai sisi hitam Raffles. Salah satunya peristiwa pilu di Keraton Yogyakarta yang terjadi pada 20 Juni 1812.

1.200 orang tentara Inggris di bawah komando Gillespie melakukan penyerbuan mendadak dengan membombardir Keraton Yogyakarta. Pasukan keraton yang jumlahnya tak lebih dari 120 orang berjuang mati-matian untuk menghalau serangan pihak Inggris. Tapi, apa daya, pasukan keraton yang kalah jumlah harus menelan pil pahit kekalahan. Keraton mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah. Namun Gillespie tak menggubrisnya. Ia dan bala tentaranya tetap merangsek masuk ke dalam keraton dan menebas sisa-sisa prajurit keraton yang masih berusaha mempertahankan kehormatan Keraton.

Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat pada saat itu, Sultan Hamengku Buwono II pun ditahan dan dikirim ke Wisma Residen Yogyakarta untuk diasingkan. Raffles dan John Crawfurd, residen Yogyakarta saat itu merampas harta milik keraton yang terdiri dari arsip dan pusaka keraton. Selain itu, Gillespie secara pribadi merampas harta keraton berupa emas, mata uang, dan perhiasan yang ditaksir senilai 15 ribu poundsterling pada saat itu.

Dengan berat hati Sultan menyerahkan keris dan seluruh perhiasan emas yang dimilikinya. Selanjutnya sebagai bukti tunduknya Keraton Yogyakarta terhadap Inggris, Sultan diharuskan menyerahkan pedang dan belatinya untuk dikirimkan ke Lord Minto yang berkantor di Kolkata, India. Tak cukup sampai di situ, para serdadu Sepoi–berdarah setengah Inggris setengah India–yang ditugaskan untuk mengawal Sultan selama di tahanan, malah mencopoti berlian yang terdapat pada jas Sultan ketika beliau sedang tidur.

Harta-harta rampasan perang dimasukkan dalam peti dan diangkut ke Benteng Vredeburg. Kemudian harta pusaka tersebut dipindahkan ke karesidenan yang membutuhkan waktu empat hari. Harta tersebut diangkut dengan pedati dan kuli panggul yang terdiri dari wayang, senjata, gamelan keraton, arsip dan naskah, kecuali satu kitab suci Al-Qur’an, yang mencakup karya sastra seperti babad dan dokumen keraton.

Lalu kemana harta keraton tersebut bermuara? Mengutip Jejak Sepak Terjang Raffles di Pulau Jawa yang disusun oleh Pusat Data dan Analisis Tempo, Pater Carey, mencatat bahwa dari perpustakaan Keraton, Crawfurd mengambil 45 naskah berbahasa Jawa yang sebagian besar dijual ke British Museum pada 1842. Raffles mengambil 55 naskah untuk diserahkan pada pihak pemerintah Inggris. Pada November 1814 Raffles juga mengambil naskah-naskah untuk dijadikan koleksi pribadi dan mengirimkannya ke Bogor. Kemudian pada 1830 sebagian besar naskah tersebut diserahkan kepada Royal Asiatic Society oleh istri kedua Raffles, Sophia Hull, setelah sang suami tiada.

Kolonel Colin Mackenzie merupakan orang yang paling banyak mengoleksi naskah keraton. Pada 1813, sebagian besar koleksi yang dimilikinya dibawa pulang ke Benggala yang kemudian disimpan di London. Sebagian besar harta berharga tersebut kini dapat dijumpai di British Museum. Harta keraton yang dihibahkan Sophia Hull juga terdapat di sana yang terdiri dari lukisan, gamelan, batik, hingga patung Buddha dari Candi Borobudur.

Baca Juga:

Saya Semakin Muak dengan Orang yang Bilang Jogja itu Nggak Berubah Padahal Nyatanya Bullshit!

Bukannya Nggak Cinta Kabupaten Sendiri, Ini Alasan Warlok Malas Plesir ke Tempat Wisata di Bantul

Jejak kelam Raffles di Kota Gudeg masih ada di sudut Yogyakarta. Sisa-sisa reruntuhan Benteng Keraton Yogyakarta masih ada di simpang tiga Gondomanan. Di atas reruntuhan tembok yang bertebal sekitar satu setengah meter tersebut, sebuah prasasti dari batu marmer berwarna kuning kecoklatan tertempel di atasnya. Sultan Hamengku Buwono IX meminta agar benteng yang rusak tersebut tidak diperbaiki dan lebih baik dibuatkan prasasti di reruntuhan tersebut sebagai tetenger penyerangan Raffles ke Keraton Yogyakarta, penyerangan yang tidak hanya menghancurkan Keraton Yogyakarta. Lebih dari itu, penyerangan tersebut juga merampas harta Keraton berupa khazanah keilmuan yang seharusnya bisa dikaji oleh putra-putri Indonesia masa kini agar bertambah rasa hormatnya pada leluhur bangsa ini.

Potret Thomas Stamford Raffles oleh James Thomson via Wikimedia Commons

BACA JUGA Ratu Kalinyamat, Sosok Pemberani dari Jepara dan tulisan Annisa Herawati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 September 2020 oleh

Tags: inggriskeratonpenjajahanpusakarafflesYogyakarta
Annisa Herawati

Annisa Herawati

Cah asli Blitar

ArtikelTerkait

Tumini, Tunggal Rasa, dan Afui: Mana Mi Ayam Terbaik di Yogyakarta? terminal mojok.co

Tumini, Tunggal Rasa, dan Afui: Mana Mi Ayam Terbaik di Yogyakarta?

1 Januari 2021
Jika Sri Tanjung Tak Sanggup Menjemput, KA Kahuripan Akan Menggapaimu

Jika Sri Tanjung Tak Sanggup Menjemput, KA Kahuripan Akan Menggapaimu

2 Juli 2022
Nasi Kucing Adalah Satire Terbaik untuk Pemerintah Yogyakarta Terminal Mojok.co

Nasi Kucing, Satire Terbaik untuk Pemerintah Yogyakarta

10 Mei 2022
Seandainya Indonesia Tidak Dijajah Bangsa Eropa, Inilah yang Terjadi terminal mojok.co

Seandainya Indonesia Tidak Dijajah Bangsa Eropa, Inilah yang Terjadi

1 September 2020
Culture Shock

Culture Shock Anak Rantau di Jogja

29 Agustus 2019
4 Hal Jadi Mahasiswa UNY Itu Nggak Enak terminal mojok.co

4 Hal Jadi Mahasiswa UNY Itu Nggak Enak

10 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.