Dulu, dengan uang dua ribu, kita bisa touring muter-muter kota nggak jelas selama satu jam lewat game GTA: San Andreas. Kotanya pun bukan main-main, yakni Los Santos. Kita bisa bajak mobil, menembak ke sana-kemari dan tertawa. Tapi ya nganu, ini hanya berlaku di dalam rental PS dan tour nggak jelas tersebut berakhir setelah layar TV mati dan empunya rentalan bilang, “Wes, mulih-mulih, minta sangu lagi terus ke sini.” Jyan tenan.
Ya, gim besutan Rockstar ini memang andalan rental PS untuk meraup pundi-pundi rupiah dari anak-anak kala itu. Selain seru, banyak hal nggali yang bisa ditemukan dalam gim ini. Entah hanya jalan-jalan nggak jelas atau menjalankan misi, GTA: San Andreas adalah rujukan gim yang menyenangkan.
Setelah tumbuh menjadi dewasa dan tertungkus lumus dengan hal-hal nggak asyik, gim open world ini saya tinggalkan. Bertahun-tahun kemudian, hadir kanal YouTube bernama Mindplace Studio yang bikin saya kemekelen dan berekspetasi ndakik bahwa gim ini sepertinya cocok jika berlatar Yogyakarta. Tentunya, dengan perubahan dan mengadopsi hal-hal unik di kota ini.
Nggak ada tembak-menembak karena this is Yogyakarta, Mylov, bukan Cebongan Los Santos. Nggak ada mbajak mobil dan nyolong kereta juga karena ojek online lebih mudah dan nggak bikin ribet. Ke kota sebelah tinggal naik Prameks, ketimbang mbajak kereta malah terlihat aneh dan nggak jelas arah dan tujuan hidupnya. Nah, begini sekiranya jalan cerita gim GTA: Yogyakartans.
CJ datang ke Jogja melalui Terminal Giwangan
Ketika San Andreas dimulai dengan CJ datang dari bandara dan tiba-tiba ada di gang sempit dengan sepeda, gim versi Jogja ini sedikit berbeda. CJ alias Cuk Jingan datang dari Wonosari menggunakan bis Jawonan seharga lima ribu rupiah. Keluar-keluar, CJ mukok karena isi bisnya brambang bawang yang dibawa segerombolan simbok-simbok menuju Pasar Giwangan sehabis panen bawang di Piyungan.
Keluar-keluar dari bis Jawonan, CJ bukan pakai sporot dan celana jeans panjang seperti versi San Andreas, tapi blio pakai celana kain hitam kayak habis praktikum obat-obatan. Atasannya, ia pakai batik meling-meling kayak sehabis kondangan. Bukan naik sepeda BMX, ia akan memakai bis TransJogja untuk menuju destinasi selanjutnya.
CJ adalah mantan gondhes master klitih
CJ ke Yogyakartans bukan untuk balas dendam kepada The Ballas, melainkan untuk beli pasir satu kol di Lereng Merapi bersama Big Smoke. Jebul, di tengah jalan, ia berpapasan dengan geng-geng yang sedang tawuran. Bukan Vagos, The Ballas, atau Grove Street Families, melainkan cah-cah SMA ndakik yang sedang ngelitih.
Ndilalah, CJ adalah alumni GSF. Bukan Grove Street Families lho ya, melainkan Giwangan Street Famiglia. Setelah naik TransJogja, malah CJ dijebak oleh kawan mereka sendiri, yakni Edi Katong dan Dustin Tenpenny. Karena difitnah, CJ terseret dalam arus klitih dan dimusuhi bekas tektekannya, GSF. Karena sudah lama nggak bergelut dalam hal klitih, CJ jadi ngewel wedi puol.
Ia pingsan dan jika di versi asli ia dibuang ke Gunung Chilliad, dalam versi ini CJ dibuang ke Gunung Jatiklinting, Imogiri, Las Bantulas. Di sana, CJ bertemu dengan Mbakyu Catalina. Jika dalam versi asli CJ akan menyelesaikan misi balapan di pedesaan, dalam GTA versi ini CJ akan diajak balapan bendy di trek Stadion Pacar. Karena jika balapan bendy di Alkid, takutnya ia kembali bertemu GSF. Nggak mbois kalau pingsan dua kali.
Beberapa fitur bisa dilakukan di gim GTA versi ini
Pertama, kalau versi San Andreas CJ bisa etel waton ngambil mobil, versi Yogyakartans nggak bisa sembarangan. Ketika mau ke mana-mana, CJ harus pesen ojek online. Karena di pedesaan dan nggak ada yang mau mengambil, CJ harus jalan terlebih dahulu ke Jalan Imogiri Timur. Belum ada ojol yang ngambil, ia jalan terus, tiba-tiba malah udah sampai ke Terminal Giwangan. Derita anak pinggiran.
Kedua, wanted level GT versi ini tidak hanya enam star. Enam star saja sudah sangat medeni, kita didatangi SWAT, barakuda, helikopter sampai jet tempur. Namun, jika di GTA versi ini level buronan bisa sampai tujuh star karena saking ndakiknya. Bukan karena membunuh atau membajak mobil, tujuh star terjadi jika CJ bahas UMR Jogja di media sosial. Dijamin entek si CJ sama komentar-komentar netizen.
Ketiga, cheat. Apa pun bisa didapatkan di GTA: San Andreas. Senjata, uang, mobil, dan mengendalikan udara: semua bisa. Namun, di GTA versi Yogyakartans, cheat-nya bukan hanya rentetan kode unik, namun didapat dengan pergi ke dukun dan melakukan pesugihan. Saran saya sih nggak usah nge-cheat, mending jualan parkit di PASTY ketimbang daftar pesugihan di Mbah Midy.
Keempat, intrik yang super yahud. Jika Jogja jadi San Yogyakartans, Bantul jadi Las Bantulas, Sleman akan jadi San Slemano. Dengan cerita berkutat pada dunia perklitihan dengan segala hiruk-pikuknya. Banyaknya geng SMA dan denah politiknya dijamin bikin mumet seperti penggulingan kuasa ala Games of Thrones, tapi seru.
Jadi, bagaimana? Apakah nggak tertarik bawa gim ini ke dapur sinema? Mas Hanung misalnya. Bumi Manusia saja ia berani diangkat dan dibuat mendayu ala-ala sinetron, apa lagi GTA: San Yogyakartans ini.
BACA JUGA Nostalgia Rental PS 2 yang Diabadikan dalam Tiap Gimnya dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.