Selain hujan di Bulan Juni, ada juga yang tak kalah tabah, yakni sosok Joker yang diperankan oleh Joaquin Phoenix. Penuh kegelapan, kehancuran, dan tragedi yang menghampiri kehidupannya tiap waktu. Mulai dari bangun tidur yang rasanya ruwet, hingga terjaga di tiap malam yang tak kalah berat.
Joker hidup bersama kaum marginal lain di Gotham City. Kota yang tak ubahnya menjadi rongsokan bagi orang-orangnya yang mulai frustasi akan keadaan. Datanglah Thomas Wayne di kota ini bagai seorang Messiah. Layaknya kebanyakan politikus, Arthur Fleck atau si Joker, menganggap orang ini tak ada bedanya dengan konglomerat obral janji di balik kepentingan pribadinya sendiri.
Berbicara mengenai Kota Gotham, kota fiktif yang juga dihuni oleh seorang miliarder kaya raya yang nyambi jadi superhero bernama Batman. Terselip guyonan warga Jogja yang memadupadankan kota tersebut dengan salah satu daerah bernama Babarsari. Entah dikarenakan apa, yang jelas guyonan tersebut muncul oleh salah satu official account line bernama Netizen Budiman.
Kemudian, bagaimana jadinya jika film Joker ini mengambil setting tempat di bilangan Babarsari? Tentunya perlu sineas handal untuk menggarap proyek ini. Pilihannya jatuh kepada Joko Anwar. Sukses dengan remake film Pengabdi Setan (2017) sebagai buktinya. Seperti cocok untuk membawakan film Joker versi Babarsari yang juga penuh dengan kegelapan dan aksi yang memikat.
Atau Riri Riza yang berhasil mengadaptasi film Korea yang berjudul Sunny (2011) menjadi memorabilia menarik dalam tajuk Bebas (2019). Asal jangan Hanung Bramantyo yang menukangi film ini. Bukan karena apa-apa, masak film sekelas Joker muaranya bakal jadi kisah menye-menye percintaan klasik. Sudah, Hanung menukangi Bumi Manusia-nya saja.
Pemerannya tentu bukan Iqbaal Ramadhan walau jika peran ini diaminkan olehnya, satu juta penonton pasti sudah dalam genggaman. Joko Anwar lebih suka kepada aktor yang “bisa” dipercaya pada kelasnya. Ario Bayu tentu pilihan yang menarik dan patut untuk dijajal. Film Dead Time: Kala (2007) bisa dijadikan sebagai patokannya.
Cerita dimulai ketika Arthur Fleck (Ario Bayu) ikut audisi SUCA di loby salah satu hotel di Jalan Babarsari. Dengan pakaian seperti badut, dia menulis nama panggungnya menjadi Joger atau Jogja keren. Namun, presenternya pada saat itu, yakni Gilang Dirga, lidahnya kepleset dan bilang, “Mari kita sambut, JOKEEER!”
Joker pun clingak-clinguk bingung. Ia naik panggung dengan muka bonyok karena sebelum ikut audisi stand up, dirinya dihajar habis-habisan oleh oknum debt collector, Arthur mencoba tenang dan membuka stand up nya. “Nama saya Arthur, tapi mulai hari ini panggil saya Joker. Selain ngelawak, saya juga hobi makan penyet Pak Ribut.”
Soimah pun langsung kemekelen, “NGAHAHAHAHAHA,” mikrofonnya sengaja di deketin mulut supaya terdengar sampai Bantul.
Arthur pun kian ndredeg, tangannya ngewel nggak karuan. Tapi ia tetap mencoba melanjutkan stand up nya, “Kalian tahu nggak kenapa gigi tupai panjang-panjang….”
Belum ia melanjutkan stand up nya, Mbak Soimah kembali ngikik, “NGAHAHAHAHAHAHA.”
Lalu Gilang Dirga dan Andhika Pratama pun datang. Joker kebingungan, “Lha, Mas, saya belum selesai ngelawak,” keluhnya.
“Wes, Indonesia itu nggak butuh kelucuan karena orangnya sudah lucu-lucu,” jawab Gilang Dirga sambil bisik-bisik.
“Lho, terus tugas saya apa selain ngelawak?”
“Ikutin aja,” kemudian sesi komentar SUCA pun berlangsung 3 jam. Bukan pesertanya yang ngelawak, malah juri-jurinya yang mbadut. Joker pun dipaksa untuk menceritakan kisah sedihnya agar ratingnya naik.
Joker pun bercerita, “Profesi saya sebelum jadi komika amatir ini adalah badut ultah online. Go-Dut. Lihat saja di tiang listrik sepanjang Jalan Babarsari, banyak foto saya yang mempromosikan jasa ini bersaing ketat dengan iklan sedot WC.”
Irfan Hakim pun datang (ini datengnya dari mana?) menepuk-nepuk punggung Joker dan memberikan wejangan super duper nendank, “Hidup ini memang berat jika Mas Joker nggak mau usaha.”
Nggak mau usaha ndyasmu, mbatin Joker. Ketika sedang sedih-sedihnya, home band memainkan lagu sendu, Mbak Soimah bilang gini, “Kalau kamu tembus final, saya kasih 10 juta,” katanya sambil mengeluarkan dompet.
Mendengar itu, Joker pun tertawa sejadi-jadinya, “HAHAHAHAHAHA. HARGA DIRI 10 JUTA? HAHAHA.”
Gara-gara tertawanya yang menyeramkan, Joker pun ditendang dari studio audisi. Ia kembali melihat Babarsari Gotham City ketika malam, bersama cita-citanya untuk menjadi Ernest Prakasa yang kembali sirna.
Di jalan protokoler Babarsari, Joker melihat kerumunan massa yang memakai pakaian badut sama seperti dirinya. Mereka berteriak dan mengacau di sekitaran Kantor Pos Babarsari ke Selatan. Bagai iring-iringan masa, mereka memakai pakaian hijau khas Joker banget.
Bat-signal pun mulai mengudara di langit Babarsari Gotham City bersama dengan riuhnya cahaya tempat pijat dan karaoke. Kota ini seakan daerah yang tidak pernah tidur. “Duh, jadi pengin pijet 350 ribu yang terapinya belakangan,” mbatin Joker. Mendadak keinginannya itu ia urungkan karena ia ingat belum bayar Kos Las Vegas. Dirinya malah jadi ingat belum ngentasi jemuran tadi sore.
Pengguna jalan pun bagai kesetanan. Ada yang nggak pakai helm, ada yang memacu motor Mio-nya 180 km per jam, ada juga yang blombong sampai bikin pusing. Batman dengan Batmobile-nya dengan sigap langsung datang guna melerai amukan massa. “Ayo, ayo, badut online kalau demo yang tertib!” katanya sambil ditemani beberapa kru dari televisi. Oalah Batman lagi collab sama 86.
“Loh, ini Babarsari Gotham City apa Monas, to? Kok dadi lokasi demo.”
Mak jringat datang tukang cilok. “Hay, dulur,” katanya sambil benerin poni. “Saya Fiersa Babarsari. Saya lihat kamu sedang resah? Tenang saja, semesta akan melindungimu selalu.”
“Ini ada apa to, Kang?” tanya Joker sambil buka Twitter. Terlihat bahwa hastag #BabarsariGothamCityRibutLagi ada di top trending.
“Panggil saya Bung. Oke? Bung Babarsari,” katanya sambil nepuk-nepuk punggung sok asik. Rambut lepeknya hampir nyulek matanya sendiri. “Di sini sedang ada aksi solidaritas Go-Dut. Katanya, tadi siang ada salah satu Go-Dut yang dihajar oleh oknum debt collector. Rekamannya viral dan Go-Dut lain nggak terima.”
“HAHAHAHA,” Joker kembali mengeluarkan tawa yang menyeramkan. Fiersa Babarsari hanya melihatnya sambil makan cilok.
Joker pun menyiapkan jargon andalannya, “Orang baik adalah orang sakit yang dibaikin, eh, orang jahat adalah orang dibaikin sakit, pitikih. Bentar, Bung. Ehmmm… Orang baik adalah jahatin yang dibaikin hassshhh… Pokoke kuwi!”
“Ha…ha…ha…ha~” tawa Bung Fiersa Babarsari dengan begitu syahdu dan diiringi petikan gitar.
“HAHAHAHA,” tawa Joker sambil menahan sesak.
“Ngahahahah,” Mbak Soimah pun ikut tertawa. Mikrofonnya tetep di deketin mulutnya biar kedengeran sampai Bantul.
Di ending cerita pun Joker terkena dakwaan perbuatan makar karena dianggap memantik keributan massa. Sehari sebelum penangkapannya, Joker yang kini telah fit 100% setelah pijet ini pun kabur ke Arab, eh, kabur ke Banguntapan Metropolis. Sebuah kota yang dihuni oleh salah satu superhero terkenal bernama Superman.
Di sana ia bermaksud untuk bertahan lama, sampai publik lupa atas kasus-kasusnya. Bodo amat prihal batas kunjungan visanya habis dan dicekal oleh kedutaan Babarsari Gotham City di Banguntapan Metropolis. Yang penting nggak dibui.
BACA JUGA Ketika Pogung Jadi Lokasi Syuting Film Maze Runner atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.