Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Ketika Agama Dijadikan Obat Bius untuk Kasus Dosen Predator

Ali Adhim oleh Ali Adhim
21 Mei 2019
A A
agama sebagai obat bius

agama sebagai obat bius

Share on FacebookShare on Twitter

Ini bukan khutbah Jum’at, tapi maaf, simaklah dengan penuh hidmat : “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” Terjemah QS. Al-Hujurat :12

Kira-kira terjemah ayat itulah yang ahir-ahir ini sering diucapkan atau diforward melalui media daring oleh kawan-kawan yang tak setuju dengan siapa saja yang turut aktif menyebarkan berita “Dosen Predator masih Berkeliaran” di beberapa kampus kenamaan di Indonesia, terutama di Malang.

Alasannya pun variatif, ada yang “Para mahasiswaku mohon jangan ikutan berdosa menyebar aib orang tentang predator yang kalian sendiri belum tau kebenarannya. Ketimbang mikirin itu, masih banyak tugas yang mending kalian kerjakan, kalau tugasnya sudah habis, ngaji aja, Allah melarang kita menyebar aib yang Allah sudah tutupi.”

Ada juga yang seperti ini “tolong jangan disebar luaskan, cukup di sampeyan aja, save internal aja.” Untuk alasan yang kedua ini cukup humanis tanpa membawa-bawa agama.

Pada alasan yang ke tiga ini, lebih sip lagi “Ini bulan Ramadhan, jangan kurangi pahala puasamu dengan ghibah dan menyebar aib orang lain.”

Untuk menyikapi beberapa Khutbah di atas, Dr. Mohammed Dajani seorang Funder and Chairman Wasatia Movement, Jerusalem pernah berkata seperti ini; agama seharusnya tak dijadikan kendaraan politik, jika agama dijadikan alat politik, hasilnya justru perpecahan.

Kita tahu, bahwa orang Palestina adalah mayoritas muslim. Ada tiga puluh partai politik sekuler yang tidak punya aspirasi nilai luhur agama. Tetapi aspirasi juga tidak dipenuhi oleh sepuluh organisasi Islam yang ada di Palestina, hal itu karena mereka tidak menyebarkan inti nilai Islam itu sendiri.

Hizbut Tahrir di Palestina dan di mana saja menafsirkan tiga ayat terakhir di surat Al Fatihah yang menjadi sasaran kemarahan Tuhan adalah orang Yahudi. Sedangkan yang sesat adalah orang Nasrani. Padahal Tuhan marah terhadap orang yang menolak kebenaran dan orang munafik. Hizbut Tahrir menafsirkan makna ummatan wasatan itu dengan menyatakan Islam ada di tengah antara Yahudi dan Nasrani. Yahudi yang membunuh para nabi dan Nasrani yang menjadikan nabi sebagai Tuhan.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Hal serupa juga dikatakan oleh Zainab al-Suwaij, Executive Director American Islamic Congress dari Irak “negara saya hancur karena menjadikan agama sebagai alat politik. Orang yang mempunyai kepentingan politik menghancurkan sesama manusia menggunakan agama. Yang terjadi di negara saya (Irak) banyak orang mati dibunuh dan keluarga mereka hilang. Peradaban hancur karena mereka mengatasnamakan agama untuk menghabisi sesama manusia,”

Dua pengakuan dan fakta di atas cukup jelas menggambarkan bagaimana ketika agama dijadikan sebagai alat politik. Dampaknya adalah perpecahan dan kehancuran. Lalu bagaimana jika agama dijadikan obat bius untuk kasus dosen predator yang masih berkeliaran di kampus-kampus? Wallahu a’lam.

Ada beberapa kalimat di paragraf awal telah saya kutip dengan berbagai macam alasan, entah pemberi alasan itu karena merasa sebagai sesama dosen, mahasiswa kesayangan atau orang biasa yang turut prihatin dengan karier si dosen predator jika dipecat akan seperti apa nasibnya. Kiranya cukup mengkhawatirkan kalau-kalau ada upaya membawa-bawa agama dijadikan obat bius untuk menidurkan dan membungkam siapa yang turut aktif menyebarkan berita kasus dosen predator baik melalui story whatsApp maupun instagram.

Memang setelah berita tentang dosen predator yang ditulis oleh Wan Ulfa Nur Zuhra itu menyebar di jagad maya, semua pada kepo, terutama kawan-kawan yang merasa pernah kuliah di kampus tempat dosen predator itu beraksi. Tapi apakah kita semua akan tetap diam dan bungkam? Menyimpan rahasia umum ini dalam-dalam sembari membiarkan dosen predator itu makin merajalela dan melahap para mahasiswa nya? Na’udzubillah min dzalik

Mengetahui dari berbagai sumber bahwa dosen predator di Malang ini termasuk orang penting dan punya jasa besar terhadap kampus. Tiba-tiba saya jadi teringat kisah ketegasan Rasulullah—seandainya Fatimah Putri Rasulullah mencuri—Rasulullah sendiri yang akan memotong tangannya, bukan membelanya, walaupun Fatimah adalah putri yang sangat dicintainya.

Alangkah indahnya jika siapa saja yang mempunyai kebijakan memecat dosen predator itu bisa meniru Rasulullah, walaupun katakanlah jasa dosen predator itu sebesar gunung, kalau memang sudah terbukti bersalah ya baiknya segera dipecat.

Dosen predator ini tidak hanya di berkeliaran di Malang—beberapa diantaranya ada di Jember dan Semarang—tentu hal ini sangat mencemaskan kalau yang berkuasa di Kampus tidak bisa bertindak tegas, adil, dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya mbok ya minimal jangan bius dan bungkam suara mahasiswa dengan kedok agama.

Agama kok digunakan untuk menidurkan aktivis. Ramashok!

 

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: agamaDosen PredatorMahasiswaObat Bius
Ali Adhim

Ali Adhim

Penyuka karya sastra, sedang belajar bersahabat dengan waktu. Beberapa bukunya telah beredar di toko online dan offline.

ArtikelTerkait

program kreativitas mahasiswa mojok

Jangan Sampai Program Kreativitas Mahasiswa Menjadi Program Korupsi Mahasiswa

12 Agustus 2020

Menghadapi Anggapan Khalayak Acak soal Jurusan Ilmu Politik

8 Januari 2021
Rindu Bus Kuning alias Bikun UI yang Sering Dianggap Bus Paling Nyaman

Rindu Bus Kuning alias Bikun UI yang Sering Dianggap Bus Paling Nyaman

1 September 2020
Hal-hal Unik di Jatinangor yang Harus Diketahui Maba Unpad terminal mojok.co

Hal-hal Unik di Jatinangor yang Harus Diketahui Maba Unpad

1 September 2020
Penderitaan Kuliah di Semarang dan Surabaya, Kota Mana yang Paling Menyiksa Mahasiswa?

Penderitaan Kuliah di Semarang dan Surabaya, Kota Mana yang Paling Menyiksa Mahasiswa?

13 Oktober 2025
tata usaha

Misteri Pegawai Tata Usaha Sekolah yang Seringkali Judes

29 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.