Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ketiadaan Emoji Makanan Khas Indonesia Bukti bahwa WhatsApp Nggak Peka

Adi Sutakwa oleh Adi Sutakwa
10 Januari 2021
A A
Ketiadaan Emoji Makanan Khas Indonesia Bukti bahwa WhatsApp Nggak Peka emoticon makanan food emoji

Ketiadaan Emoji Makanan Khas Indonesia Bukti bahwa WhatsApp Nggak Peka emoticon makanan food emoji

Share on FacebookShare on Twitter

Selain emoji love yang punya banyak makna satire nan menyindir, keberadaan emoji makanan yang ada dalam platform WhatsApp juga perlu diselidiki tingkat keadilannya. Dari 123 lambang makanan dan perkakas yang berhubungan, tidak satu pun yang mencerminkan kuliner Nusantara. Perlakuan ini jelas-jelas diskriminatif dan sangat tidak egaliter, para developer dan desainer emoji itu nggak tahu apa kalau 87% rakyat Indonesia adalah pengguna WhatsApp?

Emoji dalam kategori food and drink yang ada pada WhatsApp setidaknya dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu buah, sayur, makanan, dan minuman. Sebanyak kira-kira 32-35 jenis buah dan sayur, nggak ada satu pun komoditas pertanian khas Indonesia. Sementara Australia yang penduduknya hanya menggunakan WhatsApp sebanyak 37%, seolah dimuliakan dengan adanya buah kiwi.

Padahal apa susahnya sih bikin emoji buah rambutan, salak, atau durian? Lagi pula para pengguna WhatsApp di negara-negara Asia Tenggara lainnya juga pasti familier dengan durian. Lha wong Malaysia dan Thailand sudah jadi pemain utama kok dalam bisnis ekspor durian. Lihat saja stok durian di Superindo, dari mana coba asalnya kalau bukan dari Negeri Gajah Putih itu?

Pada sub kategori kue, malah lebih parah lagi, ada croissant dari Turki, baguette dari Perancis, pancake dari Amerika, dan pretzel dari Jerman. Kok ya bakpia nggak ada? Martabak juga nggak tersedia. Maunya apa sih? Ini jelas kezaliman kelas emoji makanan yang durjana. Selanjutnya kalau kita menengok bagian makanan bercita rasa gurih (savoury) atau makanan berat, makin panjang lagi bukti dosa-dosa emoji WhatsApp pada rakyat Indonesia.

Ada keju, paha ayam, daging segepok, dan iris tipis bacon, keterlaluan sekali sih nggak disajikan emoji ceker ayam sebagai salah satu makanan tradisional Indonesia yang terkenal hampir di semua wilayah nusantara. Italia saja diwakili oleh pizza dan spaghetti, Amerika lebih serakah lagi dengan hamburger, hot dog, dan french fries, sementara taco dan burrito dari Meksiko. Bahkan falafel dari Timur Tengah pun ditampilkan, bisa-bisanya bakso dan cilok yang juga termasuk meatball nggak ada.

Jepang mengirimkan lima wakilnya dalam perhelatan emoji makanan dunia WhatsApp lewat onigiri, bento, oden, sushi, dan dango. Tega-teganya nasi goreng dan rendang yang katanya masakan paling enak di dunia nggak juga diusahakan bentuk dan wujudnya. Sebenarnya Indonesia ini penting nggak sih dalam dunia emoji WhatsApp?

Pada bagian minuman, makin nggak jelas lagi, ada wine, sake, dan bir, tapi kok ya nggak dipertontonkan es degan dari air kelapa pilihan khas pesisir kepulauan Indonesia. Ketidakberpihakan emoji WhatsApp dengan kekayaan kuliner Indonesia ini mestinya jadi bahan bakar yang serius untuk menuntut balik. Mestinya developer menyediakan fitur custom emoji untuk tiap negara.

Selain ragam emoji makanan dan masakan yang tidak tersedia, bermacam jenis jilbab akhwat Indonesia juga tidak diakomodir dengan sempurna. Barangkali para pengembang emoji itu nggak paham bahwa tiap tingkatan usia perempuan Muslim di Indonesia punya style jilbabnya sendiri-sendiri. Kalian pikir perkara emoji WhatsApp ini hal yang sepele? Faktanya, sama sekali berlawanan.

Baca Juga:

4 Siasat Bertahan di Grup WhatsApp Keluarga Besar 

Fitur Reaction WhatsApp Nggak Ada Gunanya, Bukannya Mempermudah Komunikasi Cuma Bikin Sakit Hati

Sejak tahun 2017 hingga 2020, rata-rata waktu yang dihabiskan orang Indonesia mantengin media sosial lebih dari tiga jam setiap harinya. Dari total 66 negara yang disurvei oleh Global Web Index, hanya 10 negara yang setiap hari menghabiskan waktu lebih dari tiga jam untuk membuka platform medsos, dan Indonesia adalah salah satunya.

Bahkan jika ditinjau dari kepemilikan akun medsos, Indonesia menempati peringkat dua dengan angka 10,5. Hanya kalah dari India yang memiliki skor 11,5. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap orang di Indonesia memiliki lebih dari sepuluh akun medsos. Coba hitung apa saja medsos yang dimiliki orang Indonesia? WA, FB, YouTube, IG, TikTok, Twitter, Line, LinkedIn, Pinterest, Snapchat, WeChat, Bigo, dan masih banyak lagi medsos gurem lainnya.

Tingginya data-data itu mestinya jadi prioritas utama dan pertama dong dalam mengedepankan Indonesia dengan privilege unggulan, salah satunya dengan menghadirkan emoji makanan khas Indonesia. Kita salah satu penyumbang cuan tertinggi lho buat para founder dan CEO medsos internasional itu.

Dan akan tetap seperti itu beberapa tahun ke belakang. Sebab tidak hanya satu atau dua, tapi puluhan platform medsos buatan putra putri bangsa yang selalu saja kalah dana dan jumlah pengguna. Itulah faktanya, meskipun tetap saja pengembang medsos lainnya nggak akan peka.

Sumber gambar: Emojipedia

BACA JUGA Panduan Misuh Bahasa Jepang biar Kamu Bisa Sekuat Tokoh Anime dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Januari 2021 oleh

Tags: emojiWhatsapp
Adi Sutakwa

Adi Sutakwa

Kelas pekerja dari Pemalang yang menghabiskan separuh hidupnya sebagai perantau di Solo, Jogja, Jakarta, dan Serang. Kritis pada isu pangan, industri, pendidikan, politik, sepakbola, seni, hingga animanga.

ArtikelTerkait

Eh, sekarang mereka semakin terpecah lagi dengan perbedaan pendapat mengenai pemakaian emoji 'dua telapak tangan yang menyatu'.

Menurut Kamu Apa Arti Emoji ‘Dua Telapak Tangan yang Menyatu’?

4 Juli 2019
ping

Balada Pengguna WhatsApp: Jika Penting dan Genting Itu Telepon, Bukan PING!

22 Juli 2019
Grup WhatsApp Kos: Dianggap Sepele, tapi Perannya Gede

Grup WhatsApp Kos: Dianggap Sepele, tapi Perannya Gede

14 November 2023
Orang yang Menumpuk Notifikasi dan Melarikan Diri Perlu Dirukyah Ningsih Tinampi mojok.co

Orang yang Menumpuk Notifikasi Sebaiknya Dirukyah Ningsih Tinampi

25 Oktober 2020
Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji terminal mojok

Membela Orang yang Chattingan Tanpa Emoji

16 November 2021
prank

Prank Foto dan Video Hantu: Contoh Kecil Aksi Teror Mental di Era Digital

5 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.